2.42 🔞

508 52 22
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Xiao Sa tampak antusias ketika melangkah menuju pintu. Namun, ketika sampai di pertengahan jalan dia sempat menghentikan langkah sebab merasakan sedikit kejanggalan. Kecerdasan dengan cepat singgah di kepala, memikirkan keanehan pada sosok yang mengetuk pintu. Sebelum kepergian Ye Mi, dia meninggalkan kartu kamar untuk memudahkan Xiao Sa berkeliaran di sekitar hotel. Sementara dia membawa kartu yang semula dipegang Paman Ji supaya tidak perlu membuat sang kekasih repot-repot membukakan pintu. Dengan demikian, seharusnya tidak ada bunyi ketukan pintu yang menandakan kepulangan Ye Mi.

Xiao Sa ingin berpikir positif, tetapi intensitas ketukan yang semakin menebal mematahkan pikiran positif yang berusaha dirajut. Napas tercekat kala membayangkan kejadian buruk di mana orang jahat sedang berdiri di depan kamar hotel. Dia menjadi bingung. Haruskah dia tetap mencari tahu atau mengabaikan hal tersebut? Sialnya, dia memiliki nyali yang tidak dapat diremehkan. Meski tubuh dikuasai getaran ketakutan, dia tetap mendekat dan dengan hati-hati mencuri pemandangan luar melalui lubang kecil di pintu.

Dalam beberapa menit ke depan, Xiao Sa tidak menemukan apa pun. Keadaan di luar tampak sangat kosong, sunyi, dan sepi. Lantas, siapa yang mengetuk pintu tadi? Jawaban yang tersodor di kepala hanya ada dua kemungkinan, yaitu orang dengan jiwa usil yang tidak sengaja lewat atau sejenis hantu. Daripada takut kepada hantu, dia lebih takut pada orang-orang jahat yang berusaha menyakiti atau menakuti orang lain. Contohnya seperti orang yang tiba-tiba muncul dari bawah dan menonjolkan netra hitam yang melotot tajam ke arah Xiao Sa. Keterkejutan tidak dapat dihindari, membuatnya terjatuh secara tidak wajar.

Rasa perih akibat luka pada sikut tidak lebih sakit daripada detakan jantung yang seakan-akan mampu untuk meledakkan dada. Napas tercekat, tetapi bibir ranum memaksa untuk terbuka demi meraih banyak-banyak udara secara rakus. Bagian dada naik turun tidak beraturan, irama jantung tidak mudah distabilkan. Cukup lama Xiao Sa bergeming di tempat hingga akhirnya bunyi ketukan kembali meneror langsung pada telinga lelaki manis itu.

Tidak lama kemudian, bunyi ketukan berhenti dalam sekejap, digantikan oleh bunyi suara kunci pintu yang terbuka. Ketakutan yang kental dirasa menggelapkan akal sehat sehingga Xiao Sa tidak dapat memikirkan apa pun selain hal-hal mengerikan. Dia tidak berpikir bahwa sosok yang masuk adalah sosok yang dikenali, yang ada pada pikiran adalah kehadiran orang jahat yang menerobos masuk ke kamar. Dia menutup mata secepat kilat, menunduk dalam-dalam sebab tidak siap menemukan bayangan yang tidak diinginkan. Suara hati tiada henti melantunkan nama Ye Mi dengan sangat frustasi, berharap mendapat bantuan dari sang kekasih yang entah ada di mana sekarang.

Seiring derap langkah mendekat, semakin gencar Xiao Sa memundurkan tubuh yang terasa sangat mati rasa. Beberapa menit berlalu tanpa kepastian hingga sebuah suara menyambangi telinga.

"Tuan Xiao?" Jika Xiao Sa tidak salah ingat, itu adalah suara Paman Ji. Segera setelah itu dia mengangkat pandangan dan menemukan bayangan dua lelaki yang saling menopang tubuh satu sama lain.

Keduanya disinari oleh cahaya terang yang membuat Xiao Sa harus memfokuskan mata secara berkala. Ketika ketenangan sedikit demi sedikit diraih bersamaan dengan pandangan yang mulai jernih, Xiao Sa dapat melihat dengan jelas Paman Ji yang sedang menuntun Ye Mi dengan susah payah. Sementara lelaki tampan itu tampak lemas. Tubuh kekar berubah drastis menjadi bunga yang layu. Kepalanya tertunduk dalam-dalam, tetapi Xiao Sa dapat melihat bahwa pihak lain sedang menutup mata rapat-rapat. Semburan warna merah melapisi kulit wajah Ye Mi. Ketika Xiao Sa mendekati mereka, bau alkohol yang menyengat menusuk langsung pada indra penciuman. Dia bahkan merasa tidak sanggup membuka hidung untuk sekadar bernapas. Tanpa sadar dia mulai memundurkan tubuh untuk menyelamatkan diri.

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang