BAB 6

160 14 1
                                    

PIE POV

“kau ingin pergi? Aku seperti melihat taman didekat sini” ia berkata, bangkit dari kursi.

“haruskah kita?”

Dia mengangguk mengulurkan tangannya kepadaku yang aku sambut dengan senang hati.

“maaf soal kejadian pagi ini” katanya sambil berjalan disampingku.

“tidak masalah, aku yakin kau pun akan penasaran tentang diriku dan bagaimana aku memulai semua ini itu bukanlah sebuah kebetulan”

Kim terdiam , dari raut wajahnya aku dapat melihat dia sedikit bingung

“Aku akan memberitahumu bagian kedua, tetapi kau harus menunggu untuk di bagian pertamanya”

“Katakan jika kau sudah siap, aku akan menunggu” ia berkata lembut sambil memegang tanganku.

Aku menghembuskan nafasku dan menatap iris matanya yang hitam pekat

“Apakah kau pernah berpikir aku adalah wanita aneh yang menyatakan cinta kepada karyawannya saat pertemuan pertama kita di kantorku?”

Kim tersenyum dan mengangguk

“lebih tepatnya itu membuatku takut”

Aku tertawa mendengar pengakuannya

“Sejujurnya Kim, aku memang benar menyukaimu saat pertemuan pertama kita, tetapi itu bukan di kantorku”

Dia terdiam, dahinya berkerut, mungkin mencoba memahami segalanya.

“Ya tuhan, kau benar-benar tidak mengingatnya?”

Dia menggeleng, aku menghela nafas dan berjalan mendekat, melingkarkan tanganku di pinggangnya dan memeluk erat “Segala sesuatunya memang terasa sulit, tetapi percayalah kita bisa melewati ini”

Aku mengulang kalimat yang sama ketika ia berhasil menyelamatkanku, Kim mendengarkan dengan tangan yang membalas pelukanku, kami tetap seperti itu untuk beberapa saat di tengah pohon-pohon besar di taman.

“Maafkan aku karna sudah melupakan itu, tetapi sekarang aku mengingatnya Pie. Apakah setelah itu semuanya berjalan dengan baik?”

Aku menggeleng, menyeka air mata yang bersikeras jatuh.

“Apa kamu bersedia memberitahu masalahnya?”

“Sepertinya aku masih harus membutuhkan waktu Kim” Aku berkata mengingat segalanya, kepedihan di hatiku terlalu dalam, bahkan hanya untuk mengatakan kebenaran.

“tidak apa-apa aku bisa menunggu, dan diwaktu yang bersamaan aku akan selalu disisimu”

Aku hanya bisa menangis, memikirkan semua pengorbanan yang aku jalani. Kim tidak mengatakan apa-apa lagi dan hanya memelukku dengan erat.

“Apa itu artinya perasaan ku ini terbalas?” kataku.

Kim merenggangkan peluknya dan menyeka air mataku

“Mungkin dalam beberapa tahun, kau adalah satu-satunya wanita yang aku temui yang membuatku merasa nyaman, kau tahu? Dan hanya dalam waktu yang sangat singkat. Aku tahu kita memiliki hubungan kerja yang sepertinya sangat sulit untuk mensejajarkan posisiku, tapi aku tidak menyesal saat kau membawaku dan menghabiskan malam itu denganmu, atau membiarkanmu mengambil seluruh milikku karna hasrat atau cinta”

Aku terdiam pada setiap kata yang keluar dari mulutnya. Dan membuatku bisu, tanpa reaksi. Jantungku berdetak dengan panik dan aku bersumpah bahwa saat ini akan keluar dari dadaku.

“Aku menyukaimu, Pie”

Kami saling memandang selama beberapa detik, tanpa memalingkan muka, napasnya berjalan santai, tenang, memberiku kelegaan.

“Aku tidak tahu harus berkata apalagi, Pie… hanya saja aku senang berada disisi mu saat ini, dan yang pasti kau juga telah menyelamatkan hidupku dengan memberikanku pekerjaan yang terbaik”

Aku tersenyum malu-malu “Dan aku juga merasa senang bersamamu”

Dia tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke arahku.

“Apakah kau merasakan ini?” dia berbisik.

“Apa?”

“Ini!” Kim meletakan tangannya di wajahku.

Aku tersenyum tanpa mengerti, sampai aku merasakan setetes air jatuh di bahuku. Dan lebih banyak tetesan yang mulai jatuh.

