Selamat Membaca
"Kamu tadi ke rumahku dulu, Nan?"
"Iya."
"Maaf ya, kamu jadi telat."
"Gak papa, santai aja. Bukan salah kamu juga. Yang salah tuh hape mu. Gak mau isi daya mandiri. Manja banget harus di isiin sama cewek cantik."
Lantas kekehan terdengar di seberang Hanan.
"Ssstt, jangan kenceng-kenceng. Ntar penjaganya ngamuk," ujar Hanan sambil menempelkan jari telunjuk di mulut sebab mereka berdua berada di perpustakaan saat ini.
Hanan menatap gadisnya. Ah ralat, maksudnya perempuan di seberangnya. Sebab jika dikatakan kekasih, Hanan belum saja mengajak untuk menjalin hubungan. Kalaupun disebut teman, hubungan ini terlalu romantis untuk sebatas teman.
Jujur saja Hanan merasa takut. Ia tahu hatinya sudah berlabuh pada gadis itu. Bisa saja sewaktu-waktu gadis itu akan pergi meninggalkan Hanan. Tanpa ada ikatan yang jelas, Hanan tak bisa berbuat apa-apa.
Arawinda Carissa, namanya. Tapi Hanan sering memanggilnya Ica. Mahasiswa jurusan Psikologi. Salah satu kembang kampus, sebab tak sedikit yang mengutarakan perasaannya bahkan di depan Hanan sendiri.
Hanan sepenuhnya sadar bahwa tindakannya ini akan menimbulkan berbagai spekulasi yang tidak jelas. Contohnya seperti Hanan yang dicap playboy karna terus saja menggantungkan Carissa yang di sisi lain banyak didambakan mahasiswa lainnya.
Hanan yang begitu bukan tanpa alasan. Hanya saja, Hanan terlalu takut untuk sekedar menjalin hubungan. Hanan takut terhadap semuanya. Terlebih bayangan Ayahnya yang menelantarkan Hanan dan saudaranya menjadi momok tersendiri untuknya.
Hanan takut hal tersebut akan terjadi pada dirinya. Ayahnya brengsek, tentu saja dan Hanan takut jika ia akan sama seperti ayahnya. Hanan takut menyakiti hati Carissa.
"Kurang lima menit, aku ke kelas dulu, ya?" ujar Carissa melirik jam yang bertengger di tangannya.
"Iya, ya? Aku jadi curiga waktunya kamu sedot. Perasaan cepet banget, deh."
"Apaan deh, Nan," senyum manis dihiasi lesung pipit yang terkesan cantik terukir. Lantas, hati Hanan menghangat dibuatnya.
Duh, manis banget. Jadi deg-deg an euy, batin Hanan.
"Yaudah. Ayo cewek cantik, abang ganteng anterin sampe kelas dengan selamat sentosa serta diberkahi oleh Tuhan Yang Maha Esa."
"Gak mau ah. Soalnya abangnya genit."
"Gak genit kok, Neng."
Hanan mengerling dengan komuk nyeleneh mengundang gelak tawa dari Carissa.
"Nan, mukamu hahaha Nan hahaha."
"Mas, Mbak. Tolong jaga sikap, jaga etika. Ini perpustakaan."
Teguran penjaga perpustakaan menghentikan tawa mereka. Hanan hanya mesem-mesem bak tanpa dosa.
"Kamu tuh."
"Kok aku? Kan kamu yang ketawa."
"Abisnya mukamu itu loh, Nan."
"Maksudnya mukaku lawak?"
"Kamu sendiri loh ya yang bilang pffft."
Sembari menunggu Carissa selesai mata kuliahnya, Hanan menunggu di kantin. Kalo kata dia sih, nongkrong-nongkrong dulu lah.
Dua orang berhasil Hanan seret. Tidak lain tidak bukan adalah Yasa dan satu orang lagi. Juan, namanya. Kalo Yasa tuh orangnya kalem-kalem aja. Paling ketawa ya normal. Paling jauh ya cuma megang pundak temennya terus ketawanya sampe ngik-ngik. Udah gitu doang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelindan Sendu | NCT DREAM
Fanfic"Kalian gak harus jadi sedewasa ini buat menggantikan beliau. Kalian cukup menemaniku, karna aku tahu kalian juga sama-sama kehilangan pondasi hidup sama sepertiku." "Tapi dek, kamu lupa satu hal. Bahwasanya dunia ini terlalu kejam untuk kamu tingga...