chapter 4 : lentera

192 39 9
                                    

Hai!
Setelah sekian purnama akhirnya aku bisa update!
Maaf dan thank u banget buat kalian yang masih setia nungguin cerita iniii😭 sayangg banget love!❤️
Jangan lupa vote dan komentarnya yaa! Biar aku makin makin semangat lanjutin cerita iniii!

⚠️ semua gambar aku dapat dari pinterest ⚠️

Selamat membaca~

Setelah menangis selama setengah jam akhirnya mereka memutuskan untuk 'begadang' semalam suntuk mengingat besok adalah hari libur, ditemani ubi rebus dan teh jahe buatan nenek yang mampu menghangatkan tubuh mereka ditengah dinginnya udara malam ya...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menangis selama setengah jam akhirnya mereka memutuskan untuk 'begadang' semalam suntuk mengingat besok adalah hari libur, ditemani ubi rebus dan teh jahe buatan nenek yang mampu menghangatkan tubuh mereka ditengah dinginnya udara malam yang kian menusuk.

Keheningan cukup lama menyelimuti keempatnya, hingga sebuah celetukan membuka topik awal obrolan panjang malam ini.

"Kalian pernah gak sih merasa dunia gak pernah adil sama kita?" Sabiru si pembuka obrolan berucap sambil tersenyum pahit kearah langit malam yang kehilangan bulannya.

Kini Angkasa menjawab "Bukannya kita emang senasib? Hahaha! Capek ya ru? Tumben banget lo ngeluh"

Sabiru membalas Angkasa dengan senyuman tipis "Hmm..."

"Dan gue yakin, hari ini juga berat buat kalian kan?" Lanjutnya yang mendapatkan keheningan kembali.

Sagara ikut berbaring disamping Biru matanya menatap jauh keatas Langit "Muak gak sih? Gue muak banget hidup"

Kemudian Aksara ikut berbaring dan menatap objek yang sama "Terus kalo muak lo mau apa? Mati?" Ucapnya sambil mengunyah ubi rebus.

"Dibandingkan mati, gue lebih pengen hidup tenang sih" ucap Angkasa sambil merebahkan tubuhnya diantara Aksara dan Sabiru.

Ketiganya mengangguk bersamaan setelah mendengar ungkapan Angkasa.

Memang benar kan? Semua orang pasti menginginkan ketenangan.

"Selain tenang gue juga pengen capai bahagia tanpa banyak hambatan. Tapi rasanya bahagia semu banget ya buat kita berempat. Kapan ya bahagia datang tanpa diminta?"

"Tuhan mau gak ya kabulkan keinginan kita untuk meraih harsa dalam lengkara tak berujung ini?"

"Mungkin?"

Maka harapan itu muncul. Harapan untuk dapat hidup bahagia dalam ketenangan.

Mereka hanyalah empat remaja SMA yang masih mengharapkan belas kasihan dari sang pencipta agar bisa bawa mereka kepada bahagia yang sesungguhnya.
Bahagianya tanpa bentakan, pukulan, tuntutan, dan tatapan remeh.

Namun ditengah lamunan itu Sabiru teringat akan sesuatu yang telah ia siapkan.

"Wait ya guys!" Ucapnya kemudian pergi kearah mobilnya yang terparkir tepat didepan pintu gerbang rumah Aksara untuk mengambil sesuatu.

Lentera.

Ketiganya menatap tanya pada Biru "Darimana lo dapet lentera?" Tanya Angkasa pada Sabiru.

Biru memutar matanya malas "Ck! Lo gak perlu tau!" Keluar deh maung nya.

"Ini kita mau ngapain?" Tanya Saga sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dirinya tetap tidak bisa mengimbangi Sabiru dengan segala idenya.

"Ini lentera yang bisa diterbangin itu, kalian tau kan?! Jadi kata Bi Ina kalau kita buat suatu permohonan sambil menerbangkan lentera ini, permohonan kita akan terwujud. Ya, ini sih menurut kepercayaannya Bi Ina. Tapi apa salahnya kita ikut percaya? Siapa tau Tuhan bisa denger doa kita lewat lentera ini"

Ucapan Sabiru membuat ketiganya tersenyum haru, entah kapan terakhir kali mereka mendengar Sabiru berbicara sepanjang itu.

"Bener kata Biru, apa salahnya kita coba, karena Tuhan gak tidur kan? Ya udah! Ayo!"

Setelah lentera itu dinyalakan mereka berempat menutup mata, berdoa dalam hati berharap lentera berisikan daftar keinginan mereka dapat terpenuhi sepenuhnya, hingga perlahan diterbangkan, lentera itu semakin tinggi dilangit sana meliuk tak tentu arah, hingga akhirnya tak dapat terlihat oleh indra mereka.

"Tuhan, ijinkan kami untuk bahagia bersama"

Tanpa disadari mereka memiliki permohonan yang sama, mereka mengharapkan suatu keajaiban datang pada garis hidup keempatnya.

Lentera itu mampu memberikan setitik cahaya dalam gelapnya langit malam.

Dalam hati mereka sama-sama berharap agar nanti semesta dapat berbaik hati memberikan mereka secercah cahaya kebahagiaan dalam alur kisahnya.

.
.
.
.
.
.

"Maka Tuhan, benarkah bahagia itu nyata?"
.
.
.
.
.
.

Btw ini ilustrasi atap rumahnya aksara ya, pokoknya ini jadi tempat untuk ngumpul dan deeptalk favorit mereka wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Btw ini ilustrasi atap rumahnya aksara ya, pokoknya ini jadi tempat untuk ngumpul dan deeptalk favorit mereka wkwk

Btw ini ilustrasi atap rumahnya aksara ya, pokoknya ini jadi tempat untuk ngumpul dan deeptalk favorit mereka wkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pengen tamatin book 'Lengkara' di bulan ini, semoga kecapaian😭

Jangan lupa streaming S-CLASS yaa! Hehe
thank you, and see you guys!

Lengkara [00line skz] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang