Helaan nafas berat mengudara. Keringat yang membasahi tubuhnya semakin mengucur deras sampai membasahi punggung seragamnya. Tidak heran sih, matahari bersinar cukup terik siang ini. Sehingga hukuman yang diberikan Mr. Adam terasa bertambah berat.
"Ingat ya, habis ini jadwalmu piket uks. Aku akan menitip absenmu di pelajaran berikutnya."
Ujaran dari orang yang mengaku sahabatnya itu hanya ia jawab dengan anggukan lesu.
Mau bagaimana lagi, sulit dipercaya akal manusia memang jika ia menyatakan bahwa ia hidup di dunia berbeda. Entah mungkin ini rencana Tuhan untuk memberinya kesempatan dalam hidup atau memang salah satu 1:1 juta ribu kejaiban dunia, Sakura merasa bahwa kehidupannya sekarang justru memberatkan baginya.
Ketika di kehidupan aslinya, masa SMA adalah masa-masa yang Sakura benci karena ia sering dikucilkan sebab statusnya yang sebagai anak rantau. Ia tak memiliki teman sama sekali, relasi tak punya, kekasih apalagi, sehingga hidupnya waktu itu terasa sangat suram.
Sakura adalah salah satu dari kepribadian yang ekstrovert, dan sekalinya dikucilkan, hal tersebut malah dengan telak bisa menyentil mental psikisnya.
Segala macam kesuraman ia habiskan di masa muda, dan masa SMA adalah hal terburuk yang ia miliki. Mungkin bagi sebagian orang berkata bahwa masa terindah adalah masa putih abu-abu, namun di masa itu justru sebuah kesialan tersendiri bagi Sakura.
Jadi ketika ia mendapati raga dan tubuhnya tiba-tiba mengecil serta berada di dunia yang tak dirinya kenal, Sakura hanya bisa mengumpat dalam hati. Ia hanya ingin hidup nyaman dan mati dengan tenang. Sehingga entah apa yang disebut kesempatan ini terasa seperti neraka tersendiri bagi Sakura.
"Ini, Tara yang membawakannya."
Sakura melirik sapu tangan berwarna merah muda miliknya. Dengusan kecil seketika tak bisa ia sembunyikan. Matanya segera berpaling ke arah tiang bendera dan kembali melakukan gerak hormat. Dalam hati, lagi-lagi ia meratapi kesialannya. Terlebih lagi ketika ia mengingat-ingat nasibnya berubah 180° setelah bertemu seorang pemuda bernama Tara.
Helaan nafas ia hembuskan dengan panjang. Antara karena lelah berdiri dan lelah batin, Sakura hanya bisa menggerutu kecil.
Taraka Callisto namanya.
Ketika ia membuka mata dan menemui lingkungan yang sama sekali tak Sakura kenal, Sakura mengira bahwa itu hanyalah personifikasi dari rasanya di ambang kematian. Ia kira itu hanyalah ilusi sebelum malaikat datang dan menanyainya dan memutuskan tempat persinggahan terakhirnya, di neraka atau tempat bernama surga.
Namun ada sebuah kejadian di mana Sakura tersadar bahwa dirinya bukan lagi berada di ambang pintu neraka atau surga. Kejadian yang sampai saat ini ia sesali itu membuatnya tersadar, bahwa Sakura sekarang hidup di dunia novel favoritnya.
Semua orang jelas nampak asing baginya. Akan tetapi ketika ia mengetahui nama dari seorang lelaki yang sempat ia selamatkan malam sebelumnya, Sakura sadar betul bahwa pria tersebut adalah salah satu gambaran sosok dari salah satu tokoh di novel 'Melting Prince'. Di mana novel tersebut sudah ia baca berulang kali di masa muda untuk menghabiskan waktu senggangnya.
Sakura selalu gemar membaca. Dan Melting Prince adalah novel paling favorit di antara semua koleksi novel yang Sakura punya.
Sayangnya, kisah favorit antara dua pangeran es serta satu gadis pencair hati kedua pemuda itu telah mematahkan semangatnya untuk kembali menikmati kehidupan. Walau ia sudah tahu bahwa novel tersebut memiliki ending yang sangat memuaskan--di mana pemeran utama menikah dengan salah satu pemeran pria--Sakura anggap hidupnya kali ini penuh kesialan.
Alasan pertama, tentu berkaitan dengan kehidupan lamanya, di mana masa SMA adalah masa-masa paling kelam dan suram yang pernah Sakura punya. Yang kedua, tentu karena keinginannya untuk mati dengan tenang tak kesampaian sebab jiwa serta raganya harus transit dulu ke dunia novel ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Run From The Male Lead
Novela JuvenilSakura hanyalah seorang gadis berusia 24 tahun yang berprofesi sebagai dokter bedah di salah satu rumah sakit besar di kotanya. Setiap hari Sakura selalu menjalani harinya dengan senyum sumringah karena operasi yang ia jalani selalu berjalan lancar...