2. hubungan terlarang

19.3K 309 9
                                    

Suasana meja makan benar-benar canggung, Raka sesekali mencuri pandang pada adiknya yang tetap diam dengan tenang sembari memakan roti selai strawberry.

"Aku menyuruhmu sarapan bukan untuk memperhatikan ku makan!"

Lagi-lagi Raka di buat terkejut, pemuda itu segera memasukkan roti kedalam mulutnya dengan terburu-buru.

"Hati-hati nanti terse-"

Uhuk!

"-kan, kenapa kau sangat menyusahkan hah?!"

Rora mengambil air putih membantu Raka untuk meneguk air itu, tangannya mengusap lembut punggung sempit milik Raka.

"Maaf.. " Cicit Raka menunduk dalam, matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis ia tak pernah dibentak oleh siapapun ini pertama kalinya ada yang menggunakan nada tinggi ketika berbicara.

Rora yang menyadari itu tentu saja menghela nafas panjang, daripada mempunyai kakak, Rora merasa ia seperti mengacuh bocah yang gampang sekali menangis dan merengek, Raka itu menyusahkan serba tidak bisa dan selalu ceroboh.

"Sudah jangan menangis, aku minta maaf"

Rora membawa Raka kedalam gendongannya.

"Ingin menonton televisi?"

Raka mengangguk kecil di dalam pelukan adiknya, wajah pemuda itu ditenggelamkan diantara perpotongan leher Rora, ia mencium bau parfum gadis itu yang begitu khas sungguh menenangkan untuknya.

"Film biru?"

"Heh?!"

Wajah mereka terlampau dekat, Rora bisa melihat dengan jelas bagaimana hidung dan pipi yang memerah, mulut sedikit terbuka dan juga kulit yang sangat sehat, pantas saja Raka di juluki sebagai bayi.

"No! No! No!" Jari Raka bergerak ke kanan dan kekiri, bibirnya mengerucut lucu.

"Itu gak baik, filmnya gak baik!"

Glek!

Bibir Raka adalah hal yang menjadi fokusnya, remot televisi bahkan sudah terjatuh, Rora meneguk ludah susah payah, ia tak bisa menahan hasratnya melihat bagaimana bibir Raka yang terus bergumam tak henti.

"Rora kenapa melamu- mmmhhhh!"

Kedua tangan Raka menahan pundak gadis itu, sedangkan Rora semakin menarik tengkuk kakaknya untuk lebih dekat, lidah gadis itu menyapu setiap deretan gigi rapih dari kakaknya.

"Mmmhhh!"

"Mmmmhhh!"

Raka memukul pundak Rora dengan brutal, ia sudah kehabisan nafas tapi Rora belum juga mau memberikan ampun.

"Mmhhh-- hah hah hah.. "

Rora menghapus jejak saliva yang mengalir di sudut bibir kakaknya,

"Manis" Ucap gadis itu kembali melayangkan kecupan singkat di bibir Raka.

"Kenapa cium-cium?" Raka memegang bibirnya yang terasa bengkak, ini adalah first kiss nya tapi kenapa Rora mengambilnya?

"Aku suka, bibir mu manis" Ucap Rora yang mendapatkan tamparan sayang, tapi Raka tak munafik ia begitu suka ketika Rora mendominasi nya.

"Patuh padaku, atau rahasia mu akan terbongkar!"







**********






"Selamat malam!"

Pip

"Siapa?"

STEP BROTHERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang