02| XI IPA 1 |

24 2 0
                                    

MOHON MAAF APABILA ADA KESAMAAN DALAM CERITA BAIK NAMA ATAUPUN LATAR.

CERITA INI DIBUAT ASLI DARI OTAK AUTHOR DAN JIKA DITEMUKAN KESAMAAN DALAM CERITA ITU MURNI TIDAK SENGAJA.
JADI DILARANG COPY CERITA INI.

AND I HOPE YOU LIKE MY STORY.


"Mentari terbit dari barat"ucap faysa asal dengan nada seperti berpuisi.itupun tak lumput dari penghayatannya.

"HEH"pekik fisha sepontan berlalik menatap wajah fasya yang sedang meresapi aksinya.

"Kiamat dong kalo matahari terbit dari barat."lanjutnya protes

"Mulutnya dijaga dek"sahut qeila menatap fasya.

"Yang bener timur kakak...."peringat rara lembut.

"Bulan terbit dari timur"lanjut fasya tak merespon tanggapan sahabat sahabatnya,lalu melanjutkan perkataannya.

"Andai...aku bisa memutar waktu aku ingin pergi bersamanya lagi."
"Tuhan....kembalikan dia untuk ku....aku hanya ingin dia...tuhan....."teriaknya puas mencurahkan isi hatinya.

Sudah menjadi kebiasaan fasya berteriak didalam kelas sebelum isi kelas terpenuhi dengan manusia manusia giat belajar.
Ya...begitulah fasya semenjak putus dari kekasihnya fasya terus terusan memohon kepada tuhan agar ia ditemukan kembali dengan kekasihnya.

"Susssst dikelas gak boleh teriak teriak"ujar qeila meletakkan jari telunjuknya di depan bibir fasya.
Sementara fisha dan rara yang sudah hapal dengan sikap fasya sudah tak bisa berkutik lagi hanya diam dan mendengar.

"Ck, apaan si lo."tangkisnya menyingkirkan telunjuk qeila kasar.

"Wuaaahhhh"

"Kak GEON....I LOVE YOU"

"Calon suamiku udah dateng..."

"Kak...jiyon rambutnya bagus banget...."

"Cute nya gue....i lov yu"

Suara para wanita wanita pamer paha berteriak histeris yang mendapatkan wajah wajah pangeran sekolah di sma 1 samudra.

"Gila....cewe gak punya malu...bisa gak si ga teriak kalo liat cogan."protes fasya yang mendengar suara para wanita pamer paha itu.

"Biarin aja yang penting bukan suara bogeman"sahut fisha yang duduk disamping rara membelakangi fasya.

"Wuuu.nyaot aja lu."

"Biarin."

"Ck"decakan yang keluar bukan dari mulut fasya melainkan dari mulut qeila, yang pusing dengan tingkah si kembarnya untungnya qeila sudah kebal sama seperti rara.

"Eh...rio..tumben lu gk telat?"tegur fasya saat melihat anak yang paling nakal dikelasnya datang lebih awal.

"Hu...sok tau lu biasanya juga gue datang awal dari lu pada."

"gue dulu pergi kekantin baru kekelas makanya telat "sambungnya lalu duduk dikursinya yang terlatak dipaling belakang.

"Udah tau telat masih kekantin"cibirnya mendengar alasan rio.

"Serah gue dong"ketusnya mendengar cibiran fasya.

"Bodo."jawabnya tak kalah ketus dari rio.

"Itu...ta-"ujar rio terpotong.

"Ssuht....gak ada yang sahut sahutan lagi."pekik qeila memotong perkataan rio dan seketika mereka berdua bungkam tak berani mengeluarkan suara sedetikpun.

Rara dan fisha menahan tawanya melihat rio dan fasya terkena semprot qeila.

"Hai semua..."sapa quen kelas ipa 1.

"Hai"balas qeila datar.

"Kamu orang kenapa sih pagi pagi udah cemberut aja inget...nanti ada u ha..."

"Hah,u.ha apaan?"pekik fasya kaget atas penuturan viola.

"Mtk minat"sahut fisha datar.

"Fi lo kok gak kasih tau gue."ujarnya setangah kesal.

"Udah"ujarnya membalikkan badannya menghadap ke kakaknya.

"Kapan?"

"Semalem."jawabnya santai.

Fasya berpikir sejenak berusaha mengingat kejadian semalam setalah ia berdebat dengan fisha.

"Kenapa ga di chat aja sih..."protesnya setelah ingat bahwa benar fisha telah memberitahunya tapi tidak diwaktu yang tepat.

"Salah lo sendiri kok,salah siapa gak di dengerin orang ngomong."jawabnya ketus namun ia juga menahan seyumnya seraya berbalik ke depan dan kembali memainkan handphonenya.

"Ck"

Kring......

Siswa siswipun berhambur memasuki kelasnya masing masing termasuk anak anak cogan tadi.

"Selamat pagi anak anak"sapa bu sri guru mata pelajaran pertama hari ini.

"Waduh...ibu ini"gumam fasya merasa gugup serta kesal menjadi satu.

"tepat waktu sekali bu...'batin fisha .lalu sedikit menolehkan kepalanya kebelakang dan terseyum tipis melihat wajah kakaknya yang sedang panik namun tenang.


'Apa lu'batin fasya ketika ia sadar saat ditatap sang adik dengan menaikkan turunkan kedua alisnya.

"Fihsa kamu kenapa nak?"tanya bu sri.

"Ah,tidak bu...tidak apa apa."fisha sedikit terkejut dan kembali duduk tegap.

"Anak anak....sudah siap...?"tanya bi sri.

"Sudah bu..."jawab mereka serempak.

"Baiklah ibu bagikan ya..."ujarnya lalu mengeluarkan lembaran lembaran soal yang siap untuk di bagikan dan akan dikerjakan anak anak.

Setelah soal di bagi rata yang sebelumnya kelas seperti pasar kini berubah menjadi kuburan yang sangat sunyi dan hening.Hanya terdengar suara gesekan pensil atau penghapus.

Setelah melewati menit yang lama sekitar setengah dari mereka sudah ada yang selesai mengerjakan soal soal.

"Shut.shut.shut. rio"serunya dengan suara yang pelan.

Rio melihat siapa yang memanggilnya dan ternyata fasyalah yang memanggilnya.

"Apa"jawabnya tanpa bersuara.

"Nomor satu, dua, tiga, empat, sama sepuluh apa?"tanyanya dengan kode tangan dan berbicara tanpa suara.

"Tunggu."jawabnya singkat,lalu fokus mengerjakan soalnya cepat.

Serambi menunggu rio menulis jawaban fasya menggambar sebuah pemandangan sederhana di kertas buram yang disediakan untuk mencoret coret mencari jawaban.

Setelah rio mengerjakan semua soal dan menulis jawaban untuk fasya ia berdiri dan berjalan mendekati meja guru sekaligus menghantarkan selembar kertas jawaban untuk fasya secara diam diam.








PESAN untuk sahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang