𝕶𝖆𝖑𝖊𝖓𝖉𝖊𝖗 𝕬𝖓𝖙𝖆𝖗𝖎𝖐𝖘𝖆³

601 138 15
                                    

"Apa yang kau lakukan Hugo! bukakah aku menyuruhmu untuk berhati-hati? lihatlah satu-satu nya semut yang kami temukan mati!" pekik Eugine.

Mereka berlima dengan hati-hati mengikuti langkah kecil sang semut yang tidak terlalu cepat, bahkan Jeremian dan Noah membantu menyingkirkan batu serta tanaman berduri agar perjalanan semut tersebut lancar.

Namun naas, Hugo mendarat tepat diatas semut itu. Satu-satu nya kehidupan di Bumi, mati dikaki Hugo.

Arthur bisa saja menjelajahi semut yang mati, namun tubuh semut itu hancur dan potongan tubuh nya yang menyerupai serpihan tercampur residu alam.

Kesempatan menjelajah pun sirna.

"Ampuni saya Yang Mulia, ampuni Saya" Hugo berlutut di hadapan Eugine.

"Jika penjelasamu tidak memuaskan, maka ambil hukuman mu setelah kembali ke Kekaisaran" ujar Eugine.

"Baik Yang Mulia" kemudian Hugo berdiri.

"Yang Mulia, saya tadi berjalan sedikit jauh ke Utara. Semakin dalam, saya melihat bahwa tempat itu seakan lebih hijau. Dan saya merasa bahwa udara disana tidak terlalu tercemar. Jadi saya membuka helm saya, dan benar Yang Mulia, saya berhasil bertahan selama tujuh menit lamanya tanpa efek samping apapun"

"Kau gila tuan Hugo! tubuh mu bisa rusak jika terpapar udara disini!" murka Mikhail.

"Kalu lihat? aku baik-baik saja!"

"Efek samping itu tidak selamanya langsung terlihat tuan!"

"Tapi aku sungguh tidak masalah, bahkan udara yang ku hirup tadi terasa lebih segar dibanding udara Kekaisaran!"

"Jaga mulutmu tuan Hugo!" pekik Noah.

"Mohon maaf bila menyinggung, tapi saya tidak berbohong Yang Mulia" ujar Hugo.

Hening.

Tentu saja perkataan Hugo tidak masuk diakal.

"Mungkin tuan Hugo benar, tadi saja Jeremian menemukan semut yang mustahil. Yang Mulia lebih baik kita ke lokasi tersebut" usul Arthur.

Eugine mengangguk setuju.

"Ayo semuanya, pegang tangan ku" Hugo merentangkan lengannya agar semua anggota tim dapat menyentuh tubuhnya.

Sekejap, mereka semua berpindah.

𖣐𖣐𖣐

Mereka tiba disana, wilayah yang Hugo maksud merupakan tepi hutan.

"Ini hutan kota" ucap Mikhail.

"Aku tidak merasa tempat ini lebih hijau?" sanksi Jeremian.

"Coba gunakan mata manusia mu, tempat ini memang dipenuhi potongan pohon berwarna hitam dan mati. Tapi coba lihat sekeliling, ada bias hijau diantara pepohon itu dan apa kalian tidak sadar? tidak ada kabut gas disini"

Mata mereka menjelajah, mencari pembenaran atas penjelasan Hugo.

"Tuan Hugo benar, tidak ada kabut gas disini" ujar Noah. Kemudian,

klik

Ia membuka helm oksigennya.

"Udara disini terasa menyegarkan. Maaf Yang Mulia, tapi lagi-lagi tuan Hugo benar"

Melihat dan mendengar apa yang diucapkan Noah. Semua orang membuka helm mereka.

Tarik nafas─

─hembuskan.

Sedikit demi sedikit mereka memjadi rakus akan udara.

"Aku tidak menyangka bahwa aku akan memiliki kesempatan menghirup oksigen di Bumi" ucap Jeremian.

"Walaupun ini sangat menyenangkan, tapi kita tidak boleh terlena. Tetap pada batas waktu lima menit toleransi kita"

Lima menit kemudian, mereka memasang helm oksigennya kembali.

"Mungkin saja ada kehidupan lain di sekitar sini. Ayo cari" titah Eugine.

Beberapa jam berlalu.

"Sebaiknya kita sudahi saja pencarian hari ini Yang Mulia. Bumi malam hari semakin berbahaya" ujar Mikhail.

"Baiklah, Hugo ayo kembali ke pesawat"

Mereka bekumpul dengan Hugo yang menjadi pusat.

"Noah, sedang apa kau? cepat kemari" ucap Eugine namun kesatria muda itu mengacuhkannya.

"Noah!"

"Yang mulia, apa nama bentuk jepit rambut Yang Mulia Ratu?"

"Noah, jangan membuat ku marah"

"Jawab saja Yang Mulia"

"Bunga, jepit itu berbentuk bunga" jawab Eugine.

"Jadi Yang Mulia, apakah yang sedang ku lihat ini bunga?"

Sedari tadi Noah berjongkok di antara akar-akar pohon. Kepalanya menunduk dan matanya terfokus pada bunga ungu kecil yang terselip diantara celah.

Dengan cepat, mereka mendekati Noah.

"Itu Kosmos" ucap Mikhail.

"Jelaskan"

"Bunga Kosmos. Bunga yang tumbuh diantara rerumputan liar, berwarna ungu, pink dan putih. Menurut buku, dia hanya tumbuh diantara rumput hijau yang subur"

Tidak ada rumput hijau, bunga itu berdiri tunggal dengan tangkai nya yang ramping.

"Arthur, jelajahi dia. Tapi jangan memetiknya" pinta Eugine.

"Baik Yang Mulia" Arthur menggenggam bunga itu hati-hati.

Dahinya menyerit tatkala belasan menit barlalu Arthur menjelajahi histori bunga kosmos.

"Kenapa? apa yang kau lihat?" tanya Eugine.

"Ini aneh Yang Mulia, histori bunga ini hanya lima menit dari dia tubuh hingga mekar" jawab Arthur.

"Itu tidak mungkin, karena menurut buku, bunga memerlukan waktu hingga berhari-hari atau berbulan-bulan untuk tumbuh dari awal hingga mekar" jelas Mikhail.

"Tapi aku sungguh melihat bahwa bunga ini tumbuh langsung kemudian mekar dalam sekejap. Dia sudah mekar lima menit yang lalu. Usianya baru lima menit" sambung Arthur.

Mereka terjebak dalam pikiran masing-masing setelah mendengar penjelasan tersebut.

"Disekitarnya, apa ada sesuatu di sekitarnya?" tanya Hugo.

"Tidak ada, hanya akar hitam di sekelilingnya" jawab Arthur.

Bunga itu terselip antar celah akar pepohonan mati. Dalam sudut pandang sang bunga kosmos, hanya ada akar pepohonan.

"Untuk saat ini kita biarkan bunga nya, bisa saja ada kehidupan lain yang tumbuh atau yang bisa di temukan mendekati bunga. Sekarang kita kembali ke pesawat" tutur Eugine.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















⦅ 𝖙𝖔 𝖇𝖊 𝖈𝖔𝖓𝖙𝖎𝖓𝖚𝖊𝖉 ⦆

𝕾𝖊𝖒𝖔𝖌𝖆 𝖙𝖊𝖗𝖍𝖎𝖇𝖚𝖗
꧁ 𝕵𝖆𝖓𝖌𝖆𝖓 𝖑𝖚𝖕𝖆 𝖐𝖔𝖒𝖊𝖓 𝖉𝖆𝖓 𝖇𝖎𝖓𝖙𝖆𝖓𝖌 ꧂

Kalender Antariksa [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang