Semanggi Dan Topi Penyihir - VIVA FANTASY

☆ - A dangerous mission

1 hari setelah Genah diangkat menjadi Clover, Dan Azrealon sebagai Ace Of Clover.

-Azrealon pov

aku menatap bintang bintang di langit yang bersinar. ada 4 bintang besar dan 16 bintang kecil, seakan-akan ada 4 kesatria legendaris dan 16 royal knightsnya.

"woi, Zre! bantuin sinii!" teriak Genah memanggilku, tentu saja aku menengok kearah suara tersebut dan melihat seorang ksatria 'clover' yang sedang kesusahan mengangkat kotak kayu besar. aku tertawa sedikit saat melihat bocah itu kesulitan, lalu membantunya.

"aelah, gini doang gak berat Gen!" keluhku saat mengangkat dua kotak sekaligus

"ck, lu kan lebih tua dari gw! pasti kekuatannya lebih kuat lah!" jawab Genah

"terus, kakek2 lebih kuat dari lu Gen? kan mereka lebih tua?" tanyaku lalu tertawa.
"eh!? yaa gak gitu jugaa!!" ambek Genah, mendengar itu akupun tertawa terbahak-bahak

tawaku memudar, aku berjalan kearah Genah. lalu aku bertanya "ini emang apaan Gen?"
Genah menatapku lalu menjawab "gw sendiri gak tau isinya, Raja GM yang suruh gw buat bawa ini ke ruang bawah tanah Olvia.." aku hanya meng-oh kannya dengan panjang lalu kita berdua berjalan menuju ruang bawah tanah Olvia.

30 menit berlalu, akhirnya pekerjaan itu selesai. Aku bergegas kearah kamarku
(anggap aja azre itu tinggal di salah satu kamar di Olvia), namun tiba-tiba Genah berlari menujuku.
"Umm, Zre..?" Ucapnya dengan pelan sambil menarik bajuku.
"Ada apa lagi, Genah?" Jawabku sambil menatap kebawah, menatap ke mata Genah.
"M-makasih udah bantuin ya!" Ucap Genah sambil tersenyum.
Aku membalas senyuman itu dengan senyuman balik, lalu aku berlutut agar tinggiku sama seperti Genah. Mengelus rambutnya sambil berkata "ya, sama sama. Sampai jumpa lagi besok, Clover!"
Aku berdiri dan berjalan menuju kamarku.
"Sampai jumpa lagi, babu- maksudnya Ace!"
Mendengar itu, aku hanya dapat tersenyum serta berbisik "ck, pasti tu anak mau bilang 'babuku', sialan emang."

-pov Genah

Keesolan harinya, aku terbangun karena mimpiku yang buruk.
"Ugh.. HAH!..hah..hah.. m-mimpi macam apa itu..?"
Lagi lagi, aku bermimpi tentang penjaga panti yang merawatku sejak aku kecil. Aku menatap kearah jendela yang mengarah kearah timur, terlihat bola api besar yang baru muncul setengah.

*tok tok tok
Suara ketukan pintu
"Tunggu bentar!!" Teriakku sambil turun dari kasur dan berlari kearah pintu kamar
"Heeii!! bertemu lagi kita, Clover!" Ucap seseorang yang sangat tinggi sehingga aku harus menatap keatas. Ya, itu adalah Azrealon.
"Dah bangun aja lu, Zre." Ucapku sambil mengucek-ucek mataku.
"Biasa, gw ga tidur." Jawab Azre dengan santai
"Gw heran dah, lu ga tidur2 tapi kagak pernah sakit. Kok bisa?" Tanyaku heran, (oh tentu saja karena dia dewa)
"Ada deh, dah ah itu Raja GM ngajak kita semua para ksatria dan Royal Knightsnya untuk sarapan bareng, yok pergi!" Ajak Azre kepadaku sambil menunjuk kearah ruang makan kerajaan.
"Sabar, gw siap2 dulu." Jawabku dengan lemas lalu berjalan masuk kamar untuk bersiap-siap. Azre ikut masuk namun hanya duduk di kasur.

"Yok dah Zre!" Ajakku setelah sekitar... 5 nenit
"Oh, ya oke." Jawabnya dengan singkat
Azre mulai berdiri dan kita berjalan bersama ke ruang makan kerajaan.

-Azrealon pov

Setelah sarapan, Raja GM langsung menyuruh semuanya untuk ke ruang rapat, karena ada misi yang harus dilakukan. Misi pertama kita semua.

Di ruang rapat

"Baik, jadi misi pertama kalian adalah untuk menangkap para buronan. Kebetulan ada 4 buronan yang sedang dicari, masing masing ksatria dan 4 Royal Knightsnya mencari 1." Jelas Raja GM.

Ada 1 royal knights yang mengangkat tangannya, pertanda bahwa ia ingin bertanya, yaitu aku.

"Ya, ada apa Ace?" Tanya GM
"Siapa saja buronannya tuan?" Tanyaku
"Pertanyaan yang bagus, buronan tersebut bernama xxx,xxx,Anthea,dan xxx" jawab Raja GM.
Mendengar nama 'Anthea', Aku melihat bola mata Genah mengecil dan menunjukkaan tatapan kosong.
Setelah beberapa detik, bola mata Genah kembali membesar namun wajahnya pucat. Aku ingin bertanya kepada Genah, aaat tanganku hampir menyentuh pundak Genah, tiba tiba ksatria Spade mengangkat tangannya, aku tidak jadi bertanya kepada Genah