“Apakah kau berbicara tentang…”

Aku bahkan tidak menyelesaikan kalimatku ketika hujan tiba-tiba mulai, yang turun dengan indah dan deras.

“Ya Tuhan! Kim”


KIMHAN POV

Kami dengan cepat berlari dari sana menghampiri pohon besar dan berhenti di bawahnya. Pie mengulurkan tangan pada lengannya mencoba mengambil sisa-sisa tetesan air dari pakaiannya. Itu benar-benar badai, dan menetap disini tidak akan membantu sama sekali untuk melindungi dari hujan.

“ini hanya lelucon.”

Si wanita mungil itu menggerutu, membuatku tertawa. Setidaknya lucu pada situasi ini

“Apa yang kau tertawakan?”

“Situasinya, Pie. Aku minta maaf”

“Dengar, aku basah semua dan aku memakai pakaian putih”

Memang benar, Pie menggunakan blus putih, longgar dan itu membuat perutnya yang mulus terlihat.

“Baiklah, kita akan pergi, mobilmu ada di sana kan?” Aku berkata

Dia mengangguk

“Kita akan bermain sedikit” Aku berbisik, yang di tatap dengan heran oleh wanita itu.

Aku melihat ke sisi lain dan menemukan sebuah parkiran resto tempat kami dinner, yang ngomong-ngomong itu lumayan jauh. Aku menutup mata dan mengambil napas dalam-dalam, ketika aku menariknya ke bawah hujan.

“KIMHAN!” Dia berteriak, membuatku tertawa.

“LARI!”

Hanya itu yang aku katakan, kami pergi berlari melintasi rumput taman yang lembut, di bawah hujan yang membasahi kami. Pie mengeluarkan jeritan kesakitan setiap kali dia melangkah di genangan air besar di tengah jalan, angin membuat rok nya kadang-kadang terangkat, memaksa wanita itu untuk memegang dengan tangannya.

“Siapa yang dahulu sampai, dia yang menang”

“Tunggu, Kim!”

Aku berhenti berlari ketika kulihat dia berhenti jauh dibelakangku, aku berjalan ke arahnya dengan nafas yang terengah-engah, kami berhenti di tengah hujan.

“Aku harus melepaskan sepatu ini!”

“Lepaskan, aku akan menunggu”

Pie menatapku, takut aku akan lari dan meninggalkannya sendirian. Wanita itu membungkuk dan mengambil sepatu Heels dari kakinya yang basah. Dan menatapku kembali, menyeringai, lalu mulai berlari

“HEI, Jadi ini tipuan?”

Aku bertanya dan melihat wanita itu berlari di depanku, aku mencoba berlari cepat untuk mencapainya, aku hanya bisa mendengar tawa riangnya ketika dia berlari menuju mobil. Tapi kali ini kami berhenti bersamaan ketika tiba di tempat mobilnya terparkir.

“Kau curang!” Aku berbicara terengah-engah, bersandar ke mobil, yang ia balas dengan tawa yang menyenangkan.

“Masuk, Cepat!”

Pie masuk ke dalam mobil dan aku juga. Kami menutup pintu dengan kasar, tertawa seperti dua orang idiot, kami basah kuyup dan kotor di dalam mobil.

“Aku lupa jika sekarang sedang musim hujan!”

Dia berkata sambil tertawa, bersandar pada kursi mobil yang empuk. Aku tertawa padanya, yang menatapku. Kami bertahan selama beberapa detik tanpa mengatakan apa-apa, hanya membiarkan tawa itu mereda, menyisakan ruang hanya untuk suara hujan di luar.

“Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk membersihkan ini, lihatlah tubuh kita sangat kotor”

Dia menggerutu melihat roknya yang penuh noda lumpur, dan benar-benar basah. Kain tipis terpaku di tubuhnya, memperlihatkan sangat jelas semua lekukannya yang berliku-liku indah yang tidak bisa untuk tidak aku perhatikan.

“Ya kita bisa” Aku mengatakan, menggodanya.

Dia menggigit bibir bawahnya, mengerti maksud perkataanku dengan cepat. Wanita itu tentunya akan sangat bergairah jika kami melakukannya bersama, bukankah menyenangkan jika mengakhiri semua kedinginan ini dengan sesuatu yang panas.



JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA
SEE YOU 😘

CLOSE[R] (KimPie SHORT STORY COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang