38. Selamat Tinggal

34 2 0
                                    


Tidak ada yang mengira semua itu akan terjadi, baik Rhena, Dilbar, Riyan, Clara, Liana, seluruh anggota ORNAD, bahkan bunda hingga sampai ke Tante Wulan, ayah, dan Kak Fardan. Semuanya terjadi begitu saja tanpa ada yang tau, ini kenyataan yang pahit. Takdir memang selalu mempermainkan manusia, semesta sudah keterlaluan dalam bercanda.

Tanpa mengucapkan kata 'Iya' atau 'Tidak' dengan jelas, di pengadilan aku hanya bisa menganggukan kepalaku dengan pasrah. Bahkan reka ulang adegan pun kulakukan dengan tidak ikhlas, aku benar-benar ingin mengutuk diriku sendiri saat itu karena menjadi pendukung memojokan dia memang bersalah. Dia sudah melindungiku, tapi aku membalasnya dengan pengakuan jahat. Jika Ondi memiliki dendam denganku, kutuk saja aku sebanyak yang dia mau, aku tidak masalah dengan itu.

Semua memang salahku, Ondi hanya ingin melindungiku. Seandainya saat itu ada yang bisa kulakukan selain menangis, aku benar-benar ingin mengubah takdir. Aku ingin mengulanginya dari awal, dan akan kupastikan jika aku akan menghindari awal pertemuan kita hingga tidak akan berakhir tragis.

Aku benar-benar tidak menginginkan hal itu terjadi, aku tidak mau menjadi pemercepat masuknya Ondi di dalam jeruji besi selama bertahun-tahun. Dia masih muda, dia seharusnya menghabiskan masa mudanya dengan bersenang-senang dan meraih mimpinya sebagai penyanyi, bukan malah mendekam di penjara.

Entah sudah tidak terhitung lagi berapa air mataku yang terbuang secara sia-sia. Aku tidak tahan lagi dengan semua masalah yang menimpaku. Aku hanya menginginkankan kebahagiaan atas dasar cinta, kisah bahagia dan berakhir bahagia seperti orang lain. Aku kira cinta semudah yang kkira. Ternyata tidak, cinta adalah hal yang paling mengerikan di dunia, mereka bisa melakukan apapun demi mendapatkan cinta. Aku mematahkan harapan, menghancurkan kebahagian, dan merobohkan kesenangan yang seharusnya menjadi hak setiap orang.

Pikirku, aku ingin bunuh diri saat itu juga.

Aku bagaikan kapas yang terombang ambing di permukaan danau, seperti kaleng kosong tak bersuara, juga bagaikan lorong kosong yang penuh kehampaan.

Dulu ketika pertama memasuki sekolah menengah atas, aku kira aku akan didatangkan seorang laki-laki yang akan memberikanku cinta, seperti yang selalu aku menontonnya di drama, atau fiksi yang kubaca di novel. Itu memang datang kepadaku hanya sementara, dan berakhir tidak bahagia, bahkan lebih menyedihkan. Aku harusnya mendengarkan ucapan bunda. Aku tidak bisa berhenti untuk menyalahkan diriku sendiri yang terlalu bodoh dan keras kepala. Aku menyesal, sangat menyesal.

Aku merindukan Ondi, dan membuatku menelusuri kembali jejak langkah kami berdua. Di mulai pertemuan pertamaku dan dia ketika dirinya berkelahi dengan Dilbar di kantin, pertemuanku dan dia ketika di lab musik, datangnya dia kepadaku ketika hujan, ketika di pantai, bermain musik atau sekedar mengobrol di dekat danau, makan roti di bangku taman, menaiki sepedanya, janjinya yang akan membuat cerita ini berakhir bahagia, tawanya hingga tangisannya, memarahiku karena aku suka mengeluh akan hidupku, sampai menggendongku di bawah hujan. Aku sudah tidak bisa menghitung berapa banyak kenanganku bersama Ondi saat itu. Dia tidak akan pernah aku lupakan.

Satu minggu setelah kejadian, aku dipindahkan sekolahnya jauh dari sekolahku yang lama. Aku menyetujui saran orang tuaku, aku begitu trauma akan kejadian yang menimpa kami. Aku meninggalkan Rhena, Dilbar, dan semua teman-temanku yang ada di sana. Aku harap semuanya akan baik-baik saja. Meskipun kutau ini semuanya sudah terlambat.

Aku bisa menunggu sepuluh tahun lagi, dan percaya kita akan bersama lagi. Namun, apakah kita benar-benar orang yang sama ketika hari itu datang? Manusia itu sifatnya dinamis, orang bisa berubah kapan saja, entah itu Ondi yang berubah atau aku yang berubah.

Ondi, jika suatu saat kita bertemu lagi, masihkah aku mencintaimu? Apakah kamu masih mencintaiku? Atau bisakah kita saling mencintai lagi? Jika hal itu akan terjadi, aku janji tidak akan membiarkanmu pergi jauh dariku.

Desir Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang