Tanpa mata, mulut bicara. Tanpa mata, kaki menginjak derita
***
Hari-hari di sekolah terasa semakin melelahkan bagi Tanaya. Di kelas sebelas ini, Tanaya lebih banyak mendapatkan praktik. Salah satu yang sedang dikerjakan Tanaya adalah tugas membuat sebuah gaun pesta. Jujur saja tugas ini membuat Tanaya cukup stres karena sulit membuat gaun apalagi dengan berbagai detail yang ada.
Bel tanda dimulainya istirahat pertama terdengar. Tanaya hendak meninggalkan mesin jahitnya bersama teman-teman lain saat dering ponselnya menunjukan adanya panggilan masuk. Ia memberi isyarat kepada teman-teman yang ikut menghentikan langkah, agar mereka duluan saja,
"Halo" ucap Tanaya sambil menempelkan benda pipih ke telinganya.
"Masih sekolah?" terdengar suara dari seberang panggilan itu.
"Ya masihlah, baru jam segini. Emang lo ngga sekolah?" tanya Tanaya dengan mengerutkan dahi karena pertanyaan aneh dari sahabatnya itu.
"Engga dong. Nanti sorekan sekolah gue mau tanding lagi, jadi udah kosong dari sejam tadi"
"Dih, enak banget"
"Hahaha, nanti sore dateng ya"
Tanaya menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Aduh kayaknya engga dulu deh, Bel. Tugas gaun gue belum selesai, masih kurang banyak".
"Belum selesai juga? Udah joki aja di tempet tante gue" ucap sahabat Tanaya yang sering dipanggilnya Abel itu.
"Ck gila aja" dari seberang hanya terdengar kekehan.
"Justru biar ngurangi stress, lo nonton basket Tan. Itung-itung cuci mata. Kan lo sendiri yang bilang kalo cowo di sekolah gue ganteng-ganteng"
Kini giliran Tanaya yang terbahak. Ia memang sering mengatakan itu pada Abel. Ya, memang begitu faktanya.
"Nanti deh gue pikir-pikir dulu. Mau makan nih, laper banget. Nanti gue kabari lagi ya" Tanaya kemudian mengakhiri panggilan itu. Belum sampai setengah jalan ia menuju kantin, sebuah pesan masuk.
Dean jelek
Lo udah janji nanti mau dateng liat gue.
Gue tunggu ya, bocil!
Tanaya hanya membaca tanpa berniat membalas. Dean adalah sepupunya, satu sekolah dengan Abel. Tanaya lupa jika minggu lalu ia sudah berjanji akan hadir di pertandingan basket Dean kali ini. Mau tidak mau akhirnya dia akan datang. Daripada panjang urusannya dengan sepupunya itu.
~//~
Tanaya baru saja berhasil membelah parkiran gedung olahraga yang dipenuhi kendaraan dan orang itu. Bulan ini memang ada pertandingan basket antar seluruh SMA di kotanya. Wajar saja jika penontonnya akan selalu ramai, lebih ramai dari pertandingan biasanya.
Ia mengirimkan pesan kepada seseorang, mengabari bahwa dirinya sudah sampai. Sekitar lima menit kemudian, seseorang menepuk bahunya.
"Tan, maaf ya lama" ucap pria dengan baju seragam basket yang kini berdiri di depan Tanaya.
Tanaya kemudian tersenyum mendapati orang yang ditunggu sedari tadi "Engga kok Vin, aku juga baru aja sampai" pria itu kemudian mengangguk.
"Semangat ya buat pertandingan hari ini" ucap Tananya sembari memberikan sebuah paper bag kepada Kelvin.
"Apanih? Makasih ya" ucap Kelvin mengusak pucuk kepala Tanaya.
"Ekhem" tiba-tiba suara batuk yang terdengar sangat dibuat-buat menginterupsi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Milik Tanaya
RomanceEnam belas tahun kehidupan Tanaya berjalan biasa-biasa saja. Di usianya yang bulan depan menginjak tujuh belas tahun, ia juga masih menjalani kehidupan sebagaimana remaja seusianya. Namun, bagai hujan deras di siang yang terik. Tiba-tiba hidupya ber...