Prolog

9 0 0
                                    

Nina dan lelaki disampingnya panik saat beberapa warga setempat menghampiri mereka dan berusaha memaksa mereka untuk dibawa ke poskamling setempat. Cuaca saat itu baru saja diguyur hujan, Nina memang sedang berteduh di sebuah gubuk reot yang ada di pinggir jalan. Gubuk itu merupakan sebuah warung kopi yang mungkin sudah tutup. Dengan keadaan baju setengah basah, Nina berusaha mengeringkan dengan telapak tangannya. Rambut panjangnya yang terikat pun terlihat basah kuyup. Tak lama kemudian, dari jauh samar-samar Ia melihat seorang pria turun dari mobilnya dan berlari ke arah gubuk tersebut. Pria tersebut mengenakan kemeja biru berdasi, Ia berlari sambil menutupi kepalanya dengan jas hitam yang Ia kenakan. Pria tersebut sempat menoleh Nina, namun dengan cepat berpaling membuang pandangannya. Lalu tak sengaja, Nina mendengar pria tersebut mengoceh kesal karena mobilnya tiba-tiba saja mati mesin.

"Sial! Kenapa harus mogok disini sih. Jauh bengkel. Ditambah hujan" ucap jengkel pria itu.

Nina yang tak sengaja mendengar hanya tertunduk diam, Ia tak ingin ikut campur dengan masalah yang di hadapi oleh si Pria asing tersebut.

Setengah jam berlalu, hujan akhirnya reda menyisakan jalanan yang basah dan beberapa genangan air. Wajah Nina terlihat antusias, karena dengan begitu Ia bisa segera pulang ke rumah. Namun, saat Nina baru saja akan beranjak pergi meninggalkan gubuk tersebut, tiba-tiba saja sekelompok warga setempat menghampiri dirinya dan juga pria tersebut.

"Mba, Mas sedang apa ya disini?" tanya seorang warga yang berdiri dipaling depan.

Nina terkejut "Saya cuma berteduh kok, Pak. Ini juga sudah mau pulang" jawab Nina dengan jujur. Namun, kejujuran Nina tidak dipercaya oleh beberapa warga yang lain.

"Bohong, kalian berdua abis bertindak asusila kan disini?" Sahut salah seorang warga dan hal itu jelas memancing emosi beberapa warga lainnya yang tidak terima.

Wajah Nina terlihat bingung, dan Ia merasa ketakutan.

Sedangkan pria tersebut yang sedari tadi duduk santai tak menanggapi apapun, kini bangkit dan memberikan jawaban yang sama "Saya sama wanita ini tidak saling kenal, dan saya rasa apa yang dikatakannya memang benar. Dia hanya berteduh, begitupun dengan saya. Saya terpaksa berteduh disini karena mobil saya" Pria itu menunjuk ke arah sebrang jalan tepat mobilnya terparkir mogok "mogok, sedangkan disini tidak ada bengkel yang buka" jelasnya.

"Alah bohong kamu, kami tidak terima alasan apapun yang bisa membenarkan tindakan asusila di wilayah kami. Lebih baik, kalian berdua ikut ke poskamling sekarang!" pinta salah seorang warga kesal, lalu memaksa pria tersebut dengan menarik tangannya untuk ikut ke poskamling.

"Eh eh.. tapi Pak, saya nggak melakukan apa-apa dengan wanita tadi. Saya juga tidak kenal dengannya"

Nina bingung dan takut, bahkan Ia tidak tahu apa yang harus Ia lakukan sekarang. "Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan sekarang Yaa Allah" ucapnya dalam hati.

"Mba, mbanya juga ikut ya bersama kami ke poskamling. Nanti mba bisa jelaskan disana saja apa yang terjadi tadi" pinta warga tersebut.

Nina tak punya pilihan lain, Ia pun mengiyakan permintaan beberapa warga. Nina melihat pria itu tidak terima dibawa begitu saja oleh para warga, pria itu beberapa kali mencoba mengelak namun gagal karena kepungan warga lebih dari 2 orang.

Nina dan pria tersebut duduk berdampingan dan dihadapan mereka sudah ada seorang ketua RW setempat yang akan mengintograsi mereka berdua.

"Jadi bagaimana, mas Alden. ini semua demi meredam kemarahan warga pada mas Alden dan juga mba Nina"

Pria bernama Alden tersebut masih saja terus melakukan pembelaan terhadap dirinya yang memang tidak bersalah dan melakukan asusila seperti tuduhan para warga.

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang