03. Jangan Sampai Benci

23 6 0
                                    

Haikal membawa langkahnya berjalan ke kelas sang pujaan hati. Tangannya membawa dua buah bekal makan yang disiapkan dengan tangannya sendiri. Sederhana, ia hanya membuatkan semur tahu dan buah-buahan. Makanan kesukaan Haikal dan sang Kekasih, Hestia.

Sesampainya di kelas Hestia, ia mendapati Hestia terduduk di kursinya dengan teman dekatnya.

"Met Siang kalian," sapa Haikal pada keduanya.

"Buset, Bro, udah ngapel aja," Aira tertawa kemudian berdiri dari tempat duduknya, "Met pacaran, gue mau kantin sama sholat."

Haikal terkekeh, "Yow, hati-hati ketemu Nata, Ra!"

"Haikal berisik!!!" teriak gadis itu dari depan kelas.

"Udah kali, Kal. Kasian anaknya." peringat Hestia kemudian mengambil bekal yang dibawa Haikal.

"Salah siapa pada gagal move on tapi ga mau balikan," ujar Haikal sembari duduk di kursi Aira dan membuka bekal makannya, "Miris banget kehidupannya."

Hestia tertawa. "Gak usah gitu, sadar diri kita juga miris."

Haikal berdecak. Ia sungguh malas mendengar ucapan seperti itu dari Hestia. Namun, ia yang memulai percakapan tersebut tanpa ia sengaja. Mau bagaimanapun hal itu murni kesalahan Haikal. "Jalanin aja dulu, Hes."

"Ya udah, makan dulu. Keburu bel masuk, kamu juga pasti belum sholat."

Pemuda itu menganggukkan kepalanya dan berkata, "Selamat makan, Hestia."

"Selamat makan juga, Haikal."

Keduanya mulai makan tanpa bersuara hingga tandas. Bekal makanan bersih tanpa sisa satu biji nasi.

"Bekal makannya aku bawa pulang dulu, aku cuci," ucap Hestia.

Haikal menggelengkan kepalanya. "Gak usah. Udah gini aja. Mana? Aku mau taruh bekalnya ke kelas terus sholat."

Hestia hanya menghela nafas dan membereskan bagiannya. Ia tidak ingin membantah Haikal, Hestia mengerti keras kepalanya Haikal melebihi batu. Semakin ia bantah argumen Haikal, semakin besar pula argumen balasan yang akan ia terima dan hal ini akan berujung pada pertengkaran diantara mereka.

"Pulang sekolah kamu mau ke mana?"

"Ke rumah Bapak, Chatra sama Saka lagi di sana."

"Ke rumah Reno?"

Haikal menganggukkan kepalanya.

"Emang dibolehin Bunda?"

Haikal menatap Hestia, "Pake nanya. Jelas ga boleh, tapi Bunda lagi ke luar kota buat 3 hari. Besok Bunda udah pulang, Chatra sama Saka kudu (harus) pulang hari ini."

"Ohhh.... gitu... Ya udah, sana balik kelas terus sholat!"

"Dih ngusir!"

"Tengil banget kamu! Sana!!!"

Haikal tertawa. "Baiklah, selamat siang, Tuan Putri! Selamat bertemu kembali!"

Haikal berlari keluar kelas Hestia saat gadis itu ingin melempar tempat pensilnya ke arah Haikal. Meninggalkan Hestia, kini gadis itu wajahnya memerah sempurna. Teman-temannya yang di kelas mulai mengerjainya dengan kata-kata "Tuan Putri".

"Diem kalian!" teriak Hestia membuat semua yang di kelas terdiam.

Hestia kembali duduk dan menyembunyikan wajahnya yang memerah dengan kedua telapak tangannya.

==========

Haikal menghentikan langkahnya ketika melihat ketiga teman kurang ajarnya sedang memanjang pohon mangga yang ada di sekolah. Pemuda itu hanya memperhatikan dari bawah tanpa ada niatan untuk memanggil atau menyapa mereka. Sedangkan mereka tengah asik memetik buah mangga dan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang di bawa Jaren.

Pulang dan IstirahatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang