Jatuh

13 6 2
                                    

Ketika lembayung berpulang membawa lara. Selaksa sendu menyergap dalam dinginnya malam. Merobek, membekas dalam gamang.

Berlari dan berenang. Jatuh kemudian tenggelam. Ingin ku genggam, sebongkah bukti yang akan aku sumpal.

Ternyata peluh yang terkumpul tak cukup untuk mengguyur. Mulut penuh dosa yang tak mengerti cara hidup bersyukur.

Nyatanya aku tak punya bukti. Meski doa' telah ku panjatkan tanpa henti. Namun tuhan memintaku untuk gagal lagi.

Tak akan ku lupa, rupa tanpa dosa yang menggoreskan lara. Berpikir aku terbiasa mendapatkan nya. Diiringi isak pilu dalam rinai penuh derai aku meratap, "Aku tak terbiasa." Nyatanya sakit tetap ku rasa.

Kan ku dekap temaram sebagai obatnya yang kan menjadi teman menjemput malam sebelum kantuk ku datang.

Ki-A

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang