Over the Edge - 00 : Titik Keputusan

490 28 6
                                    

Festival terakhir sebelum ujian kelulusan, dari angkatan kelas tiga di SMA North Wood. Jelasnya adalah sebuah festival seni yang diadakan dua minggu sebelum ujian. Katanya; untuk memberikan para murid semester akhir itu rehat barang sejenak. Dan jelasnya, mereka tak perlu melakukan apapun. Hanya para adik tingkatlah yang bertugas untuk menyusun, mengerjakan dan semacamnya. Walau memang mereka sendiri boleh tampil jika ingin, mengingat bahwa sekolah itu adalah sekolah seni.

Hongjoong Ark Fabian, adalah salah satu alumni yang kebetulan diundang. Memang jarang untuk para alumni, terlebih berbeda dua tingkat untuk diundang. Tapi Hongjoong adalah ketua klub seni di angkatannya, yang bahkan karyanya pernah tembus menjadi juara kota dan nasional semasa sekolahnya. Sehingga jelas; dia memang terkenal di sekitarnya; baik di SMA maupun kampusnya sekarang.

Lebih menariknya, Seonghwa de Olivier, salah satu alumni dari SMA tersebut juga diundang. Bukan hanya terkenal dikarenakan paras cantik sekaligus tampan, keturunan Belanda, maupun dirinya yang merupakan ketua klub sastra sebelumnya.

Tetapi karena sudah bukan rahasia lagi bahwa Seonghwa dan Hongjoong menjalin hubungan sejak mereka kelas satu semester dua dahulu. Dan kini mereka sudah menginjak tahun kedua akhir di kampus mereka.

Masih bersama. Masih bahagia.

Jelas, banyak sekali yang iri. Tapi tentu kalah dengan mereka yang mendukung. Terlebih, dikatakan bahwa mereka tinggal serumah sejak kelas tiga dahulu. Jadi itulah yang membuat orang-orang sangat menantikan kedatangan keduanya pada festival SMA North Wood tersebut.

Seperti bagaimana sekarang, baik perempuan maupun laki-laki saling berbisik mengagumi dua orang yang baru datang bersama. Dengan setelan busana yang sangat menawan—oh, mari kita tak lupakan bahwa Hongjoong kini berkuliah di jurusan fashion design—keduanya seolah memancarkan aura berbeda. Seonghwa sendiri terlihat mengenakan rancangan busana santai namun tetap rapi dan elegan, yang mereka yakini buatan Hongjoong, membuat bagaimana ia terlihat seperti orang Italia seperti jurusan kuliah bahasanya sekarang. Tapi tentu tak membuat orang lupa bahwa dia keturunan Belanda.

Kadang orang mengatakan; Hongjoong sangat beruntung memiliki Seonghwa yang merupakan idaman semua orang, tak peduli akan gender mereka. Tapi tak sedikit juga mengatakan Seonghwa sangat beruntung memiliki Hongjoong yang sangat independen akan karyanya sampai sudah membentuk nama; seolah ia tak perlu meneruskan kuliah untuk menggapai cita-citanya.

Tapi mereka sangat beruntung memiliki satu-sama-lain selama empat tahun ini.

Hanya saja...

Seonghwa menarik napas perlahan, sambil mengeratkan remasannya pada pergelangan tangan Hongjoong yang ia genggam sejak tadi. Sementara Hongjoong melirik tak kentara, tanpa memutus senyumannya agar orang-orang tak berpikir macam-macam.

Kala itu Hongjoong mendekat, lalu berbisik di telinga sosok yang sedikit lebih tinggi darinya itu. Sama sekali tak memutus tatapan dan senyumannya dari sekitar.

"Kau yang memulai ini, Seonghwa. Apa yang ingin kau katakan?"

"I've told you many times, Hongjoong. Aku tak bermaksud—"

Kalimat Seonghwa terputus, saat Hongjoong memberikannya pertanyaan lagi. "Mengelak lagi? Alasanmu tak tahu bahwa dia adalah murid dari North Wood? Memang dia tak pernah les mengenakan seragamnya? Ah, lupa, kalian tak berpakaian."

Merasa ditekan, Seonghwa tersenyum simpul sebelum membalas Hongjoong tanpa meliriknya. "Lagipula bukan aku yang memulai..."

"Oh, kita akan membahas lagi tentang kejadian saat aku kelas tiga?"

Seonghwa menjilat bibir bawahnya, tak pernah terbiasa dengan bagaimana dinginnya Hongjoong setiap kali mereka tak sepaham. "Tapi kau melakukannya lebih dahulu di belakangku. Kau memanfaatkan bagaimana aku tak pernah mengganggu kegiatan klubmu dan—"

"Senior Hongjoong! Senior Seonghwa!"

Panggilan dari kejauhan itu yang kali ini memutus kalimat Seonghwa. Sebuah lambaian, serta seruan dari sosok yang tersenyum seperti anak kucing tersebut terlihat berlari ke arah mereka. Melewati orang-orang, mencoba mencapai keduanya.

Sedangkan Hongjoong segera melirik Seonghwa, meminta penjelasan, namun memberikannya senyuman agar tak ada orang yang curiga.

Atau sebenarnya, itu adalah bentuk ekspresinya ketika ia muak.

"Tiga ciuman bodoh saat aku kelas tiga, dan dia kelas satu, tak sebanding dengan bagaimana kau tidur dengannya sejak dua bulan lalu."

Seonghwa tak bisa mengelak, karena pikirannya pun berusaha membenarkan apa yang Hongjoong ucapkan. Bahwa ia yang salah, bahwa ia yang berkhianat sekarang, bahkan sampai dengan hubungan badan.

Tapi Seonghwa merasa... ia hanya berusaha membalas sesuatu yang ia rasakan dahulu. Sakit hati saat ia tahu Hongjoong pernah menyukai seseorang dalam hubungan mereka. Sayangnya... orang itu adalah orang yang sama.

Seseorang yang Hongjoong cium dua tahun lalu, seseorang yang Seonghwa tiduri sejak dua bulan lalu, adalah orang yang sama yang kini sampai dengan langkah cepatnya menuju hadapan mereka. Yang jelas mengundang pertanyaan orang-orang, tak mengetahui bahwa sosok berambut biru dengan highlight ungu tersebut terlihat dekat dengan pasangan paling disukai selama sekolah tersebut.

"Senior Hongjoong! Senior Seonghwa! San menunggu kalian datang!"

Hongjoong melirik Seonghwa yang berusaha tersenyum dengan ramah, saat orang-orang memberikan tatapan aneh pada San.

Ya, Sanzio Forrest.

Adik tingkat mereka di SMA dahulu, yang sebentar lagi akan lulus dan menyusul keduanya ke jenjang kuliah.

"Well, mari kita sambut ketua klub seni kita dahulu; Senior Hongjoong! Dan juga Senior Seonghwa yang sudah menjadi tutor privat Bahasa Italiaku selama lima bulan!"

San, yang jelasnya pernah dan tengah menjerat dua orang dihadapannya tersebut. Di mana kini ia tersenyum lebar sebelum menggandeng lengan keduanya diantara tubuh mereka, seolah tak paham akan apa yang terjadi sekarang.

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Leave me something~

Love, Luxor.

OVER THE EDGE (HONGSANHWA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang