Bab 4

4 1 0
                                    

Elda dan anggota grub novelis lainnya sedang asik membahas novel favorit mereka ketika tiba-tiba ada anggota baru yang masuk ke dalam grub. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Alien, yang membuat Elda dan anggota lainnya penasaran dengan kehadirannya.

"Wow, nama lo benar-benar unik ya, Alien," ujar Elda dengan senyum ramah.

"Ya, sebenarnya nama asli gua cukup sulit untuk diucapkan orang Indonesia, jadi gua memutuskan untuk menggunakan nama panggilan Alien aja," jawab Alien dengan bahasa Inggris yang lancar.

Elda dan anggota lainnya merasa tertarik dengan Alien karena dia terlihat sangat ramah dan pintar. Mereka mulai mengobrol dan membahas banyak hal tentang novel dan penulisan.

"Elda, lo terlihat sangat ahli dalam menulis dialog dalam cerita, apa Lo punya tips atau trik tertentu untuk menulis dialog yang baik?" tanya Alien.

"Untuk gua sendiri, menulis dialog yang baik adalah tentang memahami karakter dan kepribadian setiap tokoh dalam cerita. Dengan begitu, gua bisa membuat dialog yang sesuai dengan karakter dan kepribadian mereka," jawab Elda.

Mereka pun mulai saling berbagi tips dan trik dalam menulis novel, dan diskusi semakin seru dan mendalam. Waktu berlalu begitu cepat, dan ketika mereka melihat jam, sudah larut malam.

"Wow, ternyata sudah malam ya. Terima kasih banyak, Alien, untuk diskusi yang menyenangkan malam ini," ujar Elda.

"Sama-sama, Elda. Senang bisa bergabung dengan grub ini dan berdiskusi tentang penulisan novel," balas Alien.

Mereka pun berpamitan dan meninggalkan grub novelis dengan rasa puas dan senang setelah malam yang penuh dengan pembelajaran dan inspirasi.

****

Elda duduk di kamarnya, menatap layar ponselnya sambil tersenyum sendiri. Pikirannya melayang pada Alien, anggota baru di grup novelis yang baru saja bergabung. Saat pertama kali Alien masuk, Elda mengira bahwa Alien adalah seorang cewek. Dilihat dari profile akunnya terlihat sangat ambigu dan membuat penasaran siapa Alien sebenarnya. Elda merasa tertarik dengan sikap cuek  Alien.

"Tapi kadang-kadang dia bisa asik juga kalau diajak bercanda," gumam Elda sendiri sambil tersenyum lebar.

Elda merasa sedikit malu dengan perasaannya itu. Dia tidak terbiasa tertarik dengan seseorang hanya berdasarkan sikapnya dalam grup obrolan. Tapi Alien berhasil memikat hatinya. Elda merasa senang setiap kali melihat nama Alien muncul di layar ponselnya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering dan mengganggu lamunannya. Elda memeriksa pesan masuk yang masuk dan melihat bahwa itu adalah dari Alvian.

"Hai Elda, apa kabar?" bunyi pesan dari Alien.

Elda merasa jantungnya berdegup kencang saat melihat pesan tersebut. Dia menjawab dengan cepat dan mengobrol dengan Alien seperti biasa.

"Senang rasanya bisa mengobrol dengan lo" gumam Elda dalam hati, merasa sedikit gugup.

Elda berharap dia bisa menghilangkan perasaan itu. Tapi semakin lama dia mengobrol dengan Alien, membuat hatinya bergedup kencang.

Namun, semakin sering Alien muncul di grup novelis, Elda merasa hatinya mulai tertarik kepadanya. "Gua nggak tahu kenapa, tapi ada sesuatu yang menarik dari dia," bisik Elda sambil merenung.

Elda terus memikirkan Alien, bahkan ketika dia sedang menulis cerita. Dia melamun dan membayangkan bagaimana rasanya jika dia dan Alien berada bersama. Namun, di tengah-tengah lamunannya, Elda sadar bahwa dia harus mengendalikan perasaannya agar tidak merusak hubungan mereka di grup novelis.

"Dia teman baik gua, gua.... nggak mau mengganggu hubungan kita di grup," ujar Elda pada dirinya sendiri. Meskipun dia merasa tertarik dengan Alvian, Elda tetap menghargai persahabatan mereka dan berusaha untuk tidak menunjukkan perasaannya terlalu jelas.

Keesokan harinya, Elda masih teringat kejadian semalam, ketika Alien mengajaknya berbicara secara pribadi di luar grup obrolan. Elda merasa senang bisa berbicara dengan Alien secara lebih personal dan merasa lebih dekat dengannya. Tapi Elda tak bisa memungkiri bahwa bayangan Alvian masih selalu menghantui pikirannya.

Saat Elda sedang berjalan menuju kelas, namun, kebahagiaan Elda terputus saat ia hampir bertabrakan dengan Alvian di koridor sekolah. Elda merasa gugup dan berusaha menghindar, tapi tak sengaja ia menabrak Alex dan Saba yang sedang berjalan di belakang Alvian.

"Maaf, gua nggak sengaja," kata Elda sambil meminta maaf.

"Sudah biasa, Elda," kata Alex sambil tersenyum.

"Lo terlihat gugup, ada apa?" tanya Saba.

Elda merasa malu dan takut mengungkapkan perasaannya. Dia hanya menjawab bahwa dia merasa sedikit terlambat untuk kelas dan terburu-buru tapi Alvian menahannya dengan pertanyaannya.

"Hai Elda, apa kabar?" tanya Alvian dengan senyum tipis.

Elda merasa jantungnya berdebar kencang. Dia tidak tahu harus berkata apa. Tapi dia tidak bisa menunjukkan ketidaksukaannya pada Alvian, jadi dia tersenyum dan mencoba untuk menjawab dengan santai.

"Hai juga,baik" jawab Elda dengan senyum kecil.

Alex dan Saba juga menyapa Elda dengan ramah, dan mereka mulai berjalan bersama menuju ke kelas. Tapi pikiran Elda masih melayang pada obrolan semalam dengan Alien. Dia merasa sedikit bersalah karena tidak bisa fokus pada obrolan bersama Alvian, Alex, dan Saba.

Setibanya di kelas, Elda mencoba untuk memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Tapi pikirannya terus melambung pada Alien dan obrolan semalam. Dia berharap bisa berbicara lagi dengan Alien nanti malam, tapi dia juga tidak ingin mengabaikan hubungannya dengan Alvian dan teman-temannya di grup obrolan novelis.

Tapi saat itu, ponsel Elda berdering dan terdapat pesan dari Alien. Elda merasa senang karena Alien mengajaknya mengobrol lagi. Tapi ia juga merasa bersalah karena ia terus membayangkan Alien dan tidak fokus saat pelajaran.

"Harus lebih berhati-hati," pikir Elda sambil terus fokus ke pelajaran yang di tulis di papan.

REALVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang