02. Sebuah Kepulangan

599 39 15
                                    

Dunk tengah sibuk mengemas beberapa pakaian dan perlengkapan pribadi yang akan dibawa nya, untuk kembali pulang ke-kediaman nya bersama dengan Earth, sesuai dengan janjinya kemarin.

"Dunk kau yakin untuk pulang hari ini?," Phuwin yang sejak tadi sudah memperhatikan Dunk dengan kesibukan nya itu, mulai memberanikan diri untuk buka suara.

"Yakin," Dunk menjawab seadanya, membuat Phuwin dan Gemini yang menyaksikan hal itu menjadi semakin terbawa suasana.

Dunk yang menyadari bahwa suasana tiba-tiba menjadi hening, akhirnya menoleh. Mendapati kedua temannya, yang sejak tadi sudah memandangi nya dengan tatapan sendu.

"Aw ada apa dengan tatapan mata itu? Mengapa kalian memandangi ku seperti itu,"

Phuwin menggelengkan kepalanya perlahan, kemudian tersenyum. Diikuti oleh Gemini yang dengan spontan ikut tersenyum tipis.

"Ko tod na khab puean, aku merasa sangat bersalah karna harus melibatkan mu dalam kesulitan ku kali ini,"

Dunk tersenyum ringan kemudian menepuk pundak Phuwin beberapa kali, dirinya juga menyempatkan diri untuk mengacak surai rambut berwarna hitam milik Gemini, menandai hal tersebut sebagai ungkapan kasih sayang untuk kedua teman baiknya itu.

Tok. Tok. Tok.

Suara ketukan pintu memecah suasana antara ketiganya, Dunk dengan segera mengambil tas ransel yang sudah berisikan beberapa barang pribadi nya. Sembari tersenyum Dunk berjalan menuju pintu kamar asrama, milik mereka.

"Aku pergi sekarang na~,"
"Selama aku tidak ada disini, tolong jangan berkelahi, dan selalu perhatikan jam tidur kalian di setiap malam nya. Jika ada sesuatu, segera hubungi saja aku oke?,"

✦ ✦ ✦

"Pho,"

Suara Dunk bergema, memenuhi seisi ruangan yang baru saja dimasuki nya.

"Seisi rumah ini masih sama, tidak ada yang berubah." Gumam Dunk pada dirinya sendiri.

Sesekali tangan Dunk bergerak untuk meraba beberapa bingkai foto yang menyambut hangat kedatangannya, mengingatkan kembali Dunk dengan memori bahagianya dulu bersama dengan keluarga kecilnya itu.

"Ah sudah lama sekali, aku rindu." Dunk kembali bergumam, bibir nya secara spontan membentuk sebuah senyuman tipis.

"Dunk?," Sebuah suara yang cukup familiar, membuat Dunk menolehkan kepala nya sembari meletakkan kembali salah satu bingkai foto yang sebelumnya berada tepat di genggaman tangan Dunk.

"Pho,"

Dunk berjalan mendekat kearah sosok yang sebenarnya, selalu dirindukan oleh Dunk selama ini.

Meskipun Dunk sendiri sudah menyadari sejak awal bahwa tatapan mata dan raut wajah ayahnya, masih sama, seperti saat dirinya memilih untuk pergi dari rumah mereka dan tinggal sendiri di asrama.

Dunk melihat dengan jelas bahwa tidak ada kerinduan yang tersimpan disana, tidak ada raut wajah penuh ke-khawatiran atas kepulangannya kali ini.

Namun disisi lain, Dunk juga merasa sudah terbiasa dengan hal-hal semacam ini.

"Akhirnya kau pulang juga, ada yang ingin aku sampaikan kepadamu, kemarilah."

Dunk menganggukkan kepalanya, sebagai jawaban.

Tap. Tap. Tap.

Ayah Dunk menghentikan langkah kakinya tepat didepan pintu ruang kerja pribadi miliknya, diikuti oleh Dunk yang berdiri tepat dibelakang tubuh sang ayah.

"Masuklah,"

Dunk menatap wajah ayahnya, sembari memasang raut wajah penuh tanda tanya.

Jelas saja Dunk merasa kebingungan sekarang, ruangan ini adalah satu-satunya ruangan yang tidak pernah dimasuki oleh Dunk atau siapapun termasuk Mix yang ber-notabene sebagai mantan istri ayahnya.

Archen Mine 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang