She's Risa

3.8K 129 6
                                    

Salah seorang teman dekat Dores sewaktu SMA menelepon.

"Hei bro, apa kabar nih?"

"Eh bro. Baik nih. Lama nggak muncul lu,"

"Heheh, sori bro... gua sibuk," sahutnya dengan nada bercanda. Kedua orang itu saling tertawa ringan.

"Ciela... Eh, ngomong – ngomong ada apa nih? Tumben amat lu"

"Gini bro, gua mau minta bantuan elu. Gue punya tugas..."

"Jiah elu mah nghubungin cuma pas ada perlunya doang," sahut Dores bercanda. Ucapan sarkas itu ditanggapi dengan gelak tawa oleh kedua kawan lama itu.


***

Hari ini Dores membawa temannya ke rumah untuk mengerjakan sesuatu. Risa kaget setengah mati, karena orang yang dibawa Dores adalah sebenarnya mantan kekasih Risa.

"Kenapa kalian bisa tinggal bersama?" tanyanya penasaran.

"Gua dititipin di  sini. Orangtua gua belum balik sih,"

"Oh.. " sahutnya, speechless. Siapa yang sangka kalau orangtua kawan lamanya bersahabat baik dengan orangtua Risa.

Eno dan Dores saling diam untuk beberapa saat. "Risa orangnya gimana?" tanya Eno ragu - ragu.

"Hm... manja, egois, suka seenaknya... tapi gua suka loh. Gua seneng banget kalau bisa manjain dia, ngebantuin dia, dan ngasih semua yang dia mau. Gua jadi ngerasa kayak punya adik, rasanya kayak punya tanggung jawab gitu sebagai kakaknya," cerocos Dores lepas tanpa sadar, tanpa dia sadar kerenyit tak nyaman di raut wjah Eno ketika mendengar semua iru.

"Lu suka ya ama dia?" tanya Eno tanpa basa - basi.

"Suka? Gua rasa, ini rasa sayang. Gua nganggap dia kayak adik sendiri. Lu tau sendiri gua ngga punya adik. Yang paling gua suka, dia terbuka banget ama gua. Gua juga kaget sih bisa akrab ama dia secepat ini,"

Eno turut tersenyum ketika mendengar penuturan Dores. Senyum di bibirnya, namun dia merasa tak nyaman di dalam hatinya.


***

Dores dan Eno duduk di ruang tamu. Sambil ngobrol, sambil kerja juga. Tiba – tiba Risa datang, dan duduk di seberang Dores. Eno yang duduk diantara keduanya bisa melihat kedua orang itu sedang berhadapan. Dores menyadari ini, ada sesuatu yang pasti akan Risa katakan atau tanyakan. Menghentikan pekerjaannya dan langsung bertanya.

"Kenapa Sa?"

"Kalau aku nolak ajakannya terus, gimana? Apa aku salah?"

"Ya, tergantung kamu sih. Kamu nolaknya gimana?"

"Yaa.. aku nggak tau. Makanya aku nanyak,"

"Kenapa ditolak lagi sih?" Dores mengerenyitkan kening.

"Malas banget tau. Nggak ada seru – serunya. Ngobrol aja nggak nyambung," Risa menghempaskan punggungnya di sandaran kursi, helaan nafas malas terdengar keras.

"Emang ini yang mana?"

"Waduh, gimana caranya aku ngasi tau kamu?" menggaruk-garuk kepala, bingung karena Risa sadar ada Eno di sana.

"Sini deh HP kamu," Dores mengulurkan tangan, meminta HP Risa

"Oh, iya juga ya! Pinter kamu Dor!" seru Risa girang seperti anak kecil dengan senyuman lebar.

Dores membaca pesan – pesan masuk dan sebagian pesan terkirim dari HP Risa dengan tatapan mengerenyit. Sesekali dia menunjukkan ekspresi heran dan menggeleng - gelengkan kepala. Mereka berbicara, seakan – akan Eno tak ada di sana. Diabaikan.

Akhirnya Dores menghela nafas, "Kamu nggak salah sih," Kata Dores sambil mengembalikan HP Risa.

"Terus? Gimana caranya aku nolak?"

"Hmm... kalau kamu jujur?" Dores tampak ikut berpikir.

"Yakin nih?"

"Daripada kamu kehabisan alasan?" Dores mengangkat kedua alisnya.

"Iya sih. Tapi kasian juga," Risa menerawang, tampak sedang berpikir.

"Lebih kasian kalau dia terus ngharap loh Sa,"

Risa berpikir sejenak.  "Bener juga," Risa mengetik pesan, lalu mengirimnya. Dia bangkit berdiri, "Dor, tangkap," melemparkan HPnya kepada Dores.

Dengan reflek, seakan sudah terbiasa, Dores menangkap HP Risa. "Aku mau mandi dulu. Mau keluar. Tolong gantiin aku sebentar ya,"

"Yaahhela..." Dores menatap Risa pergi dengan heran.

Dores terpaksa melanjutkan pekerjaan sambil meladeni HP Risa yang hampir selalu berdering. Kadang dia mendengus, merutuki pesan - pesan yang selalu dibalas dengan cepat.

Setelah beberapa lama...

"Kok elu yang pegang Hpnya?"

"Ini nih, kebiasaan dia. Selama ini, gua yang balas hampir semua SMS orang – orang kayak gini. Apalagi kalau Risa lagi malas SMSan."

"Kok elu?"

"Gua pernah bilang, nggak baik kalau SMS mereka tu dicuekin terus. Ujung-ujungnya gini nih. Gua yang disuruh SMSan ama mereka."

"Hahah, jadi elu kemakan omongan? Kok elu nggak nolak?"

"Ya... gue nggak bisa. Gue kejebak omongan sendiri."

Eno sempat terpingkal membayangkan Dores yang ber - chat ria berbahasa wanita ala Risa membalas pesan - pesan yang pastinya juga dari cowok.

"Geli ngga bro? Chat - an ama sesama cowok?" Eno terpingkal.

"Awas lu ya, gua bantu ngga nih?" ancam Dores, namun rona malu terbaca di wajahnya.

Sementara Eno masih menahan tawanya "Engga engaa, becanda guaa.. Hahahaha" Eno melepaskan tawanya lagi ketika melihat ekspresi pasrah Dores, sampai ia harus memegangi perutnya yang kram karena tertawa terlalu berlebihan.

Dores hanya menghela nafas pasrah. Dia juga sempat sesekali bergidik saat membaca maupun membalas pesan - pesan dari cowok - cowok yang mendekati Risa. Untungnya Risa bukanlah tipe cewek yang memperlihatkan sisi lemahnya, melainkan sisi tegasnya pada orang yang baru dikenal, terutama cowok - cowok bermodus yang datang silih berganti. Jadi, Dores tak perlu berpura - pura terlalu feminim, toh Risa bukanlah cewek yang feminim.

***

Cherish Childish Princess (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang