Aku sangat merindukan ibu. Rasanya sudah 2 tahun tak bertemu dengannya. Ya, ini dikarenakan aku sekolah di salah satu universitas di Amerika. Mungkin hari ini aku akan memesan tiket keberangkatan ke London, pasti ibu terkejut melihat kedatanganku secara tiba-tiba.
--
Aku menginjakkan kakiku di depan rumah, aku benar-benar merindukan rumah yang tak terlalu besar tapi sangat nyaman, memang aku terlahir dengan keluarga yang biasa saja. Apalagi setelah ayah sudah meninggal 3 tahun yang lalu, keadaan ekonomi kita semakin memburuk. Kendati ayahku sudah tiada, aku masih bisa berusaha untuk menjadi yang terbaik. Aku juga bekerja paruh waktu di cafe yang berada di New York. Sebagian uangnya aku kirim untuk ibuku makan, karena ia tinggal sendiri di rumah dan bekerja sebagai pembuat kue di toko pamannya. Aku mengetuk pintu rumahku berharap ibu akan terkejut dan bahagia melihatku disini.
"Siapa?" Teriaknya dari dalam rumah.
"Menurutmu?" Jawab ku.
Pintu terbuka.
"CLAIRE?!?!" Ia benar-benar terkejut sepertinya, dia langsung memeluku erat.
"Claire, kenapa kau tidak bilang? Kau hampir saja membuat jantung ku copot karena melihatmu disini, mom juga belum sempat masak. Ayo masuk, dan simpan barangmu ke kamar." Ucap ibu antusias.
Memang begitulah ibu, sifat dia memang beda sekali denganku, ibu orang yang sangat ceria, dan centil seperti anak-anak, dia juga suka tak mau kalah denganku, dan dia mau melakukan apapun demi aku bahagia. Sedangkan aku bisa di bilang sedikit pendiam dan tidak mau banyak bicara.
"Claire? Sudah simpan barang-barangmu? Sini, ayo kita ngobrol-
ngobrol dulu."
Aku datang menghampiri ibu, lalu ikut duduk bersamanya.
"Bagaimana kuliahmu disana Claire? Kau tahu tak bertemu denganmu 2 tahun sangat menyiksaku."
"Sangat menyenangkan. Kau terlalu lebay mom." Ucap ku sambil terkekeh melihat ekspresinya.
"Kau sudah punya pacar? Mom tak sabar melihat anak satu-satunya mom menikah. Mom ingin cepat-cepat menimang cucu. Biar mom tak kesepian, sendirian dirumah itu sangatlah menyeramkan kau tahu."
Pertanyaan ibu sontak membuatku kaget, karena umurku yang sudah 20 tahun sama sekali tak punya pacar. Sedangkan ibu memaksaku untuk cepat-cepat menikah karena ia khawatir padaku, dan dia tak ingin aku mencari uang sendiri untuk menafkahi ibu dan diriku sendiri. Setidaknya, jika aku punya suami ia bisa meringankan beban ku.
"Umm.. tidak. aku belum punya pacar. dan nanti saja kita bicarakan itu mom, itu tidak terlalu penting. aku ingin sukses dulu. aku ingin menjadi pelukis terkenal."
"Yasudah. ikut mom besok dinner di rumah Anne, teman mom waktu SMA. Kau tidak bisa menolak Claire."
"Whatever mom." Aku beranjak dari kursi dan berjalan ke kamar. Aku membaringkan tubuhku di kasur yang sudah bertahun-tahun tak aku tempati. Semua nya masih sama, tak ada yang berbeda. Aku sangat lelah, perlahan-lahan aku masuk ke dalam dunia mimpi.
--
Aku mengerjapkan mataku, cahaya matahari menembus celah-celah jendela kamarku.
"Claire, kau sudah bangun sayang? Cepat turun, mom sudah buatkan omelette kesukaanmu."
Aku cepat-cepat turun, aku sangat semangat karena dia membuatkanku makanan favorit ku.
"Kau jadi ikut dengan mom ke dinner nanti malam kan?" Ucap mom sambil mengedipkan sebelah matanya, dasar centil.
"Ya mom. Tapi mengapa aku harus ikut?" Sebenarnya aku enggan mengikuti ajakan mom, tapi aku tak bisa menolak, karena aku tak mau membuat mom kecewa.
"Pokonya kau harus ikut Claire. Setelah makan, kau bersiap-siap ya aku akan mengajakmu ke tempat baju, tapi tidak yang bermerek karena mom tidak punya uang banyak. Tak apa kan?"
"Sudah, simpan saja mom uangnya. Lagian kita hanya pergi kerumah temanmu kan?"
"Tapi Claire, sudah lama aku tak memberikanmu baju atau dress. Aku tau kau tak punya. Kali ini mom akan belikan untukmu."
"Okay jika mom memaksa."
--
Aku turun dari mobil jadul milik mom. Dan masuk ke dalam butik kecil, dan sama sekali tak bermerek.
"Mau yang mana?" Tanya mom.
Aku menunjuk dress putih polos berlengan panjang dan diatas lutut.
"Oh, pilihan yang bagus Kennedy." Ucapnya sambil terkekeh.
--
Aku tak tau mengapa mom memaksaku untuk berdandan dengan sangat cantik, dan membelikanku dress. Terlalu berlebihan.
Aku mengulas bedak di wajah ku tipis-tipis agar terlihat natural, sedikit blush on, dan lipstick berwarna bibir agar tidak mencolok dan tidak terlalu pucat.
Memakai heels yang tak terlalu tinggi dan aku biarkan rambut ku terurai.
Sempurna.
Aku turun menyusul mom dibawah.
"Hai mom." Ucap ku pada mom yang sedang sibuk membetulkan rambutnya.
"Hai.. Claire?! Kau anaku?" Tanya nya dengan wajah terkejut.
"Mom kau apa-apaan sih. Ada apa?"
"Kau terlihat sangat sangat cantik Claire."
Aku memang mempunyai wajah yang sangat berbeda dengan ibuku aku mempunyai rambut berwarna brunette dan bermata coklat, sedangkan mom mempunyai rambut blonde dan mata hijau. Aku lebih mirip dengan ayahku.
Aku sedang di perjalanan kerumah Anne. Aku memandang kota London di malam hari yang penuh dengan lampu. Akhirnya rasa rinduku kepada kota ini terbalaskan. 15 menit di perjalanan, mobil yang ku tumpangi pun berhenti di depan rumah yang terbilang besar. 3x lebih besar dari pada rumahku.
"Selamat datang Jane, mana anakmu?" Tanya wanita yang sudah bisa ku tebak pasti itu Anne.
"Halo Mrs. Styles aku Claire Kennedy."
"Ah.. cantik sekali anakmu Jane, hebat sekali kau bisa membuat anak yang sangat cantik ini bersama Josh. Ayo masuk Jane,Claire." ucapnya ramah.
Kami memasuki rumah nya yang terbilang luas, Anne mengajak kami ke meja makan.
"Hai, kau pasti Claire? Aku Gemma dan ini ayahku Des."
"Hai Gemma, nice to meet u." Ucap ku.
Harry's POV
"Apa sih mom? Kau tak berhak menjodohkanku dengan siapapun, aku bisa memilih dengan siapa aku menikah, tidak dengan wanita itu, siapa kau bilang? Cleo? Clira? Entahlah aku lupa siapa nama wanita itu!."
"Harry! Kau tak boleh bicara seperti itu! Cepat buka pintunya, atau aku tak akan memberimu uang lagi!" Teriak Anne dari luar kamar.
"Terserah kau saja aku takan pernah mau keluar. Pergi!"
"Okay jika kau mau seperti itu."
Seenaknya saja dia menjodohkanku dengan wanita yang tidak aku kenal, lagi-lagi aku melewatkan party ku di pub gara-gara dinner sialan itu.
45 menit berlalu. Mungkin mereka sudah pulang, tak mungkin mereka makan lama sekali. Aku harus datang ke pub sekarang, pelacur-pelacur sudah menungguku. Aku melangkahkan kaki dan turun dari tangga. Dan tidak.. oh..
BRUGG!
Begitu cepatkah aku melangkah hingga aku bisa terjatuh seperti ini? Semua orang menoleh dari meja makan. Termasuk.. wanita itu. Apakah dia? Dia Cleo? Entahlah. Apakah ia wanita yang mom jodoh kan kepadaku?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Btw don't forget Voments. Don't be silent readers. thankyou!!
KAMU SEDANG MEMBACA
BREAKEVEN
Fanfiction"I feel in love with you. Not for how you look, just for who you are."