Siren

262 25 0
                                    

Legenda tentang Siren, makhluk mitologi yang tinggal di lautan yang berjarak sekitar 2 km dari rumah Jaehyun terus mengusik rasa penasarannya. Jaehyun hidup sebatang kara sejak umur 14. Ibunya meninggal ketika ia dilahirkan dan sang ayah yang sedang melaut ditenggelamkan oleh Siren. Setidaknya begitu yang diceritakan oleh orang-orang di desa padanya saat itu. 

Tidak ada satu haripun, sejak mendengar itu, yang Jaehyun lalui tanpa menumbuhkan kebencian pada Siren. Yang bahkan dia sendiri masih skeptis, apakah makhluk itu benar adanya atau tidak. 

Legenda di desanya berkata bahwa di purnama ke-9 dalam setahun itu, Siren akan muncul ke permukaan. Melantunkan lagu pemikat untuk menjerat korban. Olehnya, tiap kali saat itu tiba, tidak ada satu pelaut pun yang berani mengarungi lautan. Di malam itu mereka memilih tidur dengan cepat dan menutup rapat pintu serta jendela-jendela mereka. Berjaga agar tidak ada celah sedikitpun untuk suara Siren yang memikat menelusup ke rumah mereka. 

Karena panggilannya menghinoptis. Dan kau tidak ada daya untuk melawan sama sekali. 

***

"Kau yakin?" Haechan, anak tetangga rumah Jaehyun yang berjarak lahir 3 tahun darinya menanyakan hal yang sama, entah yang keberapa kalinya, hari ini. 

Malam ini adalah purnama ke-9 dan Jaehyun bertekad untuk menemui, menemukan Siren yang menenggelamkan ayahnya kemudian membunuhnya dengan tangannya sendiri. 

Haechan khawatir. Jaehyun yang selalu ia ekori kemanapun ini adalah sahabatnya, ah tidak, mungkin saudara laki-lakinya. Karena sejak hidup sebatang kara, keluarga Haechan lah yang berbaik hati mengurusi segala kebutuhan Jaehyun. Meski sebenarnya Jaehyun selalu menolak dan tinggal di rumahnya sendiri, tapi Haechan selalu datang padanya tiap kali waktu makan tiba. Datang dengan bungkusan makanan 3 kali sehari membuat Jaehyun mau tidak mau menerima juga. Hingga kemudian dia memutuskan untuk ikut bekerja membantu di kapal penangkap ikan milik ayah Haechan. 

Jaehyun tidak bersekolah seperti Haechan, meski ayah Haechan terus mendesaknya untuk disekolahkan, Jaehyun menolak. Ia memilih untuk tetap bekerja saja. Melatih fisiknya, kemampuannya di lautan, untuk kemudian kelak akan membalaskan dendamnya pada Siren. 

Tujuan hidup Jaehyun hanya itu. Membalaskan dendamnya. 

"Tolong difikir lagi. Bagaimanapun ini seperti misi bunuh diri" Haechan kembali menggigiti kukunya -kebiasaannya ketika sedang panik- melihat Jaehyun yang sedang bersiap melaut. 

Jaehyun tidak menanggapi kekhawatiran Haechan sama sekali, alih-alih ia fokus menyiapkan busur silang yang akan ia bawa untuk membunuh Siren malam ini. 

"Ayolah, aku mohon. Lagi pula tidak akan ada yang berubah jika kau membunuhnya. Ayahmu tidak akan kembali dan kemungkinan untuk kau mati jauh lebih besar.." Haechan sekali lagi melontarkan logika pada Jaehyun yang sama sekali tidak surut niatnya untuk pergi. 

Jaehyun dengan menyampirkan ransel dipundak dan busur silang di tangan akhirnya menaruh fokus pada Haechan yang masih menggigiti kukunya. 

"Terima kasih Haechan, telah berbaik hati selama ini. Kau selalu mengekoriku kemanapun meski teman-temanmu mengucilkanku. Kau tetap mau menemaniku dan mengabaikan omongan mereka".

Haechan berhenti menggigiti kukunya, berganti dengan matanya yang mengembun dengan cepat mendengar kalimat Jaehyun. Terdengar seperti pidato perpisahan. 

"Maaf jika aku belum cukup membalas budi padamu selama ini, tapi kurasa ini waktunya aku harus pergi untuk membuktikan sendiri. Entah itu Siren atau hantu lautpun akan kuhadapi. Atau mungkin tidak keduanya.. " Jaehyun termenung. Ya, benar. Tidak ada jaminan jika memang Siren yang menenggelamkan Ayahnya. Meski ada saksi mata yang mengaku melihat Ayahnya dibawa pergi, tapi itu masih desas desus tanpa bukti jelas. Anggap saja ini pertaruhan Jaehyun terhadap hidupnya sendiri. 

Once Upon A Time in JAEDOlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang