"Apa kau sedang bertengkar dengan Khaotung?"
First menghentikan gerak tangannya di atas piring, lalu mengangkat kepalanya menatap sang ibu.
Bersama sang ayah, ketiganya sedang melangsungkan makan malam. Marc saat ini sedang pergi menemui ibunya."Dia sedang sibuk dalam beberapa kegiatan, aku akan dimaki jika mengganggunya." First menjawab seadanya, kemudian kembali makan dengan perasaan canggung.
"Tidak biasanya, kau bahkan bisa mengganggunya saat akan ujian akhir."
"Ayolah yah, kita sudah dewasa."
Nyonya Khana terlihat sedikit khawatir, apa dewasanya anak-anak menjadi jauh satu sama lain? Oh dia pernah mengalaminya, menjadi asing dengan sahabat setelah memasuki usia dewasa.
Tapi, melihat bagaimana Khaotung dan First menempel seperti perangko lalu saling menjauh seperti ini membuat Nyonya Khana sedih. Apalagi, niatnya menjadikan Khaotung menantu tidak pernah berubah, tapi mau bagaimana lagi jika memang harus seperti ini?"Aku akan langsung ke kamar, boleh?"
"Em, tidurlah."
Setelah makan malam usai, First kembali masuk ke dalam kamar. Duduk terdiam sendirian di meja belajar sembari memperhatikan medali emas yang diberikan oleh Fluke siang tadi.
Kemudian, First menolehkan kepalanya pada kamar Khaotung yang gorden kamarnya belum tertutup pun dengan jendelanya yang masih terbuka.
Biasanya itu dikarenakan Khaotung kepanasan."Kemana dia pergi?"
First bahkan harus pergi menuju jendela kamarnya untuk menemukan Khaotung, tapi sepertinya si pemilik kamar masih makan malam.
Sejauh itu kah jarak dia dan Khaotung saat ini hingga ibunya menyadari bahwa ada yang salah pada mereka?
First pun kembali duduk ke meja belajarnya, meraih medali emas milik Fluke tersebut lalu menghela napas dengan mengacak Surai rambutnya."Kau kenapa?"
"Haah!"
First jatuh dari kursinya, terkejut dengan kedatangan Khaotung yang datang tanpa mengetuk terlebih dahulu, First juga tidak mendengar suara pintu kamarnya dibuka oleh Khaotung.
Khaotung hanya menatap First dengan datar, tangannya membawa cemilan buatan sang ibu. Dia disuruh pergi untuk memberikannya pada First. Tadinya sih dia cuma mau mengantarkannya pada Nyonya Khana saja, tapi beliau malah menyuruhnya untuk langsung pergi ke kamar First.
Khaotung lalu menyimpan cemilan tersebut ke meja belajar First dan secara tak sengaja melihat medali emas di meja belajar First."Dia benar-benar memberikannya padamu, ya?"
First lalu kembali berdiri dari jatuhnya tadi ke lantai, kemudian menatap Khaotung cukup lama.
"Kenapa dia memberikanmu sesuatu yang berharga seperti itu?"
"Karena dia ingin memotivasiku?"
"Ah, agar kau sepertinya?"
First semakin tidak nyaman membicarakan Fluke. Dia segera mengalihkan pembicaraan tentang apa yang akan Khaotung lakukan besok setelah pulang sekolah.
"Tidak ada. Karena kelas tambahan akan dimulai pada sore hari, aku hanya akan dirumah saja."
First menganggukkan kepalanya. Kelas tambahan di mulai sore hari. Sebenarnya banyak siswa yang izin untuk tidak ikut serta, Aje saja mau berpikir lagi untuk ikut atau tidak, Joong juga tidak bisa ikut.
Tapi Khaotung jelas akan ikut, dan First tidak mungkin membiarkan Khaotung bersama Mike begitu saja."Kita punya waktu 2 jam untuk bersantai besok sebelum kelas tambahan dimulai, kan?"
"Em, kenapa?"
"Mau berkencan?"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badfriend: Grow Up With You. [COMPLETED]
FanfictionFirst fell first, but Khaotung fell harder.