Sejak kejadian dimana Rora menyebutkan bahwa ia bukan lagi saudara Raka, kakaknya tampak menjaga jarak--, bukan Raka lebih tepatnya mungkin Rora sendiri yang menjaga jarak, gadis itu selalu menghindar dan menatap Raka penuh rasa jijik.
Gadis itu sama sekali bertegur sapa dengan kakaknya, Rora masih tampak kesal, namun melihat wajah kakaknya membuat Rora tak tega, gadis itu kini memutuskan untuk meminta maaf terlebih dahulu mengingat ucapannya yang kurang mengenakan tadi malam.
kini Rora sudah ada didepan ruang kelas milik kakaknya untuk meminta maaf. namun tadi kata teman sekelas kakaknya Raka tak ada mereka bilang kalau Raka bersama dengan Juanda.
Perasaan Rora mendadak tak nyaman, gadis itu mengitari sekolah untuk mencari keberadaan kakaknya namun nihil ia sama sekali tak menemukan Raka, hanya satu tempat yang belum Rora kunjungi yaitu gudang belakang sekolah.
langkah Rora semakin cepat, gadis itu bahkan kini berlari dan benar saja dugaannya bahwa Raka kini ada disana ketika Rora membuka pintu secara paksa dan menemukan kondisi kakaknya yang jauh dari kata baik-baik saja.
"JUANDA BAJINGAN!"
Tendangan pada tubuhnya membuat tubuh Juanda langsung tersungkur, Rora memukuli pemuda itu dengan membabi buta tanpa ras ampun.
"HMPPPP"
Raka beringsut mundur semakin ketakutan ketika mendengar suara yang sedang berkelahi. pemuda itu menjerit tertahan.
"Jangan pernah lagi lo ganggu kakak gue" tekan Rora pada Juanda yang kini terbaring tak berdaya. Gadis itu terlihat seperti monster ganas yang dapat dengan mudah melumpuhkan Juanda bahkan sebelum Juanda memberikan perlawanan, tubuh Juanda kini tak bergerak lagi.
Setiap kalimat yang keluar dari mulut Rora seperti api, Raka bahkan baru mendengar adiknya berbicara kasar kali ini.
Rora langsung menghampiri kakaknya yang kini masih menangis ketakutan, gadis itu membuka semua ikatan yang membelenggu tubuh Raka dan juga membenarkan kondisi baju pemuda itu.
"Raka sadar, ini aku adikmu"
Mata Raka masih terpejam, tangisnya belum juga berhenti, namun Rora tak berhenti menenangkan kakaknya membawa Raka kedalam dekapannya, gadis itu membalut tubuh mungil Raka dengan jaket kulit miliknya.
"Kita pulang!" Putus gadis itu membawa Raka yang masih menangis lirih kedalam gendongannya.
*********
"Kenapa kamu tak berbicara padaku?" Tanya Rora sibuk mengobati luka Raka, Raka sama sekali belum mengeluarkan suara, tatapannya masih tampak kosong, pemuda itu terdiam bak patung seperti tak ada kehidupan dalam sorot matanya.
Padahal baru beberapa hari yang lalu Rora mengajaknya bermain namun kali saat Juanda hampir bisa membobolnya kenapa Raka ketakutan? Padahal selama ini setiap mereka dekat Raka tak pernah merasa setakut itu pada Juanda, ia juga merasa biasa saja ketika berhubungan intim dengan Rora.
Tanpa sadar air mata kini membanjiri pipinya yang sudah memerah, bibir Raka pucat pasi tangannya meremas selimut dengan sangat kuat melampiaskan rasa sakit tertahan, ia membenci dirinya sendiri, Raka hancur ketika mengingat bagaimana tubuhnya dijamah oleh laki-laki.
"G-gue--- hiks gue kotor Ra, Gue kotor!" Racau pemuda manis itu menunduk dalam, kembali menangis lirih.
Rora paham, Raka tak pernah sekalipun menyukai Juanda, keduanya dekat karena sebuah keterpaksaan dan Raka tak pernah memiliki perasaan lebih dan menginginkan hubungan terlarang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP BROTHERS
Teen FictionTentang Aurora yang selalu menentang ayahnya menikah lagi namun saat melihat kakak tirinya, otak licik gadis itu bekerja. "Baby boy.. " _____________________ •Jangan salah lapak, cerita ini berbahaya!• Cover: pin