Happy reading!!!
Bagaimana harus menyebutnya? First dan Khaotung tidak mendeklarasikan diri sebagai pasangan, tapi keduanya menempel seperti perangko. Sedari dulu juga mereka begitu sih, tapi mereka memiliki hubungan tanpa nama saat ini.
'Aku tidak mau berpacaran, aku harus belajar.' -Khaotung.
Friend with benefit? Tidak, First tidak bisa menyebutnya seperti itu karena dia dan Khaotung tidak melakukan sex.
"Apa yang akan kau lakukan setelah pulang dari kelas tambahan?" Tanya First.
Saat ini, keduanya sedang berada dilapangan. Biasa, jam pelajaran olahraga.
"Tidur di kamarku sampai jam makan malam," jawab Khaotung.
Kalau begitu First akan ikut tidur bersama Khaotung nanti.
Sebenarnya ini sudah seharusnya kelas sebelas yang menggunakan lapangan, tapi siswa kelas dua belas masih menggunakannya. Katanya sih ada turnamen bola terakhir yang akan dilakukan mereka sebelum sibuk ujian kelulusan dan ujian masuk perguruan tinggi."Setelah makan malam, main yuk?"
"Main kemana..."
Keduanya sibuk mengobrol hingga tidak melihat jika senior mereka salah menendang bola ke tempat duduk penonton.
Untung saja, First melihat bola yang melayang itu kemudian dengan segera melindungi Khaotung menggunakan lengannya.
Sial, bolanya menghantam lengan First dengan keras. Itu menyakitkan tapi dia lebih dulu memastikan keadaan Khaotung yang kepalanya sempat terantuk bahu dia."Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" Tanya Khaotung balik.
Terlihat First menghela napas sembari mengibas-ngibaskan tangannya. Rasa sakitnya perlahan semakin terasa, tapi tidak jantan sekali jika dia merengek kesakitan sekarang ini didepan Khaotung. Misinya adalah menjadi pria sejati untuk sang calon kekasih.
"Tidak apa-apa, hanya bola saja." Katanya, sambil menahan sakit.
"Tidak apa-apa? Ah maafkan temanku, dia bodoh dalam bermain bola."
Khaotung dan First menolehkan kepalanya pada anak siswa kelas dua belas tersebut, dilihat dari ban lengannya sudah jelas dia adalah kapten tim sepakbola.
Baguslah, dia punya tanggung jawab untuk datang meminta maaf pada mereka."Tidak apa-apa," ucap First, tapi masih sibuk mengibas tangannya.
"Biar aku lihat."
Fluke Dithapisit, kelas dua belas yang katanya paling populer disekolah.
Khaotung pernah mendengarnya sesekali, tapi karena dia memang tidak begitu perduli jadi tetap tidak mengenali Fluke dengan baik.
Dilihat dari bagaimana Fluke memeriksa lengan First saat ini, Khaotung merasa tidak heran kenapa dia populer.
Baik, tampan, tinggi, pintar, kapten sepak bola, lajang pula."Ini akan memiliki ruam dan bengkak nantinya, kita harus mengobatinya dengan segera untuk pencegahan."
First melihat lengannya yang dipegang oleh Fluke, masa sampai begitu? Pasalnya rasa sakit tadi mulai agak hilang setelah dipijat pelan oleh Fluke.
"Percaya padaku, aku sering terkena tendangan bola." Fluke lalu memaksa First untuk bangun dari duduknya, kemudian meminta Khaotung untuk memberitahukan guru wali mereka jika First dia bawa ke UKS sebentar.
"Huh?"
Khaotung terlihat bingung, dia ditinggalkan sendirian di kursi penonton sembari melihat First yang dipapah oleh Fluke, terlihat First sesekali menoleh pada Khaotung.
Dia sebenarnya enggan, cuma bingung bagaimana menolak ajakan Fluke.
.
.
.
Khaotung terlambat datang ke parkiran, ia dan Louis memiliki pembicaraan cukup serius di kelas.
Setelah keduanya berada di parkiran, First terlihat baru saja mengobrol dengan Fluke. Fluke juga dengan ramah menyapanya dan Louis, sebelum akhirnya pergi ke parkiran yang berada didepan kelas dua belas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badfriend: Grow Up With You. [COMPLETED]
FanfictionFirst fell first, but Khaotung fell harder.