Chapt IV.

9 0 0
                                    

Nina dan Alden sudah berada di meja yang sebelumnya telah di reservasi by phone. Di meja pun sudah terlihat beberapa hidangan sebagai sajian makan malam mereka berdua hari ini. Walau tak ada musik romantis yang mengiringi, tak ada lilin yang menyala di atas meja makan mereka, bagi Nina malam ini adalah malam terindah yang pernah terjadi didalam hidupnya, walaupun Nina tau Alden melakukan itu semua bukan atas dasar cinta, tapi karena permintaan Bu Ratna. Nina paham betul calon suaminya itu, dari awal pertemuan kala itu Ia telah menilai bahwa calon suaminya adalah anak yang sangat berbakti kepada kedua orang tua, terutama kepada Ibunya. Tapi, apapun itu Nina tetap merasa bahagia, terlebih hari ini.

"Yuk makan, semoga kamu nggak kecewa sama makanan di resto ini" ucap Alden sebelum Ia menyantap makanan yang ada dihadapannya.

"Mas baru pertama kali makan disini?"

Sembari sibuk mengunyah dan menikmati makanannya, Alden tak sungkan menjawab obrolan yang di buka oleh Nina malam itu.

"Nggak sih, saya pernah beberapa kali makan disini sama client. So far, hampir semua rasa makanan disini masuk di lidah saya"

"Oh gitu"

"Dimakan, nanti saya pesan satu menu lagi di take away untuk Ibu kamu"

Nina hanya tersenyum, sesekali Ia memandangi wajah calon suaminya yang nyaris tak kurang apapun tengah lahap menyantap makan malamnya. Lucu, itulah yang kini ada di benak Nina.

Saat mereka tengah asik ngobrol sambil menghabiskan sisa waktu makan malam, ponsel Alden berdering. Lelaki itu sepertinya sudah tau bahwa Bu Ratna pasti akan menanyakan keberadaan dirinya dan bagaimana suasana makan malam serta fitting gown tadi.

*Ddrrtt ddrrtt..

"Ya Halo, Ma. Ada apa?"

"Kamu lagi dimana Al, masih sama Nina?"

"Aku sama Nina lagi makan di resto yang letaknya nggak terlalu jauh dari tempat fitting gown. Ada apa Ma? Mama mau titip sesuatu sebelum aku arah balik"

"Ohh, nggak kok. Mama cuma mau tau aja tadi gimana pas fitting gown. Nina happy kan?"

"Ya, happy kok" Alden melirik ke arah Nina yang sedang fokus dengan makanannya. "Nanti aja ya Ma bahasnya, sebentar lagi aku selesai makan dan habis itu mau langsung anter Nina pulang, udah malem juga. Dan Mama tau sendiri kan, aku masih pakai setelan kantor"

"Hheheheh" terdengar suara Bu Ratna terkekeh dari balik telepon "Ya sudah, hati-hati ya nanti dijalan. Sampaikan salam Mama untuk Nina dan Ibunya"

"Iya Maa. Yaudah, Bye Ma" Alden menyimpan ponselnya kembali.

"Kamu udah selesai makannya?"

"Sudah kok"

"Oke, setelah ini saya langsung antar kamu pulang ya" Alden menangkat tangannya mengisyaratkan kepada salah satu pelayan untuk membawakan bill ke mejanya.

"Totalnya jadi 355.000 Pak, dan ini menu take awaynya silahkan di cek terlebih dahulu Pak, sudah sesuai atau belum" Alden mengecek pesanan take away dan bill makan malamnya, dirasa sudah sesuai Ia pun mengeluarkan kartu debitnya.

"Saya bayar pakai kartu ya, di genapkan saja jadi 400rb, biar sisanya untuk tip kamu"

"Baik, terima kasih banyak Pak. Ini kartunya pak, dan ini struk pembayarannya"

"Oke"

Keduanya pun berlalu pergi dari resto tersebut.

***

Keesokan paginya, Nina ditemani dengan Tari pergi menemui Clara dan teman-temannya di koridor kampus. Nina ingin memberikan sedikit peringatan kepada Clara untuk menjauhi Alden, calon suaminya.

"Ra, aku mau ngomong sama kamu" ucap Nina begitu sampai di hadapan Clara dan teman-temannya, hal itu membuat Clara menatap Nina dengan sinis.

"Mau ngomong apa sih? Ya ngomong aja, gitu aja kok repot" sahut Clara dengan ketus dan membuang muka.

"Tolong jauhi Mas Alden. Aku tau selama ini kamu udah mencoba deketin Mas Alden kan, Ra? Mas Alden ceritain semuanya. Mau kamu apa sih? Nggak puas, dulu kamu ngehancurin hubungan aku sama Arga disaat kami berdua sudah bertunangan, dan sekarang kamu berniat untuk ambil calon suami aku, iya?" Hilang sudah kesabaran Nina yang telah lama Ia pendam pada Clara.

Clara tertawa licik, "Kalo iya emang kenapa? Lagian juga baru calon suami kan? Bukan Su-a-mi?!" Clara justru semakin menjadi-jadi sekarang.

"Jangan harap kamu bisa hancurin lagi hubungan aku dengan Mas Alden, karena kali ini aku nggak akan tinggal diam" setelah menyelesaikan kalimatnya, Nina dan Tari pergi meninggalkan Clara dan teman-temannya. Fani dan Jessy hanya saling tatap satu sama lain, sebagai teman dekat Clara mereka juga tak bisa berbuat banyak untuk melarang Clara ini itu. Sementara Clara sendiri terlihat kesal karena telah di labrak terang-terangan oleh Nina didalam lingkungan kampus, dan hal itu membuat Clara malu setengah mati karena beberapa mahasiswa/i yang tak sengaja lewat mendengar percakapan Nina dan Clara tadi.
Clara pun berniat untuk membalas perlakuan Nina, karena telah mempermalukan dirinya di depan teman-temannya.

Di ruang kelas, Nina mencoba menenangkan dirinya setelah tadi baru saja memberikan peringatan pada Clara. Gadis itu tertunduk lesu, Ia menopang wajahnya dengan lengan sembari memikirkan apakah tindakannya tadi masih wajar atau kelewat batas. Tari yang duduk disampingnya pun ikut andil menenangkan Nina.

"Nin, it's okey. Kamu udah berani speak up didepan Clara tadi" ucap Tari memberikan support.

"Tapi, aku kelewatan nggak ya? Aku takut ada perkataan ku yang nantinya menyakiti hati Clara, Tar" ucap Nina dengan sedikit nada menyesal.

"Nin, apa yang kamu lakukan itu benar. Dan kamu sedang mempertahankan hubungan kamu, kamu nggak mau kan hubungan kamu di hancurkan kedua kalinya oleh orang yang sama? Clara emang udah sepantasnya dikasih peringatan. Dan menurutku itu wajar dilakukan oleh seorang calon istri seperti kamu"

Mendengar penjelasan Tari, Nina jadi sedikit lebih tenang. Dan Ia kembali yakin, apa yang Ia lakukan adalah benar. Ia hanya sedang berusaha mempertahankan hubungannya dengan Alden.

"Saranku, ada baiknya rencana pernikahan kamu dipercepat Nin. Supaya Clara tidak ada celah untuk merusak hubungan kamu"

"Gimana ya, Tar. Sebenernya aku sudah sepakat dengan mas Alden, bahwa hari pernikahan akan dilaksanakan setelah wisuda nanti. Dan mas Alden menyetujuinya, aku nggak mungkin mengubah keputusan itu apalagi kalau sampai mas Alden tau alasannya karena takut Clara menghancurkan hubungan aku dan mas Alden"

Tari mencoba berfikir sejenak, "Iya juga sih ya. Alasannya terlalu klasik. Tapi, hari kelulusan juga nggak sampai akhir tahun kan. Yaaa, sekitar 3-4 bulan lagi. Semoga hubungan kamu dan Pak Alden langgeng ya, Nin"

"Aamiin, makasih ya Tar kamu udah jadi sahabat terbaik disaat aku butuh support" Tari merangkul Nina dengan erat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang