Seusai pulang dari latihan, First dan Khaotung mampir lebih dulu ke sebuah caffe yang jaraknya sama menuju perumahan mereka.
Akhirnya, keduanya membahas soal Fluke juga dan Khaotung bertanya kenapa First tidak langsung menolaknya.
First akan melakukannya nanti saat mereka memiliki waktu senggang, hari ini ia maupun Khaotung cukup padat jadwalnya. Juga, First tidak mau menolak perasaan Fluke melalui Ponsel. Tida sopan, Fluke saja menyatakan cintanya secara langsung.
Dia dan Fluke akan masih sering bertemu kedepannya, dia tidak mau kegiatan sepakbolanya terganggu oleh masalah ini."Hei, betapa bajingannya dirimu. Kau menjadi penuh cinta karena ingin dilihat oleh phi Fluke?" First setengah patah hati setengah bahagia juga setelah mendengar fakta bahwa Khaotung melakukan hal semacam tadi di lapangan semata mata hanya ingin memperlihatkan pada Fluke bahwa First miliknya, juga pada orang-orang aneh yang terus berteriak Flukefirst Flukefirst di sekitarnya.
"Harus bagaimana lagi? Aku harus melakukannya." Khaotung masih terlihat kesal oleh pembicaraan yang dilakukan Fluke dan Gawin di toilet tadi pagi.
Seharusnya First itu marah, Khaotung tidak sepenuhnya dengan hati saat memperlakukan dia begitu manis di lapangan tadi. Tapi untuk seseorang yang tidak pernah mendapatkan perhatian seperti itu dari orang yang dicintainya jelas First tidak akan perduli, dia akan siap menerima kegiatan Khaotung lainnya yang ingin menunjukkan pada Fluke bahwa First adalah miliknya.
"Sudah lama rasanya kita tidak seperti ini." Maksud First adalah mengobrol santai berdua seperti ini, mereka menjauh secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas setelah malam itu.
"Ibuku juga sampai bertanya apakah aku dan kau bertengkar, dia heran karena aku tidak pernah lagi pergi ke rumahmu untuk bermain," sambung First.
"Haruskah aku menginap dirumahmu? Malam ini?"
First kembali terlihat terkejut, lalu meminta Khaotung untuk tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Dia menginap dirumahnya pun Fluke tidak akan tahu.
"Kenapa? Kau memang milikku."
"Kau harus jadi pacarku lebih dulu untuk mengeklaimnya."
Khaotung lalu meminta First untuk sekali menyatakan cintanya, tapi First menolak dan meminta Khaotung saja yang melakukannya karena toh sama saja, keduanya akan berakhir berpacaran tidak perduli siapa yang menyatakan cinta terlebih dahulu.
"Aku tidak mau," ucap Khaotung dengan nada sedikit tinggi.
"Kau yang harus melakukannya, aku tidak akan melakukannya sekali lagi!"
.
.
.
.Sudah sore, saatnya Khaotung bersiap-siap untuk pergi ke kelas tambahan. Ibunya tidak lupa memberikan Khaotung jaket terhangat untuknya, katanya sih kelas tambahan akan berakhir pada Pukul 9 malam, itu sangat lama.
"Kau benar-benar tidak akan pergi ke kelas tambahan?" Tanya Khaotung dari teras rumahnya pada Marc yang sedang mengeluarkan motor dari halaman rumah First.
"Sudah kubilang ibuku datang, dia ingin makan malam lagi." Marc lalu memarkirkan motornya kemudian berjalan menghampiri Khaotung sembari mengenakan helmnya.
"Kau berangkat sore?" Tanya Khaotung bingung, jam makan masih sangat lama pikirnya.
"Temanmu itu terus menggangguku, aku harus mencari buku gantinya dengan segera," jawab Marc.
Khaotung mengatakan jika Marc pantas diperlakukan seperti itu oleh Aje, dia juga akan membutuhkan buku itu lagi tapi Marc malah merusaknya.
Marc lalu menjelaskan jika dia hari ini akan pergi ke berbagai toko buku di sekitar Bangkok untuk mendapatkannya, itu karena dia sudah pergi ke tiga toko buku di daerah perumahan dan sekolahnya tapi mereka mengatakan bahwa buku itu sudah tidak lagi mereka jual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badfriend: Grow Up With You. [COMPLETED]
FanfictionFirst fell first, but Khaotung fell harder.