━ 𝐌𝐨𝐝𝐞𝐫𝐧!𝐀𝐔
𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟐 𝐨𝐟 𝟔 #𝐖𝐈𝐍𝐃 𝐬𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬
"... Pergilah bersama angin."
┈───────────┈
Warning! Typo, alur tidak jelas, out of character, melenceng jauh dari game dan alurnya, ga masuk akal, cringe.
[ ReaderInsert! ]
[ Up sesuai...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sungguh hari yang indah untuk memulai aktivitas. Jika bertanya apakah [Name] masih bersekolah atau tidak, jawabannya tidak. Bukan putus sekolah, dia ini sudah lulus dari sekolah menengah atas dan bekerja menjadi seorang fotografer profesional.
Ia selalu mengikuti lomba fotografi dan selalu memenangkan hadiah setidaknya di tiga teratas. Bagaimana ya mengatakannya? Gadis itu memiliki bakat sejak dini dan mengembangkannya dengan baik.
Rasanya memotret mengingatkannya akan kenangan lama.
Obyek favoritnya adalah taman ini, Taman Janji Suci. Mengapa demikian? Hmm, panjang ceritanya.
"[Name], ada lomba fotografi nih, temanya 'Di Hamparan Langit Luas, Oranye Membingkai' apaan tuh?" Teman satu minimarketnya menyerahkan selembar brosur pada [Name], gadis itu memerhatikan isi brosur dan mengangguk kecil.
"Senja. Aku sudah punya banyak stok foto senja, langsung daftar apa ya?"
"Eh, cepat sekali? Pikir-pikir dululah, masih lama juga itu. Biasanya juga kamu kalo nyari inspirasi datang ke taman itu dulu?"
[Name] terkikik, benar juga. Lebih baik menyiapkan lebih banyak perlengkapan sebelum berperang.
"Iya, nanti aku ke sana pulang kerja."
❖
Di sinilah dia, memasuki taman yang rata-rata dipenuhi oleh orang berpacaran. Hm, senja ya? Biasanya tidak jauh dari pemandangan matahari terbenam. Nah, tetapi [Name] mau sesuatu yang berbeda. Misalnya hewan yang terbang menuju langit sore, bunga yang mekar di bawah langit senja, atau mungkin ...
...
...
Pandangannya mengarah pada seseorang yang duduk di atas ranting pohon besar, tidak terlalu tinggi, dan dari jarak ini, [Name] dapat melihat surai emasnya tertiup angin sore yang mulai sejuk.
Jemari sang pemuda menopang burung mungil yang bertengger di jarinya, senyuman manis tersungging di bibirnya, cahaya matahari yang tenggelam ke ufuk barat menyinari wajahnya.
Cantik ...
Tanpa membuang waktu, tangannya mengambil kamera yang sudah ia siapkan sebelumnya, untuk memotret Aether yang ada di atas pohon.
Ia melihat hasil fotonya, luar biasa, indah, anggun, estetika, elok, molek, artistik, dan kata-kata pujian lainnya yang tidak disebutkan oleh [Name]. Sudahkah ia berkata kalau Aether sangat cocok dengan matahari? Sepertinya pemuda itu ingin bersaing dengan mentari dan mengalahkannya.
Suasana di sekitarnya mulai berubah menjadi dingin. Pasti sang rembulan sudah tidak sabar ingin menguasai langit malam, tertarik membuktikan bahwa bulan tak kalah indah dari mentari.
Sayangnya, Aether tidak cocok dengan rembulan. Harusnya dia tidak sih yang jadi rembulannya Aether? Ea.
Enggak, bercanda.
"[Name]! Lama disitu?" Nah, orangnya sudah turun dari pohon dan berlari kecil menghampirinya, Aether melihat pakaian yang [Name] kenakan, ia kembali bertanya, "Baru pulang kerja?"
"Iya, tadi aku memotret sesuatu yang cantik."
"Pasti aku."
"..." Pernahkah ia bilang kalau Aether itu punya kepercayaan diri yang luar biasa? Untung saja ucapannya memang benar. Coba kalau modelannya seperti sang mantan? Ia sudah pasti berkata yang tidak-tidak.
"... Iya, kamu, mau lihat?" [Name] memperlihatkan hasil fotonya barusan. Di mana Aether duduk di atas ranting, tersenyum di bawah cahaya mentari sore, jarinya menopang burung kecil. Kemudian terdapat latar langit oranye dan pepohonan asri.
Aether sampai tidak percaya kalau ini jaman modern.
"Bagus banget?"
"Kamunya?"
"Iya, akunya ..."
Keduanya cekikikan pelan. [Name] mengotak-atik kamera tersebut untuk mencetak foto itu dalam ukuran kecil yang terdapat di fasilitas kameranya.
Setelah mendapatkannya, ia meniup pelan foto tersebut agar tintanya lebih cepat kering, kemudian memberikan lembar foto tersebut pada Aether.
"Nih, buat kamu. Tadinya aku ke sini mau cari inspirasi lomba fotografi senja, tapi tidak sempat deh karena mataharinya keburu tenggelam."
Aether menerima foto tersebut dengan riang. Kemudian ia menoleh kembali seakan baru sadar.
"Itu aku mau dilombakan, 'kah?"
"Tidak ah, nanti dikira curang minta model sebagai pembantu, hahaha."
Aether cemberut, [Name] terus terkikik. Mana mungkin dia mau menyebarkan foto Aether ke banyak orang? Katakanlah dia sedikit posesif, tetapi rupa Aether itu terlalu luar biasa untuk dipamerkan pada orang-orang.
Dia tidak mau berbagi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.