[Name] sering menemukan Aether di taman. Terkadang bersama Lumine, terkadang sendirian. Saking seringnya [Name] bertemu dengan Aether di taman itu, ia semakin curiga.
"... Kamu suka ya sama aku?"
Bukan, itu bukan [Name] yang berbicara. Ia sekarang tengah membelakangi pasangan yang duduk berduaan di bangku taman. Si perempuannya peka sekali, sayang sekali dia malah menghancurkan momen romantis yang tengah disiapkan sang lelaki.
"... Eh ..., ketahuan ya? Hehehe ..."
"Aku juga suka sama kamu!"
Alahhh, [Name] iri. [Name] dengki. Kenapa dia harus mendengar percakapan ini di sini?
Ia bangkit dari bangku dan berjalan menuju tempat lain, ia tidak menyalahkan orang lain bermesraan tepat di hadapan dirinya, tetapi ia harus tekankan. Kenapa harus di depannya?
Di belakang sih secara teknisnya.
"Boo~" [Name] melompat karena terkejut, siapa sangka sudah ada orang yang siap memberikan tepukan di kedua bahunya saat ia menoleh ke belakang. Untungnya wajah yang dia lihat itu wajah lucu, coba kalau wajah seram? Sudah menjerit dia.
"Kok enggak kaget?"
"... Itu kaget."
"Gak teriak maksudnya."
"... Soalnya mukamu enggak serem, Ae. Lucu malah, kayak bayi."
"Maksud 😠"
[Name] tertawa kencang melihat ekspresi Aether yang semakin lucu karena cemberut dan marah. Keduanya mengambil tempat duduk di rerumputan, tepat di bawah pohon rindang. Sang gadis memeluk lututnya, terpikir sang mantan yang telah bersikap kurang ajar.
Aether melirik raut wajahnya yang nampak tenggelam dalam kenangan. Tangan Aether menyodorkannya segelas minuman dingin yang mungkin ia beli sebelum menemui [Name].
"Masih mikirin dia? Buat apa? Mending mikirin aku."
Perkataan Aether membuat senyum di wajah [Name] tersungging. Iya sih, dilihat dari segi mana pun, Aether jauh lebih baik daripada mantannya. Wajah? Wah jangan ditanya. Aether juga jauh lebih peka terhadap perasaan orang lain, selain itu, tak diragukan lagi pemuda itu selalu berinisiatif menyenangkan orang lain. Act of service yang luar biasa.
"Ae, kamu pernah punya pacar?"
"Pernah."
"Berapa?"
Keheningan menerpa keduanya, [Name] menatap Aether yang termenung. Kenapa wajahnya nampak sedih begitu? Apa mungkin kekasihnya ...?
"Satu."
... Meninggal? Ah, enggak mungkinlah. Apa mungkin Aether juga mengalami hal yang sama sepertinya? Dikhianati sehingga tidak mau menjalin hubungan lagi?
"... Keberatan berbagi?"
"Hahah, emang kamu mau dengerin?"
"Ya mau-mau aja, apa salahnya mendengarkan kisah teman?"
Aether mengubah posisi duduknya, ia sekarang bersandar di pohon kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. Ia tersenyum kecil sembari melihat ke arah langit.
"Mulai dari mana ya? Gini deh. Aku pernah punya pacar, perempuan. Dia cantik banget, kalau orang-orang suka bilang aku bersinar kayak matahari, aku berani bilang kalau dia lebih bersinar dari matahari, dia itu seperti Sirius buatku."
"... Dulu itu aku suka berpergian, ke negara lain lah, mampir sana-sini lah sama adikku itu. Semenjak ketemu dia, aku berhenti. Dalam hatiku, aku mau ajak dia jalan-jalan juga ke tempat indah yang lain. Sayangnya tubuhnya tidak mampu, jadi aku cuma bisa cerita tempat-tempat itu ke dia dan ngasih foto-fotonya."
"Karena lihat foto-foto yang aku kasih itu, dia jadi suka memotret juga. Kerennya, kemampuan dia malah melampauiku coba, bakat macam apa itu?"
"... Aku cinta sama dia, dalam. Saking dalamnya, setelah dia pergi, aku selalu menunggunya. Menunggu dan berharap, satu saat nanti, kita bisa ketemu lagi, bintang hidupku ..."
Cara Aether menceritakan pujaan hatinya membuat perasaan [Name] tercampur aduk. Jadi benar, kekasihnya Aether sudah meninggal. Kebetulan sekali, kekasihnya Aether juga suka memotret sama sepertinya. Apa dia punya kesempatan menggantikan orang itu di hati Aether?
Karena Aether sangat mencintai kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐈𝐍𝐃 || Aether x Reader ✓
Fanfiction━ 𝐌𝐨𝐝𝐞𝐫𝐧!𝐀𝐔 𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟐 𝐨𝐟 𝟔 #𝐖𝐈𝐍𝐃 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 "... Pergilah bersama angin." ┈───────────┈ Warning! Typo, alur tidak jelas, out of character, melenceng jauh dari game dan alurnya, ga masuk akal, cringe. [ ReaderInsert! ] [ Up sesuai...