Peluh membanjiri sebagian besar wajah pucat perempuan yang masih terlelap di atas ranjang bergulung selimut tebal. Mata yang masih terpejam itu bergerak gelisah dengan bibir yang meracau pelan menamatkan nama seseorang.
"Taehyung ...."
Beranjak duduk, ia menekuk lutut dan menggenggam erat ujung selimut. Raut ketakutan masih betah menghiasi wajah cantik perempuan bergaun tidur satin merah muda di sana. Memandang resah ke segala arah dengan isakan perih yang sampai ke ulung hati.
"Taehyung ...." Lagi- lagi bibir pucat itu kembali memanggil nama yang sama.
Berjalan setengah limbung ke kanan dan kiri dengan napas yang terengah. Jisoo berhenti di sebuah cermin yang menampilkan bayangan dirinya. Begitu menyedihkan hingga ia nyaris tak mengenali sosok di dalam cermin itu.
Sebuah vas bunga. Tangannya terulur mengambil benda itu, untuk kemudian ia melangkah maju mendekati cermin bulat di meja rias yang membingkai bayangan perempuan paling menyedihkan sedunia. Lalu memukulkan benda di tangannya pada bayangan itu.
Bunyi rontoknya cermin menggaung begitu keras, mengalihkan atensi orang- orang yang sedang dalam tahap diskusi. Seketika semuanya bangkit menyerat langkah kaki menuju sumber suara.
Sosok perempuan bergaun tidur satin merah muda, terduduk dan meringkuk di atas lantai marmer ruangan yang berantakan, dengan dua tangan yang menjambaki rambutnya. Menangkap pergerakkan Jisoo yang mengulurkan tangan dan mengambil pecahan kaca, orang- orang dewasa itu begerak sigap.
Jisoo membrontak kala Jungkook berusaha menyingkirkan cengkramannya pada pecahan kaca.
"Lepas! Kau bisa terluka Jisoo!" tegas Jungkook pada Jisoo yang masih berkukuh mempertahabkan kepingan kaca dalam kukungan jemarinya bersama bibir yang meracau.
"Tidak mau. Aku ingin menyusul ibuku."
"Tangannya berdarah Jung!" Jiran berteriak histeris.
Melihat darah mengucur di tangan Jisoo. Kepingan kaca yang digenggan Jisoo mengoyak telapak tangan perempuan itu sendiri. Jungkook bukan lagi menggenggam pergelangan tangan Jisoo, melainkan ia mengerahkan dua lengannya mengurung tubuh perempuan itu agar berhenti berontak.
"Sadarlah kau berdarah Jisoo!" tegas Jimin yang ikut menyuarakan suaranya, tetapi tak membuahkan apapun kecuali darah yang semakin banyak sebab Jisoo semakin kuat menggenggam kepingan kaca yang membuat daging dalamnya ikut tercabik.
"HENTIKAN JISOO!!" Maka, bentakan Jungkook menggema begitu cepat, menerobos pendengaran Jisoo, menghentikan sosoknya yang berontak sebab terlalu terkejut.
Jungkook beralih meraih dua lengan Jisoo, lalu meraih wajah dua sisi perempuan itu agar menatapnya."Kau harus ingat bagaimana orang di luar sana banyak manusia yang berusaha mati- matian untuk hidup. Mereka yang harus bolak balik rumah sakit agar tetap hidup."
" Selama matahari masih terbit, kau bisa memperbaiki duniamu."
Jungkook menyorot sendu dua bola mata kelam berselimut cairan bening perempuan yang kini mengatup rapat sepasang bibir pucatnya. Mengerjapkan mata dua kali, tidak ada yang bisa Jisoo lakukan sebab otaknya terlalu lamban berfungsi saat ini. Tangannya mendadak lemas dan secara perlahan melepaskan genggaman kaca pada telapak tangan yang sudah terkoyak isinya.
Sejenak suara menghening, dan suara dentingan dua benda bersentuhanlah menjadi pemecah keheningan saat ini. Semuanya diam membisu.
"Jangan melukai dirimu. Siang ini aku akan menghantarkanmu menemui Taehyung."
Itulah perkataan Jimin yang didengar Jisoo sebelum Seulgi menyuntikkan sebuah cairan diam- diam agar Jisoo kembali terlelap. Bukannya apa, mereka hanya takut Jisoo melakukan hal yang lebih daripada ini. Saat ini saja perempuan itu sudah seberani ini? Bagaimana kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beautiful Wife
FanficPernikahan yang dilandasi tanpa ikatan cinta. Bisakah Jisoo dan Taehyung menyatu lantas keduanya adalah orang asing yang seolah dipersatukan oleh takdir. Pernikahan yang tidak disetujui sang ibu? Bagaimana Jisoo mempertahankan segalanyaa? Lantas bag...