SATU

148 14 0
                                    

KETIKA malam direnggut sepi, lolong anjing pun mencabik kesunyian yang ada. Roh-roh para penghuni kubur mulai bergentayangan.

"Bulu kudukku merinding, Mang."

"Iya, bulu kuduk saya juga merinding nih."

"Sepertinya ada sesuatu yang ganjil melintas disekitar warung ini. Ada apa ya?"

"Perasaan saya juga nggak enak."

Mang Ayom, pemilik warung kopi itu clingak-clinguk menatap di sekeliling warungnya. Pemuda yang setiap harinya berprofesi sebagai tukang ojek itu juga menatap ke sana-sini. Wajahnya menampakkan kecemasan yang terpendam. Ada sesuatu yang dicurigai di sekitar mereka. Tapi tidak satu pun dari mereka menemukan kecurigaannya. Jalanan sangat sepi.

Satu-satunya motor ojek yang parkir didepan warung itu hanya motornya Gagan, yang sedang ngopi di warungnya Mang Ayom.

"Aku mau pulang ajaah, Mang."

"Baru pukul sebelas, Gan."

"perasaanku makin nggak enak aja nih. Bukan malam Jumat Kliwon tapi suasananya terasa lebih seram malam sekarang. Iih, merinding lagi nih aku, Mang. Pulang aja, ah." Gagan buru-buru menghabiskan minuman kopi panasnya.

"Ya udah, kalo gitu saya juga mau tutup aja deh." Tambah Mang Ayom dengan gelagat mulai siap berkemas menutup warungnya.

Kaleng kerupuk yang biasanya ada didekat pintu masuk segera diangkat dan dipindahkan ke kolong gerobaknya. Angin berhembus pelan. Tercium aroma wangi bunga.

"Ihhmm...!" Gagan bergidik, sekujur tubuhnya bergetar sekejap.

"Bau wangi apa ini, Gan? Bunga ya?"

"Kembang kuburan, Mang." Gagan menjawab dengan suara berbisik.

Keduanya saling memandang sekeliling. Makin penuh curiga. Gagan tergesa-gesa menyudahi minumnya. Mang Ayom makin memendam keresahan yang menggelisahkan hatinya.

"Ojek!" tiba-tiba terdengar seruan orang dari jalanan. Mang Ayom dan Gagan serempak berpaling menatap ke arah sana.

"Siapa itu, Gan?" bisik Mang Ayom.

"Nggak tahu. Jangan-jangan..."

"Ah, jangan punya pikiran jelek terus atuh, Gan. Nanti kita tersiksa sendiri."

Orang yang berseru tadi tampak menyeberang jalan. Menghampiri warungnya Mang Ayom. Cahaya lampu kurang terang. Lampu jalanan itu dalam posisi dibelakang orang tersebut, sehingga tak bisa dikenali wajahnya dengan jelas. Satu-satunya penjelasan yang ada dalam benak mereka adalah figure orang tersebut.

Sosoknya jelas seorang wanita. Rambutnya panjang. Mengenakan gaun terusan ketat setinggi lutut. Gaun itu tanpa lengan. Membentuk bayangan tubuhnya yang ramping dan seksi.

"Penumpang itu, Gan." Mang Ayom berbisik lagi.

"Ahh, tapi... mencurigakan. Aku belum pernah melihat dia, Mang."

"Mungkin memang bukan orang daerah sini."

"Orang dari... dari alam kubur, begitu? Iih...!"

"Ssst, dia makin dekat."

Mereka saling terbungkam. Wanita itu sudah ada di depan warung. Di pintu masuk. Wajahnya sedikit pucat dan sendu. Tapi tergolong punya kecantikan yang menggoda. Hanya saja, pandangan matanya yang sayu bagai memendam duka itu telah membuat Gagan dan Mang Ayom ragu-ragu menanggapinya. Kecurigaan mereka semakin membuat hati berdebar-debar penuh kecemasan.

"Bang, ini motor ojek ya? Siapa tukang ojeknya?" Suaranya parau agak datar.

"Hmm, cehh, tukang ojeknya..."

85. Misteri Pembunuh Hantu✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang