"Mana kutau. Bersyukur aku cepat putus dari dia. Heran, kenapa dulu aku bisa suka ya sama orang macam begitu?" Rana bingung sendiri.
"Ya namanya orang cinta kadang suka lupa daratan. Begitu sadar, baru kerasa bodohnya kan?"
Keduanya sibuk menyantap hidangan. Sampai terdengar teriakan kaget bu Yani, pemilik angkringan yang mendadak histeris setelah melihat sesuatu di depan sana. Sontak semua pelanggannya menoleh hampir bersamaan ke sumber tujuan.
"Astaghfirullah. Kenapa itu?!" seru Irma langsung berdiri.
"Berantem," timpal Rana santai.
"Kamu kok santai banget sih. Ayo ke sana bantuin pak Saga. Kasihan itu dipukulin orang!"
"Ngapain repot-repot, kan sudah ada pak satpam tuh."
"Haduh, kamu ini. Ayo buruan ke sana! Aku kepo juga ada apaan!"
"Nah kan, jujur juga kamu ya. Sok-sok bilang kasihan segala, padahal kepo urusan orang."
Irma tak menyahut lagi, hanya meringis sebentar. Kemudian memaksa temannya ikut menuju lokasi tempat kejadian perkara.
"Ada apa, Pak?" tanya Irma ke pak satpam yang berhasil melerai perkelahian sepihak. Jelas saja, karena bos mereka bahkan tidak melawan sedikit pun. Malah ia tampak bingung kenapa sampai dipukul orang tak dikenal.
Rana mendekati bosnya yang duduk di depan pos keamanan. Mengusap pipi sendiri hasil dari bogem mentah orang asing. Ia agak merinding ngilu.
"Pak Melon kenal sama orang itu?" tanyanya.
Bosnya langsung melotot sarkastis. Ia paling sebal dipanggil dengan nama depannya ini. Tapi sudah jadi kebiasaan Rana memanggil seperti itu.
"Lama-lama kamu saya asingkan ke hutan kalau terus memanggil saya begitu!"
"Ngapain ke hutan? Kurang kerjaan banget. Lagian nama Melon kan bagus-"
"Nggak sopan kamu."
"Oh iya maaf, Pak Melon maksudnya loh."
"Panggil saya Pak Saga!"
"Saya sukanya Pak Melon, kok protes? Nggak mau yasudah, jangan didengar."
Saga menahan emosinya. Berhadapan dan berargumen dengan Rana hanya akan menghabiskan energinya saja. Gadis di sampingnya memang aneh sekali. Seolah tak ada hal yang ditakutinya di dunia pekerjaan. Bahkan sekelas bosnya pun dia berani bersikap demikian. Walau begitu, Rana termasuk pegawai yang cakap, dan bertanggung jawab. Ia tak suka melawan kecuali benar.
"Lepasin saya! Saya mau pukul dia sampai babak belur! Dasar pebinor!" Teriak pria berambut keriting yang tadi menghajar Saga tanpa tedeng aling-aling.
Semua orang melongo, langsung menatap Saga dengan pandangan tak menyangka. Sebelum keadaan makin runyam, pria ini harus menjelaskan hal sesungguhnya. Bahwa ia memang tak merasa kenal dengan pria keriting yang menuduh dan main pukul seenaknya itu.
"Tunggu. Saya nggak kenal orang ini. Saya juga masih single. Gimana bisa disebut perebut bini orang? Nggak masuk akal!" protesnya.
Rana geleng kepala sambil berdecak. "Pak Melon diam-diam menghanyutkan ya?" sindirnya asal.
"Sembarangan kamu kalau ngomong! Saya betulan nggak kenal dia apalagi istrinya! Mana saya tau! Anda bisa saya tuntut kalau terus menyebarkan berita bohong! Mukul orang sesuka hati, menuduh tanpa bukti, pencemaran nama baik dan kekerasan jelas terjadi! Saya korban di sini!" racaunya tak mau kalah.
Pak satpam berusaha menenangkan si tersangka juga atasannya. Ancaman Saga berhasil menciutkan nyali pria tak dikenal tersebut. Ia mulai gelisah dan beberapa kali menggaruk kepala. Tak lama, seorang wanita berlarian tergopoh menghampiri pos diikuti seseorang di belakangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bosku Tersayang
RomantikaJudul sebelumnya : KEJAR TARGET, JODOH KUDAPAT! ===========&&========== "Ada yang bilang sendiri lebih menyenangkan. Ada juga yang bilang menikah kadang tak seindah bayangan. Dan aku berada di antara keduanya. Sendiri merana, dilamar pun kutak perca...