𝕶𝖆𝖑𝖊𝖓𝖉𝖊𝖗 𝕬𝖓𝖙𝖆𝖗𝖎𝖐𝖘𝖆⁶

991 165 77
                                    

𖣐𖣐𖣐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𖣐𖣐𖣐

Arthur sudah tenang, tidak ada lagi isak tangis keluar dari bibirnya. Namun dia masih menggenggam tangan Bumi.

"Panggil nama ku Arthur" pinta Bumi.

"Yang Mulia Bumi" jawabnya membuat semua orang tersentak.

"Tidak ada yang memanggilku Yang Mulia, Arthur"

"Maaf, maaf. Saya tidak tau nama anda Yang Mulia, dan saya tidak bisa hanya memanggil anda dengan sebutan Bumi"

Arthur merasa kecewa pada dirinya sendiri. Pengetahuannya terlalu dangkal untuk bisa mencari jawaban.

Bumi membelai rambut Arthur, ia tau bahwa sangat sulit bagi manusia untuk mengetahui nama asli pada sosok nya yang ini. Tapi beberapa tahun ini Bumi sudah mencoba menunjukan ciri-cirinya, memberi beberapa clue.

"Baiklah" ucap Bumi.

"Arthur, apa yang sedang terjadi?" tanya Eugine.

"Putra Mahkota, apa anda tau apa yang saya lihat sebelum hilang kesadaran kemarin?" matanya lagi-lagi menatap dalam pada Bumi.

"Saya melihat Yang Mulia ada disana, sendirian. Ranting itu dari anda bukan, Yang Mulia?" tanya Arthur namun hanya di balas senyuman oleh Bumi.

"Putra Mahkota, selama ini jawabannya ada di sisi kita"

Arthur menceritakan apa yang dia lihat.

Pulau itu sangat hijau, asri membentang mengelilingi daratan. Hanya dengan melihatnya saja Arthur dapat merasakan betapa segar udara kala itu.

Ditengah pulau berdiri kokoh sebuah pohon besar, sangat besar.

Akarnya merambat keluar, ranting dan daunnya memayungi sebagian pulau.

Suara lonceng berdenting datang dari pohon. Tersemat diantara ranting tua yang membentuk sebuah pintu.

Lalu Arthur menemukannya, daun-daun kering keemasan yang dirajut dengan sulur bunga yang indah hingga membentuk sebuah buku, sedang menorehkan bait demi bait namun tidak melihat siapa yang sedang menulis.

Tak hanya itu, ada sebuah patung disana. Wajahnya tertutup kain tipis putih, sesaat akan di buka ternyata izin tidak memihak.

Pandangannya menggelap, tempat beralih menuju sebuah ranting yang ujungnya berhadapan dengan laut.

Sesorang disana, tangannya melambai indah memainkan air membentuk gelombang dan ombak.

"Yang Mulia, itu anda bukan?" Bumi tersenyum lagi.

"Buku itu buatan anda, Yang Mulia?"

"Mereka yang menulisnya" jawab Bumi.

"Boleh aku berbicara dengan mereka?"

Kalender Antariksa [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang