7| Worst Ever Situation

738 66 18
                                    

Melihat Lee Heesung di depannya, ia merutuk dalam hatinya. Tanpa menerima uluran tangannya, 'Jaeyun' dengan cepat bangkit dari posisi tengkurapnya. Telapak tangannya kotor, batu-batu kecil menyakitinya membuatnya perih dan ia meringis sakit. Ia menepuk kedua tangannya sembari meniupnya. Beberapa bagian seragamnya juga kotor.

Ia merasakan tepukan pada bagian lututnya. Kepalanya menunduk, menemukan Heeseung berjongkok menepuk untuk membersihkan kotoran di celananya. "Ah, untungnya bisa dibersihkan."

Heeseung bangun dari posisinya. Biasanya mereka berhadapan dengan pandangan yang lurus, tetapi karena sekarang sialnya Sunghoon berada dalam tubuh pendek Jaeyun, ia harus mendongak. Agak menyebalkan baginya. Tubuh pendek 'Jaeyun' membuat Sunghoon merasa kecil dan terintimidasi oleh siapapun yang lebih tinggi. 

"Apa ada yang sakit? Tanganmu terluka?" Heeseung menundukan pandangannya, mencari bagian tubuhnya yang mungkin terluka.

'Jaeyun' menyembunyikan kantung belanjaannya di belakang kakinya. "Aku baik-baik saja."

Heeseung kembali pada wajahnya, dia menatap 'Jaeyun' beberapa detik sebelum mengangguk disertai dengan senyuman tipis. "Uhm, kalau begitu aku pergi."

'Jaeyun' menatap kepergiannya, padahal ia adalah Ketua Organisasi Siswa. Sunghoon pikir ia akan menegakkan keadilan semacam melaporkannya pada guru atau paling tidak menegurnya, namun ia hanya membantunya, lalu pergi seolah tidak ada apapun yang terjadi. Mungkin inilah mengapa Heeseung disebut dewasa dan bijak, sehingga disegani dan dihormati semua orang. Tapi memang, dia tidak tampak seperti orang yang mudah mengadu dan menyelesaikan semua dengan mudah.

'Jaeyun' mengendikkan bahunya tidak peduli. Terserah. Bagus jika dia seperti itu karena nyawanya terselamatkan. Sudah cukup kesialannya hari ini, tidak bisa lebih buruk lagi. Dia kembali ke kelas yang langsung disambut Jongseong yang membuatnya berpikir apakah ia puas setelah mengerjainya?

Setelah menikmati es krim, keduanya makan di kantin dengan sisa waktu istirahat yang ada. 'Jaeyun' mengantri gilirannya mendapat makan siang. Dua gadis di depannya berbicara dengan suara yang cukup keras dan heboh sampai ia bisa mendengar obrolan mereka meski ia tak berniat untuk menguping.

"Benar! akhir-akhir ini dia tampak lebih hangat dan memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Ia menyapa dan menerima semua hadiah."

"Kau tahu, aku ikut memberinya hadiah hari ini."

"Benarkah? Kenapa tidak mengajakku?"

"Kau susah bangun pagi! Aku rela bangun jam 5 pagi tahu!"

"Humm.. kenapa dia harus datang sepagi itu?" 

"Ah, andai saja aku menjadi anak kelas Sains, aku pasti bisa makan siang bersama Sunghoon."

Alis 'Jaeyun' mengerut, sial apa yang orang itu lakukan dengan tubuhnya? Sepertinya ada yang tidak beres. Ia tidak bisa mempercayakan semua padanya, bisa-bisa hancur dalam sehari. Orang sepertinya butuh pengawasan. Ini bukan tentang peduli padanya, tetapi itu adalah penampilan fisiknya! Dia yang akan rugi.

📚🔁⚽

Sepulang sekolah, Jongseong mengajak 'Jaeyun' untuk bermain ke game arcade. Apa itu bermain game arcade sepulang sekolah? Tidak ada di kamusnya. Tentu saja ajakan Jongseong ia tolak dengan alasan ia punya janji. 'Jaeyun' tidak berbohong, kebetulan ia memang punya. Kalaupun tidak, tetap akan ia tolak dengan alasan lain.

Who Are You? (Sungjake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang