Pulang sekolah ini, 'Jaeyun' harus melakukan kegiatan yang paling menyebalkan sepanjang hidupnya ini, apalagi kalau bukan latihan bulu tangkis? Antara bulu tangkis dan futsal, jauh lebih melelahkan futsal yang harus berlarian di lapangan. Namun, 'Jaeyun' dari dua organisasi itu, ia akan memilih futsal tanpa ragu. Selama in dia juga tidak banyak mengeluh soal organisasi futsal.
Latihan bulu tangkis sangat berat baginya seperti beban. Entah mungkin karena dia adalah atlet utama sehingga latihannya keras, apalagi dikombo dengan permainannya yang buruk atau karena lingkungannya yang tak bersahabat seolah semuanya sedang bersaing. 'Jaeyun' biasanya tak peduli dengan lingkungan karena memang biasanya ia sendiri tak bergaul, apalagi dia juga dari kelas unggulan yang isinya mayoritas apatis. Namun, kali ini sungguh, sangat tidak nyaman.
"Serius? Apa yang aku lihat itu huh? Benarkah kau atlet Shim Jaeyun?"
"Maaf."
"Yang benar saja! pertandingan sebentar lagi dan permainannmu justru memburuk bahkan seperti kembali ke dasar yang sampai sekarang belum ada kemajuan lagi! Apa yang terjadi huh?!"
"Apa kau lelah? Kau sudah bosan dengan bulu tangkis?"
"Tidak."
"Kembalilah waras.. berpikirlah.. dan.. lakukan.. dengan.. benar!"
Di setiap katanya, ia menggunakan telunjuknya untuk menusuk-nusuk dada 'Jaeyun' yang berusaha ia pertahankan tubuhnya untuk tidak hilang keseimbangan, meskipun artinya ia harus pasang badang dan menahan sakit.
Pelatih itu akan melakukannya lagi, tetapi dia menahannya. Shim Jaeyun adalah anak kesayangannya dan ia tak setega itu untuk memarahinya, bahkan sekarang kepalanya sudah tertunduk dalam hingga ia tak bisa melihat wajahnya. Sial, situasi yang sungguh sulit! Membuatnya frustasi
"Astaga.." Dia membuang nafasnya.
"Pergi berlatih setiap hari hingga malam!!"
"Tetap seperti ini selama dua minggu ke depan, aku akan menggantimu!"
'Jaeyun' berlatih dengan keras hingga matahari terbenam. Dia tak bisa membiarkan posisi Shim Jaeyun digantikan atau sama saja ia gagal melakukan kesepakatan mereka, apalagi yang orang menggantikannya adalah Kang Jitaek. Tak akan Sunghoon biarkan dia terpuaskan karena kekalahannya.
Mendekati jam makan malam, Jaehee membuka pintu kamar adiknya untuk menawarkan makanan yang ia bawa sepulang dari kantor. Namun yang ia lihat adiknya tertidur pulas di ranjangnya. Ia menggaruk kepalanya, lalu menutup kembali pintu kamarnya.
📚🔁⚽
Karena guru berhalangan hadir, maka kelas unggulan diberi perintah untuk belajar mandiri. Suasana kelas hening dan damai, mereka adalah orang yang taat perintah. Berbeda halnya dengan 'Sunghoon' yang tampak bosan. Dia hanya sanggup membaca dua lembar saja, lalu dia menangkup pipinya dan melihat sekelilingnya dimana orang-orang tampak serius belajar. 'Sunghoon' menghela nafasnya, yah apa yang bisa dia lakukan? Mungkin dia akan tidur saja.
'Sunghoon' merasa tubuhnya ditepuk pelan, jadi dia menoleh dan menemukan Jungwon. "Kau mau belajar di luar?" Tanyanya seolah dia peka bahwa Jaeyun merasa bosan dan tidak betah.
'Sunghoon' mengangguk lengkap dengan senyumannya. Kedua orang itu pergi meninggalkan kelas dan gedung Jurusan Sains, lalu menempati bangku yang terletak tepat di bawah pohon yang rindang. Mereka duduk berhadapan dan mulai mengeluarkan buku masing-masing.
"Ada yang perlu kubantu?" Tanya Jungwon.
"Tidak, aku baik-baik saja." Dia tersenyum tipis dan mulai membaca bukunya dalam diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? (Sungjake)
Fiksi PenggemarTersedia dalam bentuk PDF (extended version + special chapters + Lee Heseung's diary) Adanya sistem kasta berdasarkan nilai menimbulkan perlakuan diskriminasi yang menyebabkan perselisihan antara kelas Sains dan Sosial. Bagaikan langit dan bumi, di...