10

128 23 4
                                    

Di pagi hari, Dita dibangunkan oleh aroma lezat yang menguar. Dia masih memiliki rasa tidak nyaman setelah aktivitas malamnya yang panas. Dia masih tersesat kenangan semalam. Rona merah muncul seiring gambaran sembrono itu bermunculan di dalam pikirannya.

Dia menyembunyikan wajah panasnya di balik selimut.

"Ibu, apakah ibu bangun? " cicit suara susu Yizu menyadarkannya.

Dita menarik selimut, dengan malu-malu juga suara parau, dia berkata. "Ibu baru saja bangun. . . " dia terdiam sejenak. Mengamati bola ketan dihadapannya.

Pria kecil itu telah merubah penampilannya, menggunakan seragam sekolah yang manis. Mata tidur Dita Seketika terbuka, pemandangan pagi yang sangat mencerahkan biji matanya. "Putra Kami sudah siap pergi? "

Yizu melompat ke atas ranjang, menjejalkan tubuh kecilnya kedalam pelukan Dita. "Un! Ayah telah merawat ku. Ayah tidak mengijinkan Yizu membangunkan ibunya, karena ibu kelelahan. " ujar Yizu mencicit dengan wajah seperti ikan buntal.

Dita tersedak udara kosong ketika mendengar ucapan Yizu. Seokjin benar-benar bajingan. Dia memuntahkan omong kosong didepan putranya.

Meskipun sebenarnya Seokjin mengkhawatirkan Dita dengan tulus tetapi pikiran Dita yang tersesat sejak awal membuka mata terus menangkap maksud yang salah.

Dita membelai surai Yizu, merapikan lipatan-lipatan baju yang keluar dari tempatnya.  "Yizu menunggu ibu bersama ayah. Ibu akan bersiap, ok? "

"Apakah ibu akan mengantar Yizu ke sekolah? "

"Tentu saja. Ibu dan ayah akan mengantar putranya. "

"Un! Itu bagus. Ibu bersiap lebih awal.  Yizu akan menunggu ibu di meja makan. " bayi kecil tersebut mendaratkan kecupan di kedua pipi Dita sebelum melompat dan melesat meninggalkan kamarnya (Dita).

Sudut bibirnya tertarik. Dia terhibur melihat bola ketan menggelinding dengan cepat.
.
.
.
.
.

Seokjin menyiapkan banyak makanan di atas meja, dengan bibi Zhang yang terus berdiri di sisinya, tertegun, melihat tuan mereka tersenyum tanpa henti.

Ini adalah kali pertama rumah itu tidak terlihat suram. Rumah yang besar dan mati sekarang terlihat sangat hidup.

Yizu berlari dengan ringan dia berteriak "ayyaaahhhhh ibu sudah bangun. Ibu akan bersiap untuk sarapan dan mengantarku sekolah. "

Seokjin dikejutkan oleh teriakan itu namun senyumnya tidak pernah hilang dan bertambah cerah dari waktu ke waktu.

Dia meletakkan sandwich di depan putranya. "Jadilah baik, Yizu. Selesaikan sarapan lebih awal. "

Seokjin tidak dapat menyembunyikan kebahagiaan sama sekali.

Bibi Zhang tidak tahan, dia ingin melontarkan sedikit godaan untuk tuan muda mereka.

Seokjin bekerja dengan keras. Dia lebih banyak bicara sejak pagi ini.
.
.
.
.
.
.
Langkah ringat terdengar dari sisi tangga. Dita menuruni anak tangga begitu hati-hati. Yizu yang memiliki hati lembut dan peka, dia buru-buru menghampirinya, mengulurkan tangan untuk membantu ibunya.

"Jika ibu tidak merasa nyaman, ibu bisa kembali ke kamar dan beristirahat." Wajah bayinya terlihat sedih dan hati Dita tiba-tiba menjadi hangat.

"Melihat bayinya begitu perhatian, ibu sudah kembali sehat. " kata Dita membawa Yizu kedalam pelukannya.

Seokjin tidak meninggalkan apapun, dia juga menghampiri istrinya, membantu untuk menuruni tangga.

Sekilas Seokjin terlihat merasa sangat bersalah tapi jauh di dalam hatinya dia juga merasa bahagia. Apa yang menjadi impianku juga angan-angan berada di hadapannya. Aku terpuaskan. Seakan tidak ada apapun lagi yang dia harapkan di dunia ini.

Tanpa Xiao Kim ketahuilah, tuan Kim yang dewasa menyelipkan tangannya di belakang punggung Dita, mengusap lembut dan sedikit memberinya pijatan.

Dita mencondongkan kepalanya sambil berbisik. "Jadi kamu tahu bahwa istrimu menderita sakit pinggang. "

Meskipun wajahnya terlihat menyesal, senyum Seokjin tidak bisa hilang.

"Maafkan aku." Ujar Seokjin menundukan kepalanya melihat tubuh mungil Dita.

Sekalipun dia menderita, ini tidak buruk. Di kehidupan sebelumnya dia seorang perawan Maria, sekarang ada daging segar yang bisa dia nikmati kapanpun. "Ingat untuk mengendalikan tenagamu di masa depan. "


Kepalanya terangkat setelah mendengar ucapan Dita. Dia memiliki mata yang cerah seperti bayi mereka.

Yizu melihat keduanya begitu dekat. Ada perasaan tidak aman yang muncul. Ibunya akan diambil oleh ayahnya? Tidak! Yizu yang akan menjadi kesayangan ibu. Bahkan jika dia harus bersaing dengan ayahnya sendiri. Yizu menyipitkan matanya, mencurigai Seokjin sebagai musuh.

"Ibu, mana yang lebih besar. Cinta ibu kepada bayinya atau cinta ibu kepada suaminya? " pertanyaan itu datang begitu tiba-tiba, bahkan sebelum Dita dapat meletakkan bokongnya di atas kursi.

"Kenapa bayiku menanyakan itu, hum? " tanya Dita berusaha bersikap bijaksana.

"Saat aku terbangun di pagi hari, aku adalah yang pertama. Aku mencari ibuku tetapi dia berada di ranjang bagian luar, membiarkan ayah mengambil sisi dalam (ditengah di antara keduanya) ibu memeluk ayahku tetapi tidak dengan bayinya. "

Ucapan Yizu membuat Dita menyemburkan tiga liter darah. Bayinya telah dianiaya. Mengiangat bahwa dia tertidur di dalam bak mandi kemarin malam, hanya ada satu penjelasan yang sangat masuk akal. Itu pasti perbuatan Kim Seokjin. Dia melemparkan tatapan yang tajam, seakan tatapan itu bisa membunuhnya. tapi, Seokjin seolah tuli. Dia tidak memiliki perasaan harus bertanggung jawab. Menjejalkan sandwich tanpa beban.

Dita meraih tangan kecil putranya. "Begini, seperti yang Yizu lihat, ibunya tidak dalam kondisi baik. Di saat seperti ini, ibu akan lebih banyak bergerak di dalam tidurnya. Jika ibu tidur di sisi dalam, ibu khawatir akan mengganggu istirahat bayinya jadi ibu memaksa ayah menjadi dinding. Jujur saja, ibu enggan melakukan  itu, tapi ibu harus melakukannya. Jika tanpa sadar ibu memukul Yizu saat tertidur, hati ibu akan sakit, ok. "

Sudut bibir Seokjin berkedut. Mendengar usaha Dita menjelaskan kepada anak mereka terasa sangat segar. Ini adalah kali pertama dia melakukan itu.

"Yizu tidak keberatan jika ibu banyak bergerak dalam tidur. Yizu sangat kuat. "

"Benar, Yizu kuat tapi hati ibu sebagai orang tua masih akan sakit jika Yizu terbentur olehku."

Pria kecil itu terdiam sejenak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MEMAKAI BUKU: MENJADI IBU YANG JAHATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang