Bab 4| Deandra

8 1 0
                                    

"Yakin nggak mau coba?" Sevia memberikan sebatang rokok kepadanya di sela-sela menikmati rokoknya.

Abelia menggeleng. Lalu, Sevia memasukkan rokok itu kembali dan menyimpannya di kantong rok.

Mereka sedang berada di belakang gedung sekolah, tempat yang tidak pernah didatangi siswa-siswi. Dulu, ini adalah tempat rahasia milik kakak kelas yang memang suka merokok maupun bolos pelajaran. Sevia mengetahui tempat ini ketika melihat seorang kakak kelas merokok di area sini. Kemudian, Sevia merasa tempat ini cocok untuknya.

Karena pertemuannya dengan Sevia tempo hari di sini, Abelia memutuskan untuk sering-sering menemui Sevia di tempat ini. Di sini, Abelia merasa tenang karena jauh dari keramaian yang membuatnya muak. Sevia juga merasakan hal yang sama.

Mereka muak melihat manusia-manusia di luar sana yang penuh drama.

"Sev, lo tahu Deandra?" tanya Abelia tiba-tiba.

"Deandra?"

Abelia mengangguk.

"Tahu." Sevia kini mengubah posisi duduknya lebih dekat pada Abelia. "Kenapa, Bel?"

"Nggak apa-apa, cuma tanya aja, sih." Entah mengapa, Abelia tidak bisa menceritakan alasannya menanyakan Deandra. Sepertinya ada yang mengganjal.

Sevia menatap Abelia intensif dengan raut penuh kecurigaan. Hal itu tentu membuat Abelia gugup karena merasa diintrogasi.

"Yakin?"

Abelia mengangguk lagi.

Gadis di depannya lalu menjauhkan wajahnya. Mengisap rokoknya yang tinggal sedikit dan membuang asapnya ke arah kanan, menjauh dari Abelia. Setelah merasa sudah habis, dia melemparkan batang rokok itu ke atap gedung supaya tidak ketahuan.

Sevia kembali mengubah posisi duduknya. "Gue tahu tempat ini karena Deandra."

"Jadi, kakak kelas yang lo maksud itu, Deandra? Cowok yang pernah lo temui ngerokok di sini?" Sevia mengangguk sebagai jawaban dari dua pertanyaan Abelia itu.

Abelia mengira bahwa Deandra tidak jauh beda dari Aksara, tapi ternyata dugaannya salah. Namun, merokok bukan menjadi tolok ukur kenakalan remaja. Abelia tidak tahu bagaimana sosok Deandra yang sebenarnya. Entah mengapa, dia menjadi penasaran dengan laki-laki itu.

"Dia kelas dua belas IPS 1, Bel." Informasi secara tiba-tiba dari Sevia itu membuat Abelia tersenyum kecil.

***

Pagi ini, Abelia menemukan sosok Aksara lagi di depan pintu pagar rumah. Sama seperti kemarin-kemarin, dia menjemputnya. Semakin ke sini, Abelia semakin pasrah saja jika laki-laki cupu ini terus membuntutinya. Tidak pernah ada yang sewot juga tentang hubungan mereka. Jadi, sejauh ini tidak ada masalah.

Mereka sudah berada di belakang pos satpam untuk memarkir sepeda ontel Aksara yang tidak berguna itu secara VIP. Aksara terlihat begitu akrab dengan Pak Dimas, satpam sekolah. Buktinya, setiap pagi mereka selalu mengobrol sebelum Aksara memasuki kelasnya. Sebab, dia selalu datang pagi-pagi.

"Aksa, gue boleh pinjam buku pelajaran lo hari ini?" tanya Abelia.

Pertanyaannya berhasil menghentikan obrolan Aksara dan Pak Dimas. Laki-laki itu menoleh padanya dan tersenyum manis. "Kamu mau pinjam buku apa, Mbak Abel?"

Way Back HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang