Sakit, rasanya sakit sekali ketika Rora dengan kurang ajar benar-benar menggempurnya, Raka hanya bisa dibuat tunduk tak berkutik ketika tubuhnya di jamah, kini pemuda manis itu tak bisa untuk sekedar berdiri.
"Masih sakit?"
"Masih nanya?!" Sewot Raka membuat Rora tersenyum kecil, gadis itu seperti tak memiliki dosa sama sekali setelah tak bisa membuat Raka tak bisa berjalan.
Rora mengaduk bubur hingga tercampur rata gadis itu mengarahkan satu sendok pada Raka yang kini mengatupkan mulutnya
"Buka Raka, jangan membuatku marah!"
Dengan masih ogah-ogahan Raka membuka mulutnya, pemuda itu tak mau melihat kearah Rora, selain wajah Rora yang seram, Raka juga enggan menatap saudara tirinya karena masih malu dengan yang semalam, bagaimana Raka yang menangis tersedu-sedu ketika Rora terus bermain dibawah sana, permohonan ampun dan ringisan kesakitan pemuda itu tak Rora hiraukan sama sekali, mereka baru selesai bermain setelah 5 jam dari awal pemanasan.
Puting Raka bahkan masih linu, sialan ini pertama kali ia merasakan sesuatu memasuki lubangnya.
Raka tak sudi, ia tak akan mau lagi.
"Jangan melamun, tak baik" tegur Rora menghapus sisa bubur di sudut bibir kakaknya, gadis itu lantas menggendong tubuh Raka membuat Raka menjerit kesakitan.
"Sakit bodoh hiks..."
"Maaf, maaf aku hanya akan membersihkan mu"
Namun saat tubuhnya dimasukkan kedalam bathtub Raka semakin meringis, lubangnya kembali sakit.
"Sabar, makanya jangan memancing amarahku" bisik gadis itu membersihkan tubuh kakaknya.
"Shhhh...j-jangan dipegang hiks..."
Raka menahan tangan Rora ketika tangan gadis itu menyentuh nipplenya.
"Sekarang kita obati luka mu"
Rora melilit tubuh Raka dengan handuk, gadis itu memposisikan Raka menelungkup memperlihatkan bongkahannya yang memerah dan terdapat luka lecet. Tangan Rora dengan hati-hati mengoleskan salep pada bagian belakang milik kakaknya.
"P-pelan pelan hiks...sakit bodoh!"
"Iya sabar, cengeng banget sih!"
Rora jengah, Raka terus menangis, lagian juga ia tak sadar ketika melakukan hal itu pada kakaknya, Rora di kuasai oleh amarah, otaknya tak bekerja dan ia juga tak tahu bahwa lubang kakaknya akan sampai lecet, bekas cambukan juga ternyata berbekas.
Setelah semuanya selesai Rora membaringkan Raka diatas tempat tidur, gadis itu memeluk Raka dari samping.
"Sakit banget?" Bisik gadis itu membuat Raka mengangguk samar, punggung tangannya menghapus jejak air mata.
"Sekarang kau masih ingin mempertahankan hubungan mu ketika aku sudah membuktikan bahwa aku juga bisa menusuk lubang mu?"
Tubuh Raka kembali menegang, pemuda itu bimbang, Raka tak ingin memutuskan kekasihnya namun disatu sisi ia juga tak ingin membuat Rora kembali marah.
"Aku sudah mendapatkan informasi tentang kekasihmu-"
"Darimana lo tau tentang dia?" Sela Raka cepat menatap tajam adiknya.
"Kita bersekolah disekolah yang sama,tapi kenapa kau tak pernah tahu bahwa dia sudah memiliki kekasih?"
Raka menunduk, meremas selimut yang kini menutupi sebagian tubuhnya.
"Dia bahkan memiliki kekasih sudah lama, memangnya hubungan kalian sejauh apa? Kenapa para murid dikelasnya juga tahu tentang hubungan mereka berdua?"
Raka merasa dirinya semakin disudutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP BROTHERS
Teen FictionTentang Aurora yang selalu menentang ayahnya menikah lagi namun saat melihat kakak tirinya, otak licik gadis itu bekerja. "Baby boy.. " _____________________ •Jangan salah lapak, cerita ini berbahaya!• Cover: pin