PERMAINAN BARU, SAYANG!

100 12 0
                                    

Kejadian diluar keinginan Adilla terjadi, sesuatu yang membuatnya syok beberapa hari lalu membuatnya benar-benar malu hingga tidak ada keinginan untuk bertemu dengan Devan, Adilla memilih untuk tidur diruang tamu dengan alasan tengah mendapat tamu bulanan saat sang kakek Roberto bertanya kepada dirinya, andai Adilla boleh jujur Adilla sangat ingin mengahiri semua tetapi saat melihat sang kakek yang sangat menyayanginya melebihi cucunya sendiri Adilla memilih untuk mengurungkan niatnya dan memilih bertahan meski jujur dia tidak menyukai Devan karena sifat sombong dan arogan pria itu. Adilla tersiksa! Sangat-sangat tersiksa dengan sikap suaminya.

Adilla memang tidak memungkiri ketampanan Devan yang luar biasa tetapi sayangnya ketampanannya terkikis dengan sifat arogannya dan yang membuat Adilla semakin muak adalah kebiasaannya yang begitu pandai menyembunyikan sifat buruknya, berbanding balik dengan sifat Adilla yang lebih memilih untuk menunjukkan siapa dirinya sebenarnya.

"huft!" Adilla mulai mengepulkan asap rokoknya keudara, kebiasaan buruk Adilla saat banyak masalah dia akan melarikan diri dengan cara menghisap rokok sepuasanya dan juga akan meneguk alcohol sepuasnya hingga tidak sadarkan diri tetapi sayangnya dia sama sekali tidak menemukan minuman beralcohol satupun dirumah ini.

Jujur Adilla sangat stress saat ini, apa yang dia inginkan sebelum menikah nyatanya sama sekali tidak ada yang bisa dirinya penuhi, mulai dari kuliah hingga bekerja, bayangan hidup enak nyatanya hanya bayangan semu tanpa jeda. Devan benar-benar mengurungnya bak burung liar dalam sangkar. Menyesakkah dan melelahkan! "Shiyalan." umpatnya lagi tanpa menghentikan bibirnya yang terus menghisap rokok tanpa henti.

"apa kamu fikir itu sexy?" baritone berat dari arah taman belakang membuyarkan lamunannya.

Dengan malas Adilla melirik tajam kearah pria kacau yang tengah menarik dasi yang melilit dilehernya sambil terus melangkah kearahnya dengan senyum menjengkelkan seperti biasa. "bodohnya saya jika berfikir kamu adalah wanita polos! Sepertinya Ayla salah menilaimu."

Jika membunuh seseorang tidak ada hukum pidana mungkin akan Adilla lakukan saat ini juga, muak bercampur kesal. Ingin terlepas dari jeratan keluarga biadap malah masuk kedalam kandang buaya ganas tidak berprasaan yang harus selalu waspada jika tidak ingin menjadi mangsa selanjutnya.

"selain bodoh dan tidak berpendidikan kamu jelek dan bisu." Devan merasa geram karena tidak adanya serangan balik dari Adilla. Entah kenapa dia sangat kesal jika diabaikan, Devan ingin Adilla bosan dan enyah dari rumahnya tanpa harus menunggu dirinya menendangnya keluar, berat rasanya jika Devan harus berurusan dengan sang kakek, sudah bisa Devan pastikan jika warisan adalah alasan yang akan kakeknya lontarkan jika Devan berani membuang Adilla sebelum kesepakatan awal usai.

Adilla menarik nafas dan menghembuskannya sedikit keras. "Aku bodoh dan bisu, apa kau lupa itu? Lalu kenapa kau tidak mengusirku dan menceraikanku TUAN?" Adilla sengaja menekan kata tuan agar Devan tau jika dirinya juga sudah muak. Berhenti pura-pura dan bersikap manis didepan pria searogan Devan, sepertinya Adilla ingin menunjukkan jika dirinya bukan wanita lemah dan mudah ditindas, jujur memang awal menikah dia ingin bersikap kalem dan apa adanya namun ternyata, sifat Devanlah yang mengurungkan niatnya menjadi wanita lemah lembut seperti keinginan para sahabatnya dulu.

"Pasti." Jawabnya sembari menoleh kearah jemari Adilla yang mengapit puntung rokok yang masih menyala "tunggu saja!" ucapnya lagi sambil mencibik tidak suka.

Adilla beranjak dari duduknya lalu membuang puntung rokoknya kedalam tong sampah yang berada tepat disamping Devan. "Nikmati peranmu tuan." Ucapnya dengan nada mengejek, "ingat aku tidak akan bersikap lunak lagi layaknya wanita lemah dihadapanmu, kau sudah menyalakan kobaran api dendam didalam diriku jadi bersiaplah terbakar oleh kemarahan ku tuan Devan!" 

Tentu saja ucapan Adilla memicu kemarahan dalam diri Devan, pria yang terkenal akan sifat tempramennya itu tidak terima jika Adilla menantangnya, dengan gerakan cepat pria itu menarik sebelah tangan Adilla hingga tubuh wanita itu memutar kearahnya. Mata bulat, bibir penuh. Kulit exotis dan ramput tergerai indah dengan warna yang sedikit mencolok menambah keindahaan tersendiri saat dipandang dengan jarak super dekat Devan berkata  "saya akan menikmati peran saya dengan baik mulai saat ini." Kini jemari lembut Devan mengusap pipi Adilla disertai senyum mengembang menggoda "jangan salahkan saya jika bersikap lebih dari batas wajar."

Seringai mengerikan dari Devan membuat bulu kuduk Adilla berdiri, tatapan tajam pria itu mampu mengunci pandangannya, mata indah Devan kembali menghipnotisnya, "Jangan macam-macam."

"Tidak." Devan mendekatkan wajah hingga Adilla dapat merasakan hembusan nafas Devan berhasil menerpa wajahnya, hangat dan beraroma mint.

Adilla menggeleng cepat dan segera memalingkan wajahnya, dadanya benar-benar sesak saat ini, dia tidak boleh lengah, Ketampanan Devan berhasil menghipnotisnya hingga membuatnya tidak tersadar sesaat, terhanyut dalam pesona pria tampan kaya raya, "Menjauhlah!"

Dorongan kuat Adilla berhasil membuat tubuh Devan bergeser beberapa centi. "apa kamu sudah mulai tergoda denganku wanita jorok?"

Adilla berdecih "Cuih!" dan setelah itu Adilla memilih untuk segera berlari masuk kedalam rumah utama yang dibilang sangat besar bagi penghuni yang hanya berjumblah tiga orang.

"Akan saya pastikan kamu membayar semuanya Dilla," gumam Devan sembari mengusap sudut bibirnya, "tidak dengan kekerasan bisa dengan kelembutan mungkin?" Devan melangkah menuju meja taman dan segera meraih pematik api yang tergeletak diatasnya, sembari memainkan pematiknya Devan kembali bergumam "Jujur wanita sexy dengan kepulan asap memang menarik bagiku tetapi tidak denganmu! Kobaran api yang kau sebut itu akan membunuhmu perlahan, setelah aku tau siapa dirimu sebenarnya." 

***

"Devan." 

Devan segera memalingkan wajah dari depan televisi kearah anak tangga yang berada tepat disampingnya "ada apa kek?"

"Apa kau tau dimana Dilla?"

Devan dengan cueknya mengherdikkan bahu lalu kembali mengarahkan pandangannya kelayar televisi yang masih menyala.

"Bagaimana kau ini, sudah tau istrinya tidak dirumah malah tidak perduli, jangan sampai kau menyesal Devan! Cari dia sekarang juga."

Jujur Devan kesal jika acara santai dirinya malam ini terganggu, setelah beberapa jam berkutat dengan alat-alat gym dia butuh istirahat cukup untuk pekerjaan esok hari tapi nyatanya wanita itu kembali membuat masalah hingga dirinya harus turun tangan langsung mencari keberadaannya. Rasa malas menguap menjadi rasa dongkol yang tidak bisa digambarkan, kepala dingin tidak akan bisa lagi menyelesaikan amarahnya, karena lagi-lagi sang kakek membelanya. 

"Ayolah kakek! Dia sudah dewasa Hem?  kenapa kau selalu menghawatirkannya? Berhenti memerintahku dengan alasan tidak penting seperti ini. Jika sudah larut dia pasti pulang, tenang saja." 

Roberto memicingkan matanya mendengar ucapan Devan yang sama sekali tidak menunjukkan rasa kekawatiran. "Dia istri---"

"Ya! Ya...aku tau dia istriku, tetapi tidak seharusnya aku menjadi pengasuhnya bukan? Setiap dia tidak ada kau selalu menyuruhku untuk mencarinya." Devan menantang Roberto kali ini, dua pria yang sama-sama memiliki sifat tempramen saling beradu mulut dan beradu tatapan sinis "apa dia anak dari selingkuhanmu?"

"Devan! Jaga bicaramu." Robert berteriak emosi saat cucu kesayangan nya menuduhnya tanpa bukti.

"Aku cucumu! Kenapa kau lebih perduli dengannya dari pada denganku!"

Devan meninggalkan Roberto begitu saja, dia memilih untuk menyambar kunci mobilnya dan berjalan begitu saja keluar dari kediamannya, meninggalkan Roberto yang masih tersulut emosi karena ucapannya.

"Wanita sialan! Sampai kapan kau akan menyiksaku." Umpat Devan sembari menendang ban mobilnya.

Rasa sakit menjalar diujung jemari kakinya namun sama sekali tidak dia perdulikan, emosi yang meledak-ledak membuatnya ingin segera bertemu dengan Dilla lalu menyeretnya tanpa ampun kehadapan sang kakek.



wanita sexy itu mantan istrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang