Bab 7

4 0 0
                                    

Pagi ini, Alvian bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dia memakai jaket kulit hitam yang sudah menjadi ciri khasnya, dan memasang helm yang juga berwarna hitam di kepalanya. Saat hendak pergi, dia bertemu dengan Elda, seorang cewek yang di tolongnya kemarin.

"Hey, Alvian!" sapa Elda dengan ramah.

Alvian hanya menjawab dengan anggukan singkat, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Namun, Rerelda tak terpengaruh oleh sikap dinginnya dan tetap memulai percakapan.

"Apa kabar lo hari ini?" tanya Elda sambil tersenyum.

Alvian hanya menggelengkan kepala, masih tanpa mengeluarkan suara. Namun, dia sudah mulai merasa sedikit lebih santai dan tidak terlalu ketat setelah Rerelda membuka obrolan.

"Lo tahu, gua sempat dengar tentang geng motor Foniks yang lo pimpin," kata Elda dengan nada tertarik.

Alvian langsung memalingkan wajahnya ke arah Elda, memperhatikan setiap gerakan dan ekspresi gadis itu. Dia mulai merasa tertarik pada percakapan mereka.

"Benarkah?" tanyanya dengan suara sedikit lebih lembut.

Elda mengangguk. "Iya. Gua takut pada awalnya, tapi sekarang gua merasa penasaran. Apa lo bisa memberitahu gua lebih banyak tentang geng lo itu?"

Alvian tersenyum, untuk pertama kalinya pagi itu, "Gak, gua gak mau".

"Boleh gua ikut Lo bareng ke sekolah? Sopir gua lagi pulang kampung, jadi gak ada yang antar", tanya Elda pelan. Alvian yang merasa kasian dan memang arah tujuan mereka sama jadi Alvian mengizinkan untuk berangkat bersama. Mereka berjalan menuju ke motor Alvian dan melanjutkan obrolan di sepanjang jalan.

Meskipun terlihat dingin dan cuek di luar, Alvian ternyata sangat ramah dan mudah diajak bicara. Dan obrolan pagi itu dengan Elda membuktikan bahwa sisi lembutnya itu masih ada, dan selalu siap untuk keluar jika dia bertemu dengan seseorang yang bisa membuatnya merasa nyaman.

" Sudah sampai, gua duluan" ucap Alvian. Semua orang tertuju pada Alvian dan Elda yang berangkat bersama membuat cewek-cewek di sekolah iri dan mulai membahas mereka berdua. Elda yang tidak nyaman dengan situasi itu segera bergegas menuju kelasnya. Tiba-tiba salah satu teman sekelasnya mendekati Elda dan bertanya, " Gua lihat lo tadi berangkat sama Alvian?Ko bisa sih kalian berangkat bareng?"

"Ah itu... Kebetulan tadi dia depan rumah gua, jadi gua minta dia buat bareng ke sekolah karna sopir gua pulang kampung gak ada yang antar", tambah Elda dengan nada pelan.

" Kalian gak pacaran kan? Hati-hati aja sama si Sabrina, dia suka sama Alvian", ujar teman kelasnya yang membuat Elda sedikit ragu mendekati Alvian, apalagi kejadian kemarin saat senior lain membully Elda karena dekat dengan Alex sahabatnya Alvian.

Elda yang merasa terganggu dengan ucapan temen kelasnya memutuskan untuk pergi ke taman.

"Eh ternyata lo disini, lagi ngapain? " sapa Elda pada Alvian yang tengah menyendiri di taman.

Alvian menoleh ke arah Elda dan tersenyum, " Oh hay, gua lagi ngerjain tugas".

"Ah, seperti biasanya. Lo emang selalu rajin," kata Elda sambil mengambil tempat duduk di sebelah Alvian.

"Seperti biasanya? Lo ngikutin gua?", Alvian terkejut dengan perkataan Elda yang tiba-tiba. Lalu Elda langsung menutup mulutnya dan membenarkan maksudnya, " Kelas gua ngelewatin taman, dan gua denger suara kenceng banget ternyata suara lo sama sahabat lo".

Alvian terlihat agak kaget dengan komentar Elda, karena selama ini ia dikenal sebagai cowok yang pendiam dan tidak banyak bicara. Namun, ia merasa senang dengan kehadiran Elda yang selalu bisa membuatnya merasa nyaman.

"Oh gitu ya. Lo juga selalu terlihat ceria di pagi hari," kata Alvian sambil menatap wajah Elda yang cerah.

Elda tersenyum puas mendengar pujian dari Alvian, "Hehe, terima kasih. Tapi tadi gua penasaran, kok lo bisa se-ramah ini padahal kan lo terkenal pendiam dan cuek?"

Alvian menghela napas sejenak sebelum menjawab, "Sebenarnya, gua memang terlihat cuek dan dingin di luar. Tapi jika sudah dekat dengan seseorang yang bisa membuat gua merasa nyaman, gua jadi lebih terbuka dan bisa bertindak lebih ramah."

Elda mengangguk paham, "Gua mengerti. Jadi, sebenarnya sisi lembut Lo itu masih ada ya?"

Alvian mengangkat bahu, "Mungkin iya. Tapi gua memang lebih suka diam dan memperhatikan orang lain. Tapi kalo lo butuh bantuan seperti kemarin bilang aja."

Elda merasa terharu dengan kata-kata Alvian, ia tidak pernah mengira bahwa cowok cuek ini memiliki sisi lembut yang begitu memikat hati.

"Makasih, Alvian. Gua merasa nyaman saat berbicara dengan lo daripada sama Alex," ucap Elda sambil tersenyum.

Alvian juga tersenyum, "Sama-sama, Elda. Jangan ragu untuk mengajak gua bicara kalo lo butuh bantuan." Sebelum Elda beranjak pergi Alvian memegang tangan Elda. Tiba-tiba, Alvian bertanya dengan suara sedikit serius, "Elda, gua ingin bertanya. Lo dan Alex sahabat gua ini, apakah kalian memiliki hubungan yang lebih dari sekadar teman?"

Elda yang terkejut mendengar pertanyaan itu, memandang Alvian dengan wajah kaget. "Tidak, tentu saja tidak," jawabnya dengan cepat. "Kami hanya teman baik."

Alvian tampak sedikit lega mendengar jawaban Elda. Namun, ada perasaan cemburu yang tak bisa dia sembunyikan. "Baiklah, gua percaya perkataan lo," kata Alvian dengan suara yang agak berat. "Hanya saja, gua harus jujur, gua merasa cemburu ketika melihat lo selalu dekat dengan Alex," pikir Alvian.

Keduanya melanjutkan obrolan pagi itu dengan santai, dan bell masuk pun berbunyi. Mereka bergegas menuju ke kelas masing-masing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REALVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang