8

194 31 10
                                    

Di dalam perjalanan kembali ke Mension, keluarga Dita dan Seokjin di buat geram dengan banyaknya rumor yang beredar.

Seseorang akan berteriak bahwa aku telah menjauhkan setoples cuka ketika melihat Jungwoo datang bersama seorang gadis dan Dita menjadi tidak terkendali.

"Ada apa dengan kerutan di dahi mu, hum?" tanya Dita, ketika menemukan Seokjin di sudut kursi penumpang menggertakkan gigi.

"Tidak apa-apa." bohong pria itu. Dita baru saja bersikap baik. Dia tidak ingin perasaan tertekan akan mempengaruhi emosinya dan kembali menjadi buruk.

Yang tidak Seokjin ketahui adalah, wanitanya tidak mempercayai apapun yang dia katakan. Mustahil setelah apa yang terjadi malam ini tidak akan ada keributan. Jadi ketika Seokjin berusaha keras untuk menyembunyikannya dia segera berkata. "Tidak perlu di ambil pusing. Itu hanya rumor. Selama aku istrimu dan kamu suamiku, itu sudah dari cukup. Ayo kita hidup dengan baik. Abaikan  yang lain."

Kali ini Seokjin benar-benar terkejut."apa kamu benar-benar baik-baik saja? Ini tentang Jungwoo dan kamu di masa lalu. . ."

"Apakah suamiku cemburu?" Dita menyenggol bahu Seokjin dengan bahunya.. Sangat genit.

"Jika bukan aku, suamimu yang cemburu, lalu siapakah yang akan cemburu.?"

Dita Mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke sisi Seokjin, dia memberinya satu ciuman ringan di pipi Seokjin. " lakukan lebih sering. Aku menyukainya. " bisik Dita.

Mata Seokjin terbelalak. Mereka berada di dalam mobil dengan seorang pengemudi di bagian depan dan Dita menciumnya? Meskipun bukan dengan bibir yang beradu namun tetap saja, ini kemajuan yang sangat dan sangat baik.

"Aku penasaran, Bagaimana dengan putra kami? Apakah dia baik-baik saja? Sejujurnya aku sangat merindukannya."

Seokjin melihat ponselnya kembali. Tidak ada panggilan masuk dari rumah.  Itu artinya, putra mereka baik-baik saja.

"Hari sudah larut. Saat di rumah sakit aku menelpon rumah, Yizu pergi untuk tidur."

Mendengar penjelasan Seokjin, Dita menghela nafas panjang. "Putraku adalah yang terbaik, benar? Dia sangat patuh. Seokjin! Katakan padaku, apakah aku melukai Yizu cukup banyak sebelumnya?"

"Tidak ada. Kamu tetap ibu yang baik. Aku dan Yizu memahaminya. Segalanya pasti sulit untukmu, bukan? Kamu dulu adalah wanita yang sangat luar biasa dengan karir yang cemerlang kemudian ini terjadi." mata Seokjin tertunduk. Dia menatap buku jarinya yang memutih oleh tekanan dia kepalannya. "Maafkan aku. Aku tahu ini semua Kesalahan ku."

Dita meraih tangan besar tuan Kim. Menggenggamnya dengan erat membuat dia pemilik menjadi semakin panas.

Ada ledakan kecil di hatinya saat istri mengambil inisiatif pertama, membuatnya semakin yakin bahwa Dita benar-benar menjadi istrinya kali ini.

Pandangan Keduanya bertemu, bibir merah Dita bergetar karena keinginan untuk mengangkat perasaan bersalah suaminya. "Dulu mungkin aku sangat terkejut, tetapi sekarang aku sangat bersedia menjadi istrimu dan ibu dari anakmu. Tuan Kim, jangan pernah kita menoleh kebelakang. Mari kita letakkan masa lalu jauh Di Sana. Dan berjalan maju bersama, bagaimana?"

Seokjin masih menatap jalinan  tangan mereka dengan perasaan yang hangat.

Bisakah dia mengambil janji ini dan mengandalkannya? Kekhawatiran tidak pernah bisa dia buang dari hatinya.

Dia pernah berpikir untuk menyerah dan membiarkan Dita pergi, tetapi ketika bayi itu ada, dia mulai enggan dan enggan. Mungkin Seokjin bisa menipu dirinya sendiri atau menyiksa dirinya sendiri tetapi dia tidak dapat menyeret Yizu kecil mereka untuk menderita bersama. Dia akan mengikat Dita dengan kencang dan memberi Yizu keluarga yang lengkap.
.
.
.
.
.
.
Sangat larut ketika keduanya sampai di Mension mereka.

Seokjin berjalan dengan Dita yang memeluk lengannya sembari tersenyum cerah.

"Bibi sudah pergi tidur?"

"Ya, kurasa."

"Ok, aku akan kembali ke kamarku. Selamat malam tuan Kim.." kata Dita berjalan mundur sembari melambaikan tangan sebelum berbalik dan Pergi ke kamarnya.

Seokjin masih berdiri tertegun di sana. Dia melihat pintu kamar Dita tertutup rapat.

Kami sudah menikah, tetapi masih seperti ini?

Dia mengundurkan bahunya. Ada perasaan kecewa yang muncul.

Sejujurnya tuan Kim masih ingin berbicara banyak hal dengan istrinya tetapi sepertinya pihak lain tidak merasakan hal yang sama. Dia dengan enggan berjalan ke sisi yang berlawanan, tiba-tiba suara derit pintu terbuka terdengar.dia berbalik, menemukan istri kecilnya tertunduk dengan malu-malu.

"Tuan Kim, Bisakah kamu membantuku membuka Ikat pada gaun ku? Talinya terlalu rumit. Aku kesulitan."

Wajah dita dan telinganya memerah dan suasana menjadi lebih canggung karena Seokjin tidak memberinya tanggapan.

Dengan sedikit kesal dia terbatuk, untuk menyadarkan suaminya yang murahan.

"Agh?! Mem-membantumu melepas gaun?"

Dia tidak menyadari dengan apa yang dia katakan. Ketika dia sadar, itu sudah terlambat. Dia ingin menggali lubang dan mengubur dirinya sendiri.

Bukankah pertanyaan terdengar cabul?

"Talinya.. Mengurai Talinya... " buru-buru dia memperbaikinya.

Dita menggosok ujung hidung yang tidak gatal.

Disana tidak ada orang lain selain keduanya. Jadi tidak apa-apa bukan, jika dia membukanya di depan pintu?

Seokjin menghampiri Dita. Terlalu canggung membuat pria itu mengambil langkah dengan ceroboh. Masing-masing Kaki dan tangan bergerak sejajar membuatnya terlihat konyol. Ya Tuhan, sosok Seokjin yang pendiam dan tidak tersentuh seolah omong kosong.

Dita menggigit bibirnya sendiri. Dia menyembunyikan tawa yang siap meledak melihat tingkah itu.

Seokjin mengutuk dirinya sendiri berulangkali. Kebodohan jenis ini tidak dapat di tolerir. Mungkin Dita akan kembali menarik sikap hangatnya beberapa waktu setelah hal ini karena merasa ilfeel.

"Aku gugup. Akan melakukan kontak dekat denganmu membuatku kacau. " akui Seokjin tanpa rasa malu. Dia membiarkan Dita berbalik. Menunjukan punggungnya yang dihiasi banyak pita rumit.

Sudut bibir Dita berkedut. Seokjinnya sangat jujur. Ujung telinga Dita terbakar oleh rona dan Seokjin melihatnya.

Tubuh Dita menggigil hebat, dia merasakan jejak basah dan libidonya secara tiba-tiba naik. Seokjin terlalu berani atau mungkin tidak tahan melihat istrinya yang menggemaskan. Dia menggigit telinga Dita.

"Eeuugghhh~~"

Dita terkejut mendengar desahan yang bocor. Dia menggigit lengannya sendiri, khawatir jika dia mungkin sudah gila.

Detak jantung Seokjin berdebar lebih cepat, deru nafasnya memburu. Menemukan lenguhan jarang dari istrinya, dia menjadi semakin keranjingan. Dia tidak lagi menguraikan sampul tapi di punggung tetapi tangannya berlari ke depan. Memeluk istrinya sembari mencium-cium telinga Dita.

"Terimakasih telah mengijinkan ku menyentuhmu. " bisik Seokjin menggigit daun telinganya (Dita).

Perasaan ini terlalu enak. Ada kepakan kupu-kupu di dalam perut bawah ku. Berapa lama aku mengabaikan perasaan ini?

Tangan Seokjin semakin berani dan berani. Jari-jarinya merangkak hingga  area dada, memberikan pijatan lembut dan terus menaikan keinginan Dita untuk pergi lebih intim lagi.

"Bisakah aku melakukan lebih?? "

Dita memejamkan matanya, dia menikmati setiap perlakuan cabul Seokjin kepada tubuhnya.

"Eehh~~ huem.. "

"Ayah, Ibu.. Kamu kembali. "

Dita membuka matanya dan mendorong Seokjin hingga nyaris tersungkur. Dia merapikan pakaian dan

Seokjin: bajingan kecil benar-benar tidak tahu momentum?!

Dita: eoh ya Tuhan! Hampir saja biji mata putraku yang suci di nodai...

Yizu: 😐😐😐😐

MEMAKAI BUKU: MENJADI IBU YANG JAHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang