2.Waktu

13 4 0
                                    

.

Dari sekian banyak hal yang bisa gue kejar, cuman waktu yang gak bisa gue gapai.

Kenapa semua orang selalu bilang kalo waktu bisa merubah banyak hal?

Yang gue rasa, waktu cuman bawa gue kembali menemukan banyak hal.

-Kenan Anggara

.

Bagian dua
Waktu.

Ruangan yang gelap, berbagai foto yang dicetak, dan polaroid yang berserak menjadi teman seorang laki laki yang kini sudah beranjak.

Ditutupnya pintu ruangan itu, kemudian menatap semua barang barang di ruang tamunya tergeletak tak menentu.

Pindah.

Mungkin, itu kata yang paling tepat untuk seorang Kenan Anggara. Berpindah pindah tempat, seolah banyak sekali tempat yang ia singgahi tetapi selalu tidak tepat dan sehat.

TingTong!

Kenan berjalan pelan membuka pintu, terlihat seorang laki laki berdiri didepannya menenteng sekresek buah jambu.

"Lo kapan di jakarta? Tau tau udah nyuruh gue kesini aja."

Arsa yang baru saja masuk apart Kenan menepuk pelan pundak laki laki itu sambil tertawa. Ken berlalu dan langsung menyiapkan secangkir kopi untuk sahabatnya.

"Gimana kabar lo?" Ken bertanya dengan kopi yang sedang dibuatnya

"Baik. Dua tahun ini paling masalah gue gak jauh jauh dari Ana." Jawab Arsa santai

Kenan mengangguk pelan. "Ana serius masuk fk?" Dia tertawa kecil.

Arsa ikut tertawa. "Iya. Btw, gue masih gak paham deh alesan lo pindah apa?" 

Kenan tersenyum simpul. "Gue terlalu dipantau bokap. Dia yang punya kerjaan, gue juga yang harus ikut pindah pindah." Kekehnya pelan

Arsa menatap kopi yang baru saja di letakan Kenan diatas meja dengan gamang.

"Terus kenapa lo malah tinggal di apart?"

Kenan menghendikan bahu. "Karna gue lebih nyaman tinggal sendirian? Toh dia juga bakal sibuk kerja, gue gak mau tinggal dirumah segede gitu sendiri aja."

Arsa ber oh ria lalu menatap Kenan lamat lamat. "Lo...seriusan masuk FH?" Tanyanya memastikan

Kenan mengangguk dan tersenyum maklum.

"Gimana kuliah di jerman?" Arsa bertanya dengan ekspresi ingin tahunya.

Ken mengangkat bahu, lagi. "Biasa aja. Gue sering bolos juga. Jadi gak terlalu tau apa apa."

"Hadehh. Lo udah ngabisin dua semester disana gue pikir bakal sepinter apa." Arsa menyahut kecewa

Kenan tersenyum. "Mungkin karna gue kurang tertarik aja? Gue juga kayaknya bakal iri sama Ana?" Sahutnya kemudian tertawa

"Terus kenapa? Lo kan bisa masuk FK aja disana?" Arsa menatap serius Kenan yang kini sedang duduk santai dengan sebuah kamera yang ia pegang.

Kenan tersenyum dengan mata menerawang menatap lantai. "Gue...juga gak tau. Kenapa gue milih hukum? Mungkin karena gue penurut banget orangnya?"

AMORFATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang