Sleeping on the Same Bed

2.4K 333 68
                                    

Pagi guysss...
Lagi baek nih gue, meskipun moodnya masih feels like a shit.
Tapi aku gak pengen terlalu memikirkan

Happy reading, love you all mak makkk

Happy reading, love you all mak makkk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Wejangan untuk Freen dari kedua orang tua Becky sebelum disatukan satu kamar paksa bersama bayi itu adalah;

“Becky ingin lulus kuliah dulu. Jadi kalau bisa, tunda punya anak dulu, ya?” lalu sang mertua lelaki itu menyelipkan segepk kondom ke dalam kantong celananya dengan mengejutkan.

Yang membuat Freen jadi tiba-tiba malu dan hampir saja ingin teriak. Masa sih, dia akan apa-apakan Becky si bocah bayi itu?
Belum lagi dari Ibu mertuanya, yang bikin Freen makin ingin masukkan kepala ke dalam lubang buaya. Dia bilang;

“Becky tidak pernah pacaran, dia anak yang mudah kesakitan. Jadi mommy hanya meminta, tolong pelan-pelanlah sama anak kita, ya?” lalu menepuk bahu Freen dengan muka masih berkaca-kacanya itu.

Astaga! Orang-orang! Mereka bilang waktunya sebulan! Lah, ini baru tiga minggu kok, sudah diadain acara tumbal begini?! Oh iya, mereka berkata kalau buku nikahnya sudah jadi. Lebih cepat karena mereka yang meminta. Jadi disinilah mereka. Dalam kamar Becky yang penuh dengan buku belajar dan boneka bertebaran di atas kasur.

“Kak?” Becky memanggil pelan, Freen—si Suami kakunya itu. Sejak awal masuk kamar, lebih pendiam dari biasanya. Dia bahkan duduk memunggungi seperti itu sejak tadi, tidak bergerak sedikitpun.

“Hehm?” Freen menyahut dengan putarkan kepala sedikit, mendapat Becky yang sudah rebahan dalam selimutnya dengan nyaman. Seolah biasa saja dan tidak gugup seperti dirinya.

Aduh, iya juga. Untuk apa dirinya gugup?! Cih.

“Apa aku boleh tidur?” Becky sudah lelah, matanya lebih capai lagi. Jadi ia ingin meminta izin untuk tidur duluan, takut Freen marah kalau dirinya main lelap saja.

“Ya, silakan. Tidak ada yang melarang.” Freen menjawab dengan cepat. Menatapi buku nikah yang sejak masuk kamar, selalu dipegangnya.

Sudah menikah betulan kali ini Freen. Ia tersenyum sendiri, membuka salah satu buku itu untuk dibuka dan menemukan fotonya yang tampak pucat sementara Becky tetap cantik dengan bibir meronanya.

Sial, kenapa mereka tidak bilang kalau foto yang sebelum pulang dari rumah sakit itu untuk buku nikah? Mereka hanya bilang meminta foto mukanya. Bukan malah buat buku nikah yang bakal permanen begini.
Tidak adil. Freen jadi bete, ia letakkan buku itu ke atas meja belajar Becky untuk kemudian ikut rebahan. Tiba-tiba memikirkan masa depan, kalau mereka punya anak—tunggu!

Berhenti! Berhenti! Freen memukul kepalanya dengan keras. Yang membuat Becky di sebelahnya sempat terbangun hingga bertanya.

“Kak? You okay?” ia memegang lengan Freen dan mengecek kenapa gerangan Suaminya itu?

ConnectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang