5.

810 81 11
                                    

Apakah Khaotung benar-benar harus khawatir? Dia begitu percaya jika First hanya melihatnya.
Lagipula, kenapa Tuhan membuat seseorang seperti First memiliki banyak pengagum? Ia bahkan dibuat salah satunya.
Sial, Khaotung tidak suka bersaing untuk sesuatu yang bahkan kualitas First dibawah rata-ratanya.
Dia pemalas, bodoh, bodoh, dan bodoh.
Khaotung sangat egois, sedari awal sepertinya. Dia tidak suka berbagi apa yang sudah ia tetapkan akan jadi miliknya (First) tapi dia juga tak mau melepaskan mimpinya.
Tidak, tapi lihatlah. Belum resmi saja Khaotung sudah dibuat pusing dengan kisah cinta segitiga yang tak tahu datang dari mana ini, bukankah lebih baik diresmikan saja? Setidaknya Khaotung bisa menggunakan bakat menghinanya pada Fluke yang mencoba mengambil First dari tangannya.
Kenapa seorang Alpha mencoba mendapatkan Alpha lainnya? Khaotung sebagai Omega terbiasa direbutkan, dia terkejut karena First juga mengalaminya! Dan dia harus berjuang mempertahankannya.

"Jika aku tidak melakukan ini, aku akan gila dan tak memiliki waktu untuk belajar."

Khaotung memasuki kawasan rumah keluarga Khana dengan senyuman lebar, tidak lupa menyapa bibi Khana yang sedang sibuk menyiram bunga dipagi hari. Marc sepertinya masih tidur, mumpung libur dan semalam dia mendengar Marc bergadang sampai pagi, berkencan dengan motor dan alat bongkarnya.
Setelah menyapa bibi Khana, Khaotung langsung pergi masuk ke dalam kamar dan mencari First dikamarnya.
Seperti biasa bagaimana First masuk ke kamarnya tanpa mengetuk, Khaotung melakukan hal yang sama.
Terlihat First yang sudah bangun dan bahkan sudah rapi, wangi lagi.

"Mau kemana?" Tanya Khaotung dengan minuman boba ditangannya, dia baru saja kembali dari lari paginya yang dipenuhi oleh kekhawatiran soal First dan Fluke.

"Ada pertemuan calon-calon peserta tes sepakbola." First kembali duduk di kasur bersama Khaotung dengan kaus kaki yang baru saja dia keluarkan dari laci.

"Terlalu rapi untuk mengejar bola." Khaotung menjawab dengan sarkas, First bahkan harus menggunakan kaus kaki baru.

"Kita rapat, bodoh."

First telah selesai menggunakan kaus kakinya kemudian menatap Khaotung yang juga menatapnya dengan suara Boba yang dihisap oleh si pemilik, terdengar berisik karena sebenarnya air susu Boba itu telah habis.

"Apa lama?" Tanya Khaotung.

"Aku bisa kembali lebih awal, kenapa? Kau ingin pergi ke toko buku?"

Khaotung menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku sedang stres jadi..."

Belum selesai Khaotung berbicara, terdengar ponsel First berdering dengan nyaring. Segeralah First mencari ponselnya dan segera mengangkat setelah mengetahui jika yang menghubunginya adalah Fluke.

"Oh, Phi. Ada apa?"

'Aku hanya penasaran, apa kau sudah siap?'

"Sudah, kenapa?"

'Kenapa tidak langsung kesini?'

First lalu segera melihat jam arlojinya. "Belum waktu pertemuan, aku akan pergi bersama Marc."

'Tapi, aku tidak ada siapa-siapa disini, bisa datang lebih awal?'

"Ah, kau kesepian?"

Khaotung melihat bagaimana First bertanya dengan tawa kecilnya yang manis.

"Baiklah, aku akan pergi lebih awal. Em, belikan aku minuman."

First lalu kembali menoleh pada Khaotung dan meminta dia untuk melanjutkan pembicaraan tadi. Tapi, Khaotung sudah terlanjur cemburu. Jadi dia memutuskan untuk bangkit dari duduknya dan meminta First untuk tidak perlu kembali lebih awal dari pertemuannya hari ini. Khaotung bilang, dia hanya akan di rumah seharian hari ini.

Badfriend: Grow Up With You. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang