Over the Edge - 02 : Spasi

192 23 3
                                    


"Listen. You have to be focus. Jangan pikirkan apapun. Fokus dengan semua yang telah kau pelajari, okay?"

Kalimat yang Seonghwa ucapkan dengan lembut, sembari menangkup pipi San itu membuat sosok yang lebih muda itu mengangguk. Telah mengecat rambutnya menjadi warna hitam semalam untuk ujian kelulusannya hari ini. Dan kini terlihat sangat siap.

San mendekatkan wajahnya untuk mengecup singkat bibir Seonghwa, lalu memeluknya dari posisinya duduk di backseat. Sebelum beralih ke samping kemudi dari Seonghwa, di mana Hongjoong duduk tegap sambil membaca bukunya.

Dan Seonghwa segera menyentuh lengan Hongjoong untuk menoleh, memperlihatkan bahwa San menginginkan pelukan juga darinya.

"You won't give me a hug?"

Hongjoong tersenyum tipis, Seonghwa melihatnya, sambil menutup bukunya. Menaruhnya di atas paha sebelum menoleh untuk memberikannya pelukan. Juga sebuah kecupan singkat di pelipisnya.

"You can do it."

"San pasti bisa untuk kalian berdua!" San berseru, sembari Hongjoong melepaskan pelukannya dan membuka bukunya kembali. Tapi San langsung teralih pada Seonghwa yang sekilas melirik Hongjoong, namun fokus kembali padanya. "Dan setelah hari-hari ujian usai, kita benar akan pergi liburan?"

Seonghwa mengangguk, sambil merapikan dasi seragam dari seseorang yang kini berada dalam hubungan mereka tersebut. "Tentu. Ke mana San mau pergi? Pantai? Pantai yang San tunjukkan?"

"Yes! Yes!" seru San cepat, sebelum ia melirik jam tangannya dan meringis pelan. "Ah! Aku tak ingin terlambat masuk ke dalam kelas. Aku harus merasa tenang."

Mendengarnya membuat Seonghwa terkekeh sambil melirik ke samping jendela, di depan pinggiran sekolah tersebut. Melihat bagaimana murid-murid yang bersiap untuk ujian akhir mereka masuk satu-per-satu ke dalam bangunan sekolah.

"Kalau begitu ayo cepat?"

"Ya, dan jangan jemput San! San bisa pulang sendiri. Kalian sudah sangat membantu selama ini." ucap San tergesa, lalu mendekat dan mengecup pipi Seonghwa juga Hongjoong bergantian dan kemudian mengeratkan ranselnya. "Aku pergi! Wish me luck!"

Seonghwa tertawa kecil, saat San membuka pintu mobil dan menutupnya, lalu berlari tergesa menuju gerbang sekolah. Sedikitnya khawatir sampai ia berseru, entah terdengar atau tidak. "Hati-hati, Sanie! You can do it!"

Tak Seonghwa sadari bahwa Hongjoong menaruh bukunya di dasbor lalu tiba-tiba membuka pintu. Membuatnya sedikit bingung, tapi begitu melihatnya memutari mobil dari arah depan, Seonghwa pun berpindah ke samping. Dan ia membiarkan Hongjoong mengambil alih kemudi pada mobilnya saat itu.

Seonghwa sendiri paham, Hongjoong benar-benar berbeda dalam dua minggu ini. Terlihat begitu sulit untuk menerima San berada di sekitar, padahal setiap ia bertanya, Hongjoong selalu menjawab bahwa ia juga menyukai San. Namun juga mengatakan, ia masih tak terbiasa bertiga.

Padahal, ide untuk hubungan ini bukan dari Seonghwa sendiri. Tapi mengapa Hongjoong yang sulit menerimanya?

Hongjoong terlihat mengenakan seatbeltnya, lalu mulai melajukan mobil tersebut pergi dari halaman sekolah San, atau jelasnya juga halaman sekolah mereka dahulu. Selama beberapa menit, Seonghwa masih saja bergelung dengan pemikirannya sampai ia mendapatkan sesuatu.

Sesuatu yang membuatnya tak mengenakan seatbeltnya, dan kemudian mendekatkan wajahnya pada leher Hongjoong yang sibuk mengemudi. Sedangkan tangannya turun ke selangkangan Hongjoong, meremas sesuatu di balik kain celananya.

Sedikitnya Hongjoong terkesiap, tak seperti reaksi biasanya.

Namun Seonghwa terus melanjutkan. "You don't even let me to touch you in these past two weeks."

Hongjoong menahan nafasnya, sambil menekan giginya tak kentara.

Dan Seonghwa terus memijat gundukan di bawah sana, mencoba membuatnya mengeras. Bibir penuhnya menyusuri perpotongan leher Hongjoong menuju bahunya, lalu mengecupnya berulang sambil mencoba melakukan kontak mata. "You don't even touch Sanie."

"San harus fokus untuk ujian."

"One touch won't hurt." Seonghwa berhenti sejenak dengan mengistirahatkan dagunya di bahu Hongjoong. "Kau bertingkah seolah kita tidak bercinta seperti hewan selama masa ujian."

"I'm driving, Hwaya." tapi Hongjoong mengalihkan pembicaraan. "Put on your seatbelt."

Tapi Seonghwa justru membawa jemarinya untuk melepas kancing celana jeans Hongjoong, pun menurunkan resletingnya perlahan. "Don't you miss me?"

"Kita satu rumah."

"Kau tahu apa yang kumaksud." Seonghwa lalu menyelipkan tangannya ke dalam, menyentuhnya lebih dekat dengan hanya selembar kain lagi yang menghalangi. "Kita bertingkah seperti semuanya adalah kesalahan dalam dua minggu ini."

Hongjoong menghentikan laju mobilnya tepat saat lampu merah. Tapi dia bahkan tak membawa tatapannya untuk teralih dari jalanan.

"Kau bahkan masih tak mau tidur bersama. Jika tidak di ruanganmu, kau selalu tidur di ruang tengah." sedikitnya Seonghwa menggigit bibir bawahnya, sebelum menumpukan dahinya di bahu Hongjoong. Bahkan menghentikan pergerakkan tangannya yang memijat gundukan mengeras tersebut. "Memang sekarang kita bertiga, tapi itu bukan berarti aku bersedia kehilanganmu."

Ucapannya masih tak mendapatkan jawaban apapun dari Hongjoong. Dan Seonghwa sendiri tak beranjak dari posisinya.

"Aku hanya ingin kita bertiga terbuka; menjalani hubungan yang terasa sulit ini secara baik-baik saja." Seonghwa mulai bicara lagi, menumpahkan apa yang ia pikirkan melihat bagaimana Hongjoong bersikap selama belasan hari kebelakang ini. "Kita berdua mencintai San, bukan? Kau berani menyentuhnya sejauh itu selama hubungan kita, dan aku pun demikian. Tapi kita berdua tak rela kehilangan satu-sama-lain. Jadi, aku tak melihat di mana titik salahnya, di mana spasi yang harus di isi."

Tapi Hongjoong terus tak memberikan respon yang Seonghwa inginkan; tapi Seonghwa sendiri tak tahu respon seperti apa. Walau ia menunggu beberapa detik setelahnya, sampai Hongjoong mulai melajukan mobil tersebut ketika lampu hijau kembali, pemuda yang beberapa bulan lebih tua itu menarik napasnya perlahan. Lalu ia menarik diri sambil mencoba menarik resleting Hongjoong naik kembali.

"Okay, aku minta maaf. Mungkin aku terlalu mengambil waktu Sanie darimu..."

Seonghwa tak tahu mengapa ia menyebutkan kalimat itu, seolah itu adalah kesimpulan yang ia dapatkan dari bagaimana Hongjoong bersikap. Tapi Seonghwa hanya tak ingin menjalin hubungan sedingin ini. Seonghwa ingin kembali dengan Hongjoong yang bisa begitu manis dan protektif, secinta apapun dia dengan pelajaran, pekerjaan maupun hobinya.

Mungkin, memang Seonghwa harus memberikan mereka waktu untuk berdua.

Karenanya, Seonghwa mencoba menyusun rencana untuk memberikan mereka waktu, yang juga tak akan mengganggu waktu San untuk ujian selama beberapa hari. Tapi belum isi kepalanya bekerja, tangan Hongjoong terasa menekan tengkuknya. Menekannya sampai turun, membuat wajahnya menghadap pahanya.

Seonghwa berusaha melirik, karena bingung, tapi Hongjoong mengalihkan tangan dari tengkuk itu sejenak, untuk menurunkan kembali resletingnya. Dengan kali ini, meraih kejantanannya yang mengeras dari balik boxernya. Lalu, Hongjoong menekan tengkuk Seonghwa kembali.

Ah, Seonghwa tetap akan menyusun waktu untuk membuat Hongjoong mendapatkan waktunya bersama San. Namun sekarang, Seonghwa hanya membuka kedua belah bibirnya, dan membiarkan lidahnya terjulur. Mengecap rasa yang ia rindukan lagi, walau ia dapatkan dengan kondisi Hongjoong seperti mengabaikannya.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Ehehehe~ gak sabar mau nunjukin kalian banyak hal di kepalaku~ anyway tinggalin jejak ya? Seneng banget bacanya~

Love, Luxor.

OVER THE EDGE (HONGSANHWA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang