Hari sudah mulai gelap. Andre masih terlihat sibuk di kantor mengurusi laporan margin perusahaan.
Tak lama ada telefon masuk dari ponselnya. Andre melihat sekilas. Nomor rumahnya?
"Halo".
"Halo, pak. Maaf menganggu, ini Ijah.
"Ada apa, Jah?", tanya Andre.
"Anu.. pak. Ibu masih tidak mau makan apa-apa hari ini. Semua makanan yang saya beri malah disuruh saya yang habiskan. Saya jadi kenyang banget ini, gimana ya, pak?", tanya mbak Ijah.
Andre memijat pelipisnya sambil memejamkan mata dan mengambil nafas panjang mendengar ocehan Ijah.
Sudah ia duga, Keira berbohong! Andre tidak bodoh dan percaya begitu saja pada janji Keira. Maka ia mengutus Ijah agar mengawasi dan melapor jika Keira tidak makan. Ternyata feelingnya benar.
"Saya pulang sekarang!", tegas Andre tanpa basa-basi.
Andre membereskan dokumen-dokumen di meja dan menutup laptopnya dengan cepat.
Ia segera menuju mobil dan menyetir dengan kecepatan penuh. Dalam waktu singkat ia sudah sampai rumah.
Setelah memarkirkan mobil, Andre langsung masuk dan meletakkan jas dan tasnya di meja. Satpam dan mbak Ijah sampai tidak berani menegur karena melihat wajah menekuk majikannya.
"Mana makanan untuk ibu?", tanya Andre pada mbak Ijah. Tetap dengan wajah datar.
"Oh, iya ini, pak", mbak Ijah memberi makanan di nampan. Andre menerimanya tak lupa mengucap terima kasih.
Andre langsung membawanya ke kamar Keira.
°°°
Pintu kamar terbuka tiba-tiba. Keira yang sedang melamun jadi terkejut. Andre datang membawa nampan berisi makanan.
"Lho, Andre? Kamu...", Keira langsung bungkam melihat wajah marah suaminya.
Dia tahu tipikal wajah Andre yang sedang marah. Gawat!
Dalam hatinya, Keira menyalahkan mbak Ijah. Padahal sudah dibilangin jangan bilang-bilang ke Andre kalau dirinya tidak makan.
Sebenarnya pagi tadi ia sudah makan roti, tapi setelah membaca pesan-pesan antara Andre dan Rachel, ia jadi tidak nafsu seharian ini.
"Buka mulutmu", ucap Andre sambil menyodorkan sesendok bubur. Keira ingin menolak, tapi melihat wajah Andre yang siap-siap meledak ia pun urung.
Dengan patuh, ia membuka mulutnya. Andre tetap menyuapinya dengan pelan walau sedang marah.
Setelah beberapa suap dan dilihat Andre sudah agak tenang, Keira memberanikan diri berkata, "sudah... biar aku makan sendiri".
Namun, tidak digubris Andre. Ia terus menyuapi Keira beberapa sendok lagi.
"Kumohon...aku sudah kenyang", Keira hampir menangis. Takut Andre marah.
Andre yang melihatnya jadi iba. Ia meletakkan sendok dan mangkok buburnya ke nampan. Setidaknya Keira sudah makan setengah mangkuk lebih.
"Dengar, Keira. Mulai sekarang aku akan menyuapimu jika kau tidak mau makan".
Keira sudah membuka mulut ingin protes tapi Andre melanjutkan, "kau bertingkah seperti anak kecil, jadi jangan salahkan aku yang memperlakukanmu seperti anak kecil juga, mengerti?"
Keira mengangguk-angguk. Saat ini sebaiknya Andre jangan dilawan.
°°°
"Maaf aku tidak bisa menginap di tempatmu besok. Kondisi Keira sedang tidak baik".
Andre mengirim pesan kepada Rachel.
Rachel yang membaca pesan merasa sedikit kecewa. "Sampai kapan harus begini, Andre?", gumamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Main Lead
RomanceKeira dan Andre sedang diterpa badai pernikahan ketika Keira divonis mengidap kanker rahim. Sedangkan Andre sebagai penerus keluarga butuh keturunan. Pada saat itu, datanglah seorang perempuan yang bernama Rachel. Bagaimana cerita pernikahan mereka?