Sinar mentari pagi mengusik kenyamanan Adila, tubuh menggeliat menghindari pancaran sinar matahari namun entah kenapa selimut tebalnya menyibak begitu saja dengan tarikan paksa. Ingin rasanya dia mengumpat kesal namun saat matanya terbuka lebar, Adilla mengurungkan niatnya.
“Selamat pagi tuan putri! Nyenyak tidurnya?” Sindir Devan dengan sedikit cibiran menyebalkan.
Cibikan bibir pria gagah bermata coklat itu membuat Adilla ingin menghilang saat itu juga, mengabaikan rasa kantuk dan juga pusing yang melanda, Adilla mengulas senyum kecilnya, senyum yang menyembunyikan perasaan bersalahnya. Sial! Ingin rasanya Adilla mengutuk dirinya sendiri karena kebodohannya, dengan senyum takut Adilla menurunkan kakinya dan duduk tertunduk tepat ditepi ranjang.
“Apa kamu ingat apa yang kamu lakukan semalam?” Devan sedikit membungkuk melihat wajah Adilla.
Adilla kembali menggeleng dan terus meremas jemarinya, kali ini dia ketahuan basah pulang dengan keadaan mabuk, padahal dia sudah berusaha membangun imagenya agar terlihat kalem, namun nyatanya. Hem! Sudahlah, toh Devan sudah tau bagaimana tabiat asli dirinya, perokok dan juga peminum berat, Adilla berfikir jika rokok dan alcohol mampu membuat pikirannya tenang meski nyatanya setelah itu dia akan kembali menderita.
Devan kembali menegakkan tubuhnya, senyum mengejek kembali terukir diwajahnya, wajah Adilla selalu berhasil membuatnya muak.
Devan ingin segera mengahiri drama rumah tangga yang dia buat sendiri .
“kamu saya bawa kesini bukan untuk menjadi jalang! Saya hanya ingin kamu melayani saya bukan bermalas-malasan.” Devan menatap tajam Adilla yang masih menunduk, “jika saya mau, akan saya kembalikan kamu ketempat asal! Dengan syarat kembalikan semua uang saya.”
Adilla kembali menghela nafas dalam, lagi! Pria itu lagi-lagi mengungkit uang yang dia berikan kepada sang ayah angkatnya. “mas aku—“
Devan mengangkat sebelah tangannya, mengisyaratkan Adilla untuk tidak banyak bicara atau membantah. “mau ayah kamu atau siapapun! Yang pastinya saya sudah mengeluarkan cukup banyak uang untuk kepentingan kamu, jadi anggap saja kamu membalas budi.”
Adilla mengangguk, dia tidak ingin lagi membalas omongan Devan, bukan hanya sekali pria itu bersikap menyebalkan. Adilla sudah terbiasa bakan dia lebih sering merasakan sakit hati. Adilla berfikir dia lebih baik menahan omongan pedas Devan dari pada omongan pedas keluarga angkatnya.
“kenapa kamu tidak segera bangkit?” Devan menaikkan sebelah alisnya.
Adilla mengangguk dan segera beranjak dari atas ranjang menuju kamar mandi tanpa menyadari minidressnya menyibak memperlihatkan kulit mulusnya.
Devan yang melihat itu hanya bisa menggeleng dan segera melangkah keluar dari dalam kamar Adilla.
“selamat pagi Den.” Sapa bu indah, wanita paruh baya yang sudah lama bekerja dikediaman keluarga Devan.
“Selamat pagi bik, hari ini biar Adilla yang memasak, bibik lanjutkan pekerjaan yang lain dan saya harap tidak ada yang membantu Dilla didapur.”
Indah mengangguk dan segera melanjutkan langkahnya meninggalkan Devan yang masih berdiri didepan pintu kamarnya.
Devan melirik jam tangannya, menghembuskan nafas kesal sembari merogoh kantong celannya meraih ponsel dan mendial nomer ponsel Daniel sekertaris pribadinya, memberi kabar kepada pria itu tentang keterlambatannya masuk kerja.
“jika proyek pembangunan mall tidak sesuai harapan, jangan salahkan saya menghukummu Dilla!” dengusnya sambil melangkah kearah meja makan, mearih sepotong roti lalu mengolesnya dengan selai, tidak lupa kopi yang sudah tidak lagi hangat tersaji diatas meja makan, kopi yang tadi sengaja dia buat untuk menemani paginya sebelum membangunkan Adilla didalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
wanita sexy itu mantan istriku
RomanceAdilla Damitri hanya seorang wanita pelayan café yang sama sekali tidak pernah menyangka jika pria tampan pelanggan cefe tempatnya bekerja tiba-tiba mengajaknya menikah dengan sangat tiba-tiba, tanpa syarat dan juga tanpa menuntut bebet bobot silsil...