00

555 61 29
                                    

Seorang anak berusia sekitar sepuluh tahun, begitu gugup sekarang. Ibunya bilang bahwa dia akan menemui keluarga barunya.

Anak itu bernama Sung Hanbin.
Dia sangat gugup, ibunya bilang dia harus bertemu dengan keluarganya. Tapi yang membuatnya sedih adalah, dia harus berpisah dengan ibunya.

Wanita paruh baya itu menangis, membayangkan harus melepas anak yang dia rawat selama 8 tahun terakhir.

Jadi Hanbin bukanlah anak kandungnya, Hanbin adalah anak yang dia temukan di sebelah rumahnya tengah meringkuk kedinginan ketika musim salju.

"Ibu jangan menangis. Sudah ya, Hanbin akan baik-baik saja. Tenang saja, ibu jangan khawatir. Hanbin pasti akan sering mengunjungi ibu." Tangan anak manis itu dia pakai untuk menghapus air mata di pipi ibunya.

"Hanbin... Dengarkan ibu ya, Hanbin jangan nakal di sana. Dengarkan kata mama dan papamu. Jangan menyusahkan mereka mengerti?" Hanbin mengangguk.

"Satu lagi, ingatlah ini. Ingatlah bahwa ibu sangat menyayangi Hanbin. Jangan lupakan ibu ya?" Hanbin mengangguk, "tentu. Hanbin tidak akan pernah melupakan ibu" wanita paruh baya itu mengecup kening putranya untuk terakhir kalinya sebelum berpisah.

Tin tin...

"Keluarga mu sudah datang, Hanbin-ah ayok temui mereka." Hanbin mengangguk, mereka berjalan dengan sang ibu yang menuntun tangan putranya.

"Baiklah, Hanbin-ah, ucapkan selamat tinggal kepada ibumu" Hanbin mengucapkan selamat tinggal, dan memberikan pelukan terakhirnya? Untuk ibu yang selama ini merawatnya.

"Jangan lupakan Hanbin nae?" Sang ibu mengangguk,

"Hanbin juga jangan melupakan ibu. Ibu sayang Hanbin." Hanbin mengangguk

"Hanbin juga sayang ibu! Sampai jumpa!!" Hanbin berjalan pelan menuju keluarga barunya, seorang wanita cantik menggendongnya.

"Baiklah Hanbin-ah, ayok kita pulang. Kerumah baru. Rumah yang besar seperti istana." Mata Hanbin berbinar-binar,

"Benarkah bi?" Wanita itu mengangguk,

"Humm, tapi jangan panggil aku bibi. Sekarang aku adalah mamamu Hanbin, panggil aku mama, arasseo?" Hanbin mengangguk,

"Baiklah! Ma..." Baru berpisah beberapa menit dia sudah merindukan ibunya.

Hanbin menatap rumah dimana dia dan ibunya tinggal. Bolehkah Hanbin tetap disini saja? Tapi Hanbin takut untuk meminta.

"Baiklah, kajja! Kita pulang!" Hanbin menghela nafas, lalu mengangguk dengan senyumnya yang manis.

"Kajja!!" Mungkin tinggal bersama keluarga baru adalah pilihan terbaik, Hanbin tidak mau menyusahkan ibunya. Mereka hidup seadanya di sini. Walaupun serba kekurangan, tapi Hanbin bahagia.

Hanbin harap, dengan dirinya pergi meninggalkan ibunya, akan membuat ibunya serba berkecukupan, tidak kesusahan lagi, dan bahagia.

.
.
.

Mata itu melebar lucu, mengangumi betapa indahnya rumah barunya, mamanya benar, rumahnya seperti istana.

"Woah! Cantik sekali!" Serunya terkagum-kagum.

Mamanya tersenyum, "kau menyukainya Hanbin?" Hanbin mengangguk,

"Eum! Sangat! Rumah ini sangat cantik dan besar! Ma, apa kita orang kaya?" Tanya Hanbin polos.

Wanita cantik itu tertawa mendengar pertanyaan Hanbin yang kelewat polos.

"Hahaha, aduh, pertanyaan macam apa itu sayang? Tentu saja kita orang kaya. Apa Hanbin senang?" Hanbin mengangguk,

"Apa Hanbin bisa mendapat mainan bagus seperti punyanya Jay?" Tanya Hanbin lagi,

Wanita cantik itu mengernyitkan dahinya, "Jay? Apa dia temanmu?" Hanbin mengangguk,

"Iya, tapi dia jahat sama Hanbin. Dia mengejek Hanbin dan mengatai Hanbin, dia juga sering memukul dan menendang Hanbin, ketika Hanbin ingin pinjam mobil-an nya." Adu nya.

Wanita itu menatap prihatin pada putra bungsunya, kalau saja dia tidak melupakan Hanbin, pasti Hanbin akan hidup bahagia bersamanya.

"Hanbin suka bermain mobil?" Tanyanya, dia tidak ingin Hanbin bersedih jadi dia mencoba mengalihkan pembicaraan,

Anak itu mengangguk, "Humm! Hanbin sangat suka bermain mobil. Dulu paman Jang pernah membuatkan mobil botol untuk hanbin, Hanbin sangat menyukainya, tapi Jay dan teman-temannya merusak mobil itu dengan menginjak-injaknya " sialan si Jay

"Baiklah, lupakan Jay, mama akan membelikan banyak mobil untuk hanbin, ayok masuk" tak terasa mereka sudah di depan pintu.

Hanbin mengangguk, pintu besar itu terbuka, menampakan seisi rumah yang sangat indah di dominasi warna emas.

Hanbin kembali terkagum, ini seperti mimpi.

Matanya menangkap sosok seorang remaja tampan yang sedang rebahan sambil bermain ponsel.

"Tampan..." Gumamnya mengagumi sosok itu. Itu adalah anak sulung keluarga Zhang. Namanya Hao.

"Nah Hanbin, ini kakak mu, perkenalkan namanya Zhang Hao, hanbin bisa memanggilnya kak Hao." Hanbin mengangguk, wajahnya tersenyum, dia sangat senang mempunyai kakak yang tampan.

Hanbin menghampiri kakaknya,

"Kak Hao sangat tampan! Apa Hanbin bisa menjadi tampan seperti kakak juga?" Tanyanya.

Zhang Hao hanya berdecih, "yang benar saja ma! Mana mungkin anak jelek ini adik ku. Dan baunya sangat menjijikkan, apa kau tidak mandi?" Tanya Hao

Hanbin mengendus tubuhnya sendiri, "Humm, Hanbin sudah mandi tadi. Hanbin juga pakai bedak. Apa kakak tidak menyukai Hanbin?" Hao menatap tidak suka pada Hanbin,

"Hey dengar ya anak sialan! Aku bukan kakakmu, dan aku tidak Sudi menjadi kakakmu!" Ucap Zhang Hao sebelum meninggalkan ruang tengah.

"Zhang Hao!!" Teriak mamanya, tapi Zhang Hao tidak menghiraukannya.

Hanbin menunduk, dia sedih. "Apakah kak Hao tidak menyukai Hanbin ma?" Tanyanya lirih,

Wanita itu tidak tega melihat anak bungsunya bersedih, "Hanbin jangan sedih ya. Kak Hao bukannya tidak menyukai Hanbin, dia hanya belum terbiasa. Mengerti?" Hanbin menatap wajah mamanya,

"Benarkah?" Wanita itu mengangguk,

"Humm! Tentu saja. Mama yakin lama-kelamaan kak Hao akan bisa menerima Hanbin, dan kak Hao akan menyayangi Hanbin seperti mama menyayangi Hanbin "

"Semoga saja..." Lirih Hanbin,

.
.
.

hanbinchan_ GK tahan aku tanㅠㅠ

Butuh HaoBin brothership:)
Dan book ini udah ku kurung 5 bulanan di draft:')
Ini ceritanya lebih dominan ke brothership sih, bacaan buat kalian yang lagi puasa😁
Dan aku bakal update ini antara pagi/siang.
Nanti aku bikin jadwal update nya deh, hehe. Soalnya tahun ini aku bakal selesaiin 3 book sekaligus, dan update nya bakal bergilir.

Moga cuka, see u next chapter 🤠
Salam tetet markutet 😝😜🤪

Brother| HaoBin (brothership)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang