20

2.4K 262 22
                                    

Sorry for typo(s)

---

"Darimana?"

Kiya langsung terperanjat mendengar suara itu. Ia yakin sekali sekarang bahkan belum pukul tujuh pagi. Tadi ketika turun dari mobil Naka karena laki-laki itu memaksa untuk mengantarkannya pulang setelah mewujudkan keinginan untuk tidur sambil berpelukan, Kiya yakin anggota keluarganya masih tidur. Karena memang hari ini mereka tidak memiliki kegiatan apapun.

Kini bukan hanya Arsen yang tampak menatapnya curiga, tetapi seluruh anggota keluarganya.

Kiya berdehem. Tangannya menunjuk pintu. "Ambil paket. Tadi ada yang kirim creamsoup."

Beruntung sekali tadi Naka membekalinya dengan soup untuk sarapan anggota keluarganya. Jadi kebohongan ini jadi terasa sempurna.

"Siapa?"

Alasan pacar imajinasi tidak akan mungkin karena laki-laki tak kasat mata itu tengah berada di Oslo, juga Adine dan Lola yang tidak berada di kota yang sama saat ini. Kiya memutar otak untuk memikirkan jawaban masuk akal lainnya.

"Salah satu klien yang suka ambil lukisan di studio. Mereka tinggal beberapa blok dari sini."

"Kok kakak gak tahu?"

Kiya langsung memutar mata pada Aldric. "Ya masa kakak juga tahu semua klienku. Kan ga mungkin."

Baru saja Aldric akan membalas, mama berdehem. "Ayo kita siap-siap."

Kiya langsung melongo. "Siap-siap kemana?"

"Pulang."

"Ha? Katanya mau sampai minggu depan. Kan sudah janji kalo papa sama kakak libur sampe minggu depan."

Raka mengangguk. Begitu juga dengan Arsen ketika Aldric menjawab.

"Kita libur kok. Ini kita akan lanjut liburan. Tapi di Indonesia saja."

Kiya langsung merengut tak suka. "Kenapa tiba-tiba diputuskan gitu tanpa ngobrol sama aku? Memangnya ada penerbangan hari ini?"

"Ada. Pokoknya kita akan pulang hari ini."

"Kenapa sih mendadak begitu? Aku kan belum siap-siap."

"Semua barang kamu yang penting sudah kakak masukin koper."ucap Arsen membuat Kiya semakin menganga.

Ia terdiam sesaat sebelum menatap tajam pada papanya.

"Kiya gak akan pergi sebelum tahu alasannya apa."

Arsen dan Aldric langsung terdiam. Membiarkan orang tua mereka yang akan menjelaskan.

"Semalam Tara menghubungi Arsen. Ngasih tahu kalo lokasi Naka saat ini. Kamu tahu dimana?"

Kiya cepat-cepat menggeleng. Jantungnya berdebar.

"Cuman tiga puluh menit dari sini."

"Oke."ucapnya pelan sembari diam-diam menarik napas. "Karena itu kita semua harus buru-buru pulang? Dan Kiya harus ikut?"

"Sayang, sebelum Naka menemukan kamu. Kita harus cari tempat yang lebih aman."

Mata Kiya melotot. Ia tahu bahwa mereka tidak ingin Kiya patah hati lagi, tapi bagaimana mereka bersikeras menjauhkan Kiya dari Naka sangat membingungkan. Seolah-olah Naka adalah pembunuh bayaran yang kapan saja siap menghabisi nyawa Kiya.

"Pa, ini cuman Mas Naka. Kiya bahkan bisa menghadapi dia sendirian."

Mama langsung bergerak. Meraih bahu Kiya. Mengiringnya duduk lantas berhadapan satu sama lain. Menggenggam erat jemari anak bungsunya itu.

Ode To You [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang