Namaku Melia. Remaja perempuan berumur 16 tahun. Aku punya sahabat yang bernama Linsa si periang, cerdas, penakut... dan selalu setia bersamaku. Aku tinggal di kelilingi hewan ternak. Bisa dibilang orangtuaku seorang perternakan.
Hidup kami hanya normal normal saja waktu itu. Tetapi di pagi hari ketika kami pergi ke kota dengan berjalan kaki sambil membawa sekeranjang berisi beberapa botol kaca susu sapi dengan sebotol kaca kosong untuk dijual di kota sana, kami melihat sesuatu yang bercahaya di samping kami.
Tidak jauh, hanya beberapa puluhan langkah hingga sampai ke tujuan. Sebuah gua dengan genangan air yang bercahaya.Setiap hari kami berjalan kaki melewati hutan ini Dan kami tidak pernah melihat gua ini. Karena aku seorang remaja yang penuh penasaran, aku menarik pelan lengan sahabatku.
"Linsa, kita kesana yuk?, Aku penasaran ingin melihat gua itu lebih dalam."
Dia yang membawa keranjang terkejut hingga terlepas Dari pegangan Aku. Dia mula mengangkat Salah satu lengan nya didekat dadanya Dan dia menggeleng kepalanya dengan lemah."Please Mel, aku sekali lagi tidak mau melakukan Hal yang buruk. Kau Masih ingat tidak Mel?, Kita membawa domba punya kau ke pesta di kota sana. Tapi apa yang terjadi? Domba kau berlari hingga enghancurkan acara-".
"Ya, aku tau. Tapi kan ini di hutan, aku penasaran banget loh." Aku telah memotong perkataannya membuat dia perasaan kesal.
Kami terdiam berdiri ditempat tanpa bersuara, hanya suara bercuit-cuit burung Dan hewan berbunyi yang lainnya."Kumohon, hanya sementara saja. Habis itu baru kita pergi" aku bersuara sendu terhadap nya. Aku biasanya bersikap orang yang penuh penasaran Dan selalu manja terhadapnya.
Karena dia tidak mau mengikuti kemauanku ialah, aku dengannya selalu terkena masalah karena kemauanku sendiri. Seperti, aku dengannya pernah dikeluarkan Dari museum karena kami telah melewati batasan pada lukisan yang mewah.
Selanjutnya, kami pernah diketawain oleh teman sekelas kami karena tugas kelompok aku dengan Linsa sangat beda Dari yang lain. Disuruh membuat tugas dengan bahan karton, malah kami membuat dengan bahan kertas hvs yang berwarna, kan malu jadinya.
Dan terakhir Linsa terima kemauanku untuk membawa seekor domba ke pesta agar dombaku ikut bersenang-senang di pesta yang menarik. Ternyata dombaku berlarian kemana mana hingga pesta itu hancur berserakan. Kami benar-benar sangat malu waktu itu ketika orang-orang kelihatan marah kearah kami berdua.Linsa menatap kearah ku Selama beberapa detik Dan tatapan nya berpindah kearah gua tersebut, gua yang di dalamnya setitik bercahaya bagaikan seekor kunang-kunang. Aku tau sebenarnya Linsa ingin mengetahui apa isi di dalam gua tersebut.
Aku hanya berdiam melihat Linsa menatap gua tersebut, dia mula menutup kedua matanya Dan menghela nafas. "Ok baiklah Mel, aku sebenarnya ingin Tau juga apa isinya tapi apakah boleh sama ayah kau?." Aku memegang lengan Linsa dengan erat Dan aku menariknya ke gua tersebut "tentu boleh Linsa, rumahku kan dekat dengan gua itu, jadi tidak apa apa." Untung keranjang yang dibawa Linsa tidak jatuh saat aku menariknya tiba-tiba.
Aku Berlari sambil menarik lengan Linsa Dan melintasi jalan yang ditutupi akar-akar lumayan besar hingga sampai ke tujuan. Kami dapat melihat bahwa diluar gua tersebut lumayan mengerikan. Gua tersebut ditutupi lumut dan akar-akar tanaman liar, ini akan susah untuk melintasi masuk didalam gua tersebut. Karena Linsa anak yang cerdas, dia mengambil sebotol kaca kosong Dan Linsa menghancurkannya menjadi kepingan-kepingan kaca yang berserakan.
.
.
.
Gambaran:
KAMU SEDANG MEMBACA
Portal Pusaran Air
PrzygodoweNamaku Melia. Remaja perempuan berumur 16 tahun. Aku punya sahabat yang bernama Linsa si periang, cerdas, penakut... dan selalu setia bersamaku. Aku tinggal di kelilingi hewan ternak. Bisa dibilang ayah aku seorang perternak. Hidup kami hanya norma...