Masalah terbesar dalam hidupku
Berhubungan dengan dunia dan akhirat kuAku iri, dengan anak yang tak mengaji, tak salat lima waktu, berbicara kotor setiap waktu. Herannya bisa begitu hormat dengan ibu, begitu menjaga tutur kata dan tingkahnya saat didepan ibu.
Apa kabar dengan ku? Durhaka setiap waktu. Meski air mata penuh penyesalan tak berhenti mengalir. Namun dosa itu tetap terukir. Menunggu disambut di hari akhir.
Maaf, boleh aku mengadu sebentar? Ibu ku orang yang baik. Wanita penuh kasih sayang. Dia orang yang hebat. Namun dia gagal. Gagal dalam mendidik. Anak gadisnya tumbuh tak sesuai harapan. Air matanya mengalir membandingkan dengan dirinya.
Aku tak mengerti. Siapa yang salah. Ibu ku yang gagal mendidik. Atau aku yang gagal di didik. Aku telah melakukan apa yang sering dia lakukan. Tapi dia bilang, "kamu salah pergaulan."
Ibu, sadarlah aku tengah meniru mu. Kau berhasil mendidik ku lewat kebiasaan mu. Maaf jika aku tak mengerti, karena kau lalai saat mengawasi. Jangan tuntut aku menjadi seperti yang kau mau. Biar waktu yang membawa ku menunjukkan siapa aku.
Kelak, aku berharap bisa membawa mu bersama-sama ke 'Adn. Disana ada sungai yang menyejukkan mata. Aku harap kita bisa menangis bersama saat menatap pantulan dari sungai yang menampakkan wajah kita yang mirip. Tentunya kau yang lebih cantik. Dari anak mu saat di bumi.
Ki-A