2

183 35 7
                                    

Makan siang begitu khidmat. Tidak ada siapapun yang memulai untuk mengoceh hingga sendok diletakan sejajar di atas piring kosong.

Tangan kering Yizu bergerak kesulitan meraih tahu susu dari mangkuk besar dan Dita membantunya.  Makan siang hari ini sangat berbeda bagi Seokjin juga Yizu bahkan untuk bibi Zhang. Sebelumnya bibi Zhang akan kembali ke rumah di jam makan siang, membiarkan ayah dan anak memiliki waktu intim bersama, sedangkan ibu akan pergi keluar dari rumah dari waktu ke waktu. Namun hari ini, keluarga terlihat begitu hangat dan meriah.

Bibi Zhang menangis di hatinya. Lantunan doa terus mengalun untuk kebahagiaan tuan muda. Berharap tampilan ini akan bertahan untuk selamanya. Tidak ada lagi wanita muda yang menganiaya dan abai akan tanggung jawabnya.

"Makan lebih banyak. Jangan biarkan ibu melihatmu hanya tulang dan kulit." goda Dita memberi tatapan prihatin kepada Yizu.

Bayi kecilnya mengangguk taat. "Makanan hari ini sangat lezat, Yizu akan makan lebih banyak."

"Pria pintar. Ibu sangat menyukai mu."

Seokjin menatap satu besar dan kecil sedang berbicara nyaman seolah hal-hal sebelumnya tidak pernah terjadi. Penolakan akan keberadaan putranya, seolah tidak pernah dilakukan oleh istrinya. 

"Apakah kamu akan kembali ke perusahaan setelah makan siang?"

"Kurasa tidak. Kamu baru saja siuman."

"Aku baik-baik saja. Jangan tunda urusan mu karena aku."

Seokjin memicingkan matanya, dia menjadi semakin enggan untuk pergi saat mendengar dia memaksanya. "Dita, jika kamu berpikir aku akan lengah..."

"Eohhhhh" Dita merotasikan matanya kepada Seokjin."berhenti menuduhku. Aku adalah Dita yang baru, hal-hal akan berbeda mulai sekarang. Jangan khawatir, tidak ada pria lain. Tidak lagi bertindak curang di dalam pernikahan."

Haruskah dia percaya? Dita sangat mencintai Jungwoo. Dia bahkan rela memberikan segalanya untuk pria itu. Bagaimana dia bisa percaya dengan Kata-kata tanpa beban yang baru dia ucapkan dengan santai?

"Jika kamu masih tidak senang, aku akan pergi denganmu. Tidak, Yizu juga..."

Yizu yang masih mengaduk mangkuk, secara alami mendongak, kala namanya di sebutkan oleh ibu. Di detik pertama Yizu tertegun, saat mulai mengerti segera dia berseru "aku ikut" dengan penuh semangat.

Kerutan muncul di dahi Seokjin. "Kamu akan pergi? Ke perusahaan?"

"Ya! Tidak bisakah aku?"

"Tentu bisa. Kamu bebas untuk berkunjung." segera dia mengkoreksi tampilannya yang begitu bersemangat.

Selama pernikahan, Dita tidak pernah membiarkan dunia tahu tantang pernikahan keduanya. Bahkan dia tidak pernah bertanya tentang perusahaan. Dan sekarang dia menawarkan diri untuk datang bersama?

Seokjin tidak bisa menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Dia bahagia. Pada akhirnya dita mau pergi ke depan publik bersamanya. Bahkan bersama putranya.

"Selesaikan makananmu Yizu..." perintah Dita mengingatkan putranya. "Aku akan bersiap." lanjutnya, berdiri kembali ke kamar.

Tiga orang yang tertinggal menatap Dita dengan perasaan rumit. Benarkah dia tulus kali ini? Bibi Zhang mewanti-wanti adanya trik baru, sedangkan Seokjin terlalu ribut di dalam Pikirannya sendiri. Dia bahagia dan bahagia. Bibirnya berkedut-kedut ingin tersenyum lebar namun kewibawaan harus tetap di jaga. Ada putra dan bibi Zhang yang masih berada di sana. Dia tidak boleh kehilangan rasa hormat dari orang lain.

"Seokjin-ahhh...." teriak Dita dari dalam kamar.

Tanpa membuang waktu, Seokjin melesat pergi menghampiri Dita. "Ada apa?" tanyanya berusaha sealami mungkin.

Dita menggunakan dress Dior hitam setinggi 10 cm diatas lutut. Ada tali spaghetti di bagian belakang dan dia tidak bisa menjangkaunya. "Bisakah kamu membantuku dengan talinya?" tanya Dita begitu alami. Seolah hal ini sangat wajar untuk dilakukan.

Seokjin tertegun menatap punggung dita yang terbuka tanpa bra dihadapannya. Dia menelan ludahnya kasar. Bisakah wanita yang jatuh menjadi ceroboh, kemudian? Dia adalah adalah Seokjin bukan Jungwoo. Hal seperti ini tidak pernah dia ijinkan untuk terjadi.

Dita menoleh karena Seokjin tidak bergegas menolong nya. Saat dia berbalik, dia menemukan Seokjin masih tertegun di ambang pintu. "Apa yang kamu lakukan di sana? Apakah tidak akan membantu?" tanya dita curiga.

Tersadar dari ketersesatan, Seokjin segera datang untuk menolong. Dia meraih tali spaghetti di bagian punggung dan mengaitkan nya dengan indah.

Apakah kamu belajar terlebih dahulu? Ya! Aku mempelajari semua tentang menyenangkan wanita. Dia berusaha agar Dita tidak pernah merasa dirugikan, jadi dia benar-benar mempelajari detail yang diperlukan wanita dari seorang pria termasuk membantu mengaitkan tali atau resleting bajunya. 

Setelah selesai, Seokjin mundur satu langkah, dia mengamati Apakah talinya sudah di tali dengan baik dan bagus. setelah merasa puas dengan hasilnya, dia menghela nafas panjang. Kurasa dita tidak akan mengeluh dengan hasil ini.

"Terimakasih."

Hanya itu, tidak ada keluhan atau bahkan melihat ke cermin untuk memastikan.

"Kamu... Kamu tidak ingin melihatnya terlebih dahulu? Apakah cara ku menalinya sudah sesuai dengan standar mu?"

"Tidak perlu. Selama tidak terbuka dan mengekspose punggungku dengan berlebihan, itu sudah cukup." ujarnya santai.

Mendengar hal itu keluar dari Dita rasanya seperti ilusi.

Dita berniat mengambil tas dari lemari tapi lengan Seokjin melingkari tubuhnya.

"Dita, jika ini adalah tipuanmu, bisakah kamu terus melakukan itu? Tipu aku selamanya. Jangan biarkan aku tahu kebenaran. Aku baik-baik saja dengan tipuan ini."

Bukankah ini miris. Pria ini rela untuk di tipu hanya karena merindukan cintamu, kasih sayang mu, tetapi yang di cintai olehnya adalah wanita dengan mati otak. Kenapa kamu begitu sial, Kim Seokjin? Kamu bisa mendapatkan cinta penuh dari wanita lain. Kamu sangat di cintai oleh mereka tapi kamu....

Dita meraih lengan Seokjin. Melonggarkan pelukannya dan berbalik. Dia membalas pelukan itu. " aku tidak menipumu. Ini adalah apa yang kamu dapatkan saat kamu begitu sabar untuk menunggu ku menjadi sadar.  Terimakasih Seokjin. Sekarang giliranku untuk memanjakan mu. Mengejarmu, membuatmu percaya akan ketulusan ku."

Mereka saling memeluk untuk waktu yang cukup lama. Tautan  itu terlepas saat bola ketan berlari menubruk Keduanya. "Aku menginginkan pelukan." seru bayi Yizu memeluk paha Dita dan Seokjin.

Dita tertawa dengan tingkah lucu Yizu. Dia meraih tubuh kecilnya dan membawa Yizu di dalam gendongannya. "Oke, biarkan ayah dan ibu memeluk mu." Dita mengingatkan Seokjin untuk memeluk mereka berdua.

Bagaimana tampilan ini terlihat? Bibi Zhang yang semula berniat mengantar tuan mudanya bergegas mengambil ponsel dan membidik kamera ke arah mereka. Dia tersenyum sambil menangis. Tidak lupa juga untuk membagikannya kepada dua majikan dari orang tua tuan Seokjin juga ibu dari nyonya.

Mereka pasti akan senang. Ini adalah tampilan yang mereka inginkan selama ini. Tuan Seokjin sangat bijak. Tidak menyerah dalam pengajarannya.

MEMAKAI BUKU: MENJADI IBU YANG JAHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